NovelToon NovelToon
A Mafia'S Love For A Muslimah

A Mafia'S Love For A Muslimah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:842.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nurliah Ummu Tasqi

Seorang mafia kelas kakap, Maxwell Powell nyaris terbunuh karena penghianatan kolega sekaligus sahabatnya. Namun taqdir mempertemukannya dengan seorang muslimah bercadar penuh kharisma, Ayesha, yang tak sengaja menolongnya. Mereka kemudian dipersatukan oleh Allah dalam sebuah ikatan pernikahan gantung karena Ayesha tak ingin gegabah menerima lamaran Maxwell terhadapnya. Kehidupan seorang muallaf dengan latar belakang kehidupan gelap seorang mafia mengharuskan sang gadis muslimah yang nyaris sempurna ini harus menguji dulu seberapa mungkin mereka kelak bisa membangun rumah tangga Islami yang seutuhnya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurliah Ummu Tasqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13. Jawaban Ayesha

"Sebelumnya saya ucapkan terima kasih pada Tuan Maxwell yang sudah berani jujur di hadapan kami semua. Tidaklah mudah seorang Maxwell, pengusaha sukses, seorang milyarder terkenal di negaranya, dengan jaringan bisnis nasional bahkan internasional kini mengakui di hadapan kami yang bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa tentang kesalahan dan kehidupannya. Saya sangat mengapresiasi kejujuran Tuan. Dan saya sangat paham, orang hebat seperti Tuan tentu sangatlah berat untuk mengakui kelemahan diri sendiri.” Ayesha berhenti sesaat. Ia masih menundukkan pandangannya.

Semua orang menunggu kelanjutan kata-katanya. Apalagi Maxwell. Ia rasa tak sabar menunggu akhir dari eksekusi ini.

“Dan saya juga sangat paham bahwa setiap manusia di dunia ini tidak ada yang sempurna. Semuanya pernah melakukan kesalahan, baik kecil maupun yang fatal. Dan dalam keyakinan kami, selama orang yang sudah melakukan kesalahan demi kesalahan dalam hidupnya itu ingin bertaubat, maka sesungguhnya pintu ampunan Allah itu seluas langit dan bumi. Tapi… itu jika ia mempunyai keyakinan yang sama dengan keyakinan kami…apakah Anda mengerti maksud saya tuan Maxwell?”,

Ayesha kembali menghentikan kata-katanya. Kini ia mengangkat wajahnya dan menatap Maxwell. Ternyata yang ditatap sedang menatapnya pula. Kedua mata mereka beradu, dan seperti biasa, Ayesha segera menundukkan pandangannya. Kembali debaran aneh menyiksa perasaannya. Maxwell mengangguk pelan. Ia tersenyum. Ia paham ke arah mana pembicaran ini dan sepertinya ini hal yang paling krusial dalam prinsip hidup Ayesha. Dan inilah yang disukai oleh Maxwell dari seorang Ayesha. Gadis ini punya prinsip yang kokoh. Dan ia ingin tahu sejauh mana pedoman hidup Ayesha dipertahankan. Apakah ia akan tetap memilihnya karena hartanya atau menolak karena keyakinannya? Maxwell tak sabar menunggu.

“Teruskan nona. Saya akan mencoba memahami apa yang nona sampaikan” sahut Maxwell.

“Baiklah. Saya ingin tuan mengetahui sedikit prinsip hidup kami sebagai orang yang beragama, dan dalam hal ini tuan mungkin sudah tahu bahwa kami adalah muslim. Kami punya aturan-aturan dalam hidup kami sesuai dengan keyakinan agama kami, termasuk aturan dalam memilih pasangan hidup. Aturannya adalah, saya muslim, saya harus hidup bersama dengan lelaki muslim. Maaf walau pun mungkin maksud anda bahwa anda sekedar suka dengan saya, tapi dalam agama kami, suka terhadap lawan jenis yang bukan mahramnya, maka terlarang hukumnya kecuali jika diikat dengan pernikahan.” Ayesha tercekat sendiri ketika mengatakannya.

“Saya menyukai Nona. Saya ingin menikahi Nona. Untuk masalah agama, saya tidak keberatan untuk mengikuti agama yang Nona anut” Refleks Maxwell berseru.

“Maaf jika saya lancang. Saya hanya ingin Nona tahu bahwa saya tidak sedang main-main dengan perasaan saya terhadap Nona. Saya serius.”

“Maaf tuan Maxwell, jika saya menyela. Begini, “, Ahmed bisa menangkap apa yang Ayesha inginkan. Dia sudah menangkap keresahan dalam sorot mata adiknya tersebut. Pria dewasa itu mencoba memahamkan Maxwell.

“Tuan Maxwell, tuan baru beberapa minggu mengenal Ayesha dan mengenal agama kami. Ayesha berharap tuan mempelajari dengan benar perasaan tuan. Dia tidak ingin anda salah dalam memutuskan dan merasa terburu-buru. Begitu juga dengan agama ini. Bukan perkara mudah seorang atheis seperti tuan kemudian memutuskan untuk masuk ke agama Islam hanya karena wanita”

“Maksud tuan Ahmed?”

“Bolehkah saya berbicara lagi?”, Ayesha menyela.

“Silakan nona”

“Apa yang dikatakan kakak saya benar. Saya tidak mau tuan Maxwell kemudian masuk agama saya hanya karena menginginkan saya. Sebab Rasulullah Muhammad saw, teladan kami mengatakan, barangsiapa yang hijrah karena wanita maka ia akan mendapatkan wanita yang diinginkannya itu. Tapi barangsiapa yang niat hijrahnya karena Allah dan RasulNya, maka ia akan mendapatkan Allah dan RasulNya. Saya tidak mau tuan Maxwell kelak hanya mendapatkan saya saja tapi tidak mendapatkan Tuhan dan KekasihNya yang harusnya menjadi tujuan utama hidup kita. Saya mau kelak tuan menikahi saya karena kita memang pantas untuk duduk bersama dalam sebuah mahligai rumah tangga yang bahagia sehingga kita kelak bisa mendapatkan Allah dan RasulNya bersama-sama, dan sungguh tidak ada kebahagiaan yang paling besar selain dari itu di bumi maupun di langit. Maaf tuan mungkin saat ini akan sulit mencerna bahasa saya karena tuan baru dua minggu mengenal saya dan mungkin baru sehari membaca kitab pedoman hidup kami, Al Quran. Intinya, saya tegaskan, jika Allah memang menjodohkan kita, maka apapun yang kelak terjadi, kita pasti akan bertemu kembali. Namun jika tidak, saya harap tuan dan saya akan bersabar atas segala kehendak Tuhan. Saya selalu meminta pada Tuhan saya, untuk memberikan saya pasangan hidup yang terbaik, untuk hidup saya di dunia dan akhirat”.

Ayesha akhirnya bernafas lega. Ia merasa sudah menyampaikan hal yang tepat.

Sekarang giliran Maxwell yang tercengang. Ia tidak memahami sepenuhnya kata-kata Ayesha. Apakah Ayesha menolak atau menerimanya? Ia jadi bingung. Kakek yang memperhatikan raut wajah Maxwell yang galau akhirnya angkat bicara.

“Begini nak Maxwell. Kami tahu saat ini apa yang nak Maxwell rasakan. Menurut kakek, engkau pikirkanlah lagi keputusanmu itu. Ayesha saat ini tidak bisa menerimamu karena engkau belum ber- Islam dan masih belum paham dengan agama kami. Sebaiknya nak Maxwell segera menyelesaikan urusan nak Maxwell di Australia. Agama Islam sudah tersebar di penjuru bumi. Engkau pelajarilah dulu dengan serius. Jika engkau sanggup memeluk agama ini maka nikmatilah dulu barang sesaat di bumi tempat engkau dilahirkan. Rasakanlah pahit manisnya memeluk agama yang minoritas di negaramu begitu juga di negara kami ini. Setelah engkau merasa siap dan mantap dalam hati untuk menikahi Ayesha, maka datanglah kembali kemari. Tapi itupun jika kalian berjodoh. Karena saat ini tidak ada ikatan apapun di antara kalian. Jika selama penantian Ayesha di sini, ia kemudian menemukan tambatan hatinya, maka relakan dia menikah dengan orang lain. Begitu juga dengan nak Maxwell, jika di sana ternyata ada yang lebih baik dari Ayesha untuk menjadi pendamping hidup nak Maxwell, maka Ayesha tidak ada hak apapun untuk menahan nak Maxwell. Bukankah ini adil nak Maxwell?”

Maxwell dan Ayesha spontan mengangkat kepala bersama-sama. Mereka tanpa sengaja saling bertatapan. Dan lagi-lagi, Ayesha pun mengalihkan pandangannya. Sebenarnya semua yang disampaikan kakek adalah benar. Tapi sulit untuk dilakukan, itu menurut Maxwell. Sedangkan Ayesha merasa berterima kasih kepada kakeknya yang sudah mewakili perasaannya. Semua yang disampaikan kakeknya adalah benar adanya.

“Bagaimana nak Maxwell?”.Tanya kakek lagi.

“Bolehkah aku bertanya sesuatu pada Ayesha kek? Maaf ini mungkin sangat lancang. Tapi saya hanya ingin menjadikannya sebagai sebuah pegangan yang bisa memberi semangat pada saya selama di Australia.”

“Boleh. Tanyakanlah. Tapi itu bergantung pada Ayesha sepenuhnya. Apakah ia mau menjawab atau tidak”

Maxwell menatap Ayesha lekat-lekat. Gadis bermasker dihadapannya semakin menunduk dan salah tingkah.

“Nona Ayesha, saya ingin bertanya sekali lagi…dari semua penyampaian Nona Ayesha dan kakek..bolehkah saya menyimpulkan, bahwa nona…menerima rasa suka saya terhadap Nona? Bahwa saya…tidak bertepuk sebelah tangan?”

Ayesha tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya terdiam. Bagaimana ia menjelaskannya? Duh ya Rabb. Ini cinta terlarang. Maxwell, engkau masih juga tak mengerti. Aku menyukaimu dan akan mencintaimu hanya jika engkau telah sah menjadi suamiku. Jeritnya dalam hati.

Kakek dan Ahmed yang mengetahui dengan jelas karakter Ayesha cuma bisa tersenyum.

Maxwell makin bingung.

“Jawablah Nona. Katakanlah walau mungkin itu pahit terasa oleh saya. Saya memang manusia yang sangat tidak layak untuk Nona. Namun akan sangat melegakan hati saya jika saya mengetahui jawabannya saat ini juga”.

Keheningan kembali menyapa. Sudah lima menit. Ayesha tak kunjung berbicara. Yang ada hanyalah sikap salah tingkah yang nampak jelas pada gestur tubuhnya.

“Tuan Maxwell. Maaf jika saya harus menyela”, Ahmed mencoba membantu saudaranya. Maxwell agak kecewa dengan kediaman Ayesha tapi ia mencoba memahaminya. Ia memang tidak paham sama sekali dengan sifat perempuan dan ia harus belajar paham saat ini. Kini ia beralih menoleh ke Ahmed.

“Tuan memang betul-betul tidak paham sifat perempuan. Inilah yang ditakutkan Ayesha kami sebenarnya”, Ahmed tersenyum aneh sambil melirik ke Ayesha. Maxwell jadi makin bingung dengan penyampaian Ahmed.

“Tuan Maxwell, jika seorang wanita ditanya dan dia hanya terdiam tidak mampu berkata, maka sebenarnya diam nya itu tanda yang positif. Karena sifat wanita itu sangat pemalu. Anda paham maksud saya?”

“Oh…” Maxwell seketika tersenyum sambil menggeleng-geleng kepalanya karena menyadari kebodohannya sendiri. Dia menatap Ayesha yang seandainya ia tak menutup wajahnya, tentu rona merah di pipinya akan membuat dia menjadi orang yang paling malu di tempat itu.

“Ohya nak Maxwell, ngomong-ngomong, nak Maxwell sudah demikian mempunyai rasa terhadap cucu saya, bagaimana bisa, bukankah nak Maxwell belum pernah melihat wajahnya? Maaf ya kakek hanya ingin memastikan, jangan sampai seseorang membeli mangga di dalam karung”, kakek mencoba mencairkan suasana yang mulai hangat.

“Maafkan saya sebelumnya Nona Ayesha…tapi sungguh, saya tidak sengaja. Saya melihat wajah Nona Ayesha sudah dua kali”.

Ayesha terkejut.

“Yang pertama, ketika Nona menolong saya pertama kali. Nona yang sama sekali tidak mengenal saya ketika sekarat waktu itu. Nona membuka cadar nona untuk mengikatkannya pada luka-luka saya. Tapi sumpah saya cuma melihat wajah nona beberapa detik sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Dan yang kedua ketika saya tak sengaja melihat nona menyambut Tuan Ahmed ketika pulang di ruang makan. Nona waktu itu lupa tidak mengenakan cadar nona. Maafkan saya. Saya sudah lancang”.

“Oh tidak apa nak Maxwell, namanya juga tak sengaja. Ini namanya taqdir. Tidak ada yang bisa disalahkan. Kalaupun ada yang salah, maka yang salah adalah pada kondisi yang kedua. Ayesha yang salah karena dia lalai menanggalkan cadarnya sementara dia tahu ada penghuni lain yang bukan mahramnya di rumah ini. Sedangkan pada kondisi yang pertama, dalam Islam, keadaan darurat bisa membolehkan seseorang memilih berbuat sesuatu yang lebih kecil mudharatnya dari pada sesuatu yang lain yang jauh lebih besar mudharatnya. Artinya, ketika Ayesha memilih membuka jilbab luarnya, dan hanya menggunakan jilbab kecilnya, maka dia telah memilih mudharat yang lebih kecil dari pada membiarkan begitu saja nak Maxwell tanpa pertolongan pertama. Karena jika tidak dilakukannya untuk menghentikan darah dari luka nak Maxwell, maka mungkin saat itu juga nyawa nak Maxwell sudah tak tertolong. Nyawa yang melayang adalah sebuah kemudharatan yang sangat besar sementara pada saat itu resiko tersebut masih bisa diupayakan untuk dicegah. Apakah nak Maxwell paham maksud saya?”.

Maxwell terkesima mendengarkan penjelasan yang runtun dari Sir Vladimir. Ia mulai merasakan keindahan ajaran agama yang fleksibel dari agama keluarga ini. Ia mengangguk-angguk tanda memahami.

“Lalu bagaimana menurut nak Maxwell, apakah wajah Ayesha cukup menarik?”, sambung kakek menggoda.

“Dia adalah bidadari bumi kek” spontan Maxwell menjawab. Kakek terkekeh. Ayesha semakin tersipu. Sementara Ali dan Bibi Leida tersenyum-senyum.

“Lalu menurut nak Maxwell, mengapa ia harus memakai cadar?”

“Sepertinya kecantikannya berbahaya.

Apakah begitu?”

“Mengapa nak Maxwell berkata begitu?”

“Karena baru dua kali saya melihatnya dan itu pun hanya sesaat, tapi sudah membuat pikiran dan jiwa saya berubah tak menentu. Apalagi jika Nona Ayesha tidak memakai cadar… saya tidak bisa bayangkan, betapa banyak pria yang baik maupun yang jahat akan menjadi gila karena ingin memilikinya”.

Maxwell tak kuasa membendung pendapatnya. Tuk kesiannya ia melirik ke arah Ayesha. Yang dilirik semakin jengah dan merona pipinya. Tapi tentu tak ada yang tahu.

“Benar sekali. Mungkin kakek harus menyampaikan salah satu sebab mengapa cucu kakek ini kemudian memakai cadar saat ini. Dulu, tepatnya tiga tahun yang lalu, dia yang masih belum memakai pakaian muslimah dengan baik, sempat beberapa kali mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Tepatnya percobaan pemerkosaan dan pembunuhan. Semuanya dikarenakan kecantikannya yang membuat para lelaki hidung belang hilang akal dan bernafsu. Akhirnya, karena mudharatnya lebih banyak, maka kakek menyuruhnya untuk menutupi wajahnya sekaligus menyuruhnya untuk berlatih ilmu bela diri dengan tujuan untuk melindungi diri sendiri. Dan syukurlah, sejak ia menjadi muslimah yang baik, maka Allah terus menjaganya. Begitu juga nak Maxwell, kami yakin, jika kelak nak Maxwell menjadi seorang muslim yang baik, maka Allah akan menjadi penjaga nak Maxwell. Dan barangsiapa dalam penjagaanNya, maka tak ada satu orang pun di bumi yang akan bisa mencelakakannya. Ingatlah nak Maxwell, ketika nak Maxwell belum jadi baik saja, maaf ya, ketika nak Maxwell belum menyadari kesalahan-kesalahan nak Maxwell selama ini saja, Allah tetap menolong nak Maxwell, apalagi kalau nanti sudah benar-benar lurus akan beragama. Bukan begitu?”

1
Eliadorrʕ •ᴥ•ʔゝ☆
lnjt kk
Eliadorrʕ •ᴥ•ʔゝ☆
lnjt kkk plisss
Yuli Budi
ya Allah Thor lama amat 3 thn, wis kedarung lupa jln critane
Nurliah Kisarani Lia: maafin ya..../Pray//Pray//Pray//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 1 replies
Rudiyan
Cerita yg sangat menarik untuk di baca dan membuat kita ingin tahu apa episode berikutnya
Nurliah Kisarani Lia: tq rudi...smg bermanfaat
total 1 replies
Nurliah Kisarani Lia
semangattttsss
@
bagus bngt Thor crita nya God 👍🏻
Samsuna
Mark ketika jatuh cinta lucu sekali 😂🤭
Samsuna
tegang akuuu
Samsuna
aku sedih Peter meninggal 😭😭😭😭
s
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
lupa nama?
yukk bisa yuukk thor up lagi..bismillah.
lupa nama?
nona grace kka sepupu/ adik sepupunya maxwell dong..bukan bibi dong kan anak dari pamannya
Nurliah Kisarani Lia: keduanya sis. sepupu kandung dari Abraham krn anaknya, juga bibi karena adik dari cristine yg juga ibunya maxwel (ibu susu)
total 1 replies
lupa nama?
Dari karya ini banyak pembelajaran yg dapat diambil bagaimana menjadi muslim yg taat kepada Rabb-NYA
Nafid Fajarina
waah.. samaan kaya aku mak otor. baby nya udah berpa bukan nih?
Ibunya Alzam Zaky
di tunggu up nya lagi kak... setia menunggu
Ibunya Alzam Zaky
😭😭😭😭😭
Ibunya Alzam Zaky
ky di pelem Thor
Ibunya Alzam Zaky
mark kamu sana grace sono
Asih Suhermanto
seneng dech di up lagi ini cerita... semangat yaa kak di tunggu kela jutannya
Ibunya Alzam Zaky
waah mak author hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!