A Mafia'S Love For A Muslimah
Dorrrr!!!
Arghhh....
Ayesha terkesiap. Suara tembakan terdengar jelas di telinganya. Sontak ia mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Pandangannya tertumpu pada rerimbunan semak yang tidak jauh dari tempatnya mengarahkan panahnya ke seekor rusa yang tidak jauh dari tempatnya bertengger. Buruannya yang sudah dalam intaiannya sejak beberapa waktu lalu akhirnya terlepas karena suara bising tersebut. Ia berpikir sejenak. Mungkin itu suara orang berburu seperti dirinya juga. Tapi mengapa ada suara teriakan manusia? Atau mungkin itu suara kesenangan si pemburu karena berhasil mengenai sasarannya? Pikirnya lagi. Tapi tak lama terdengar lagi suara yang sama.
Dorrr!!!
Arghhh...
Lelaki itu terkapar tak berdaya. Dua tembakan tepat bersarang di dadanya. Nyaris menembus jantung. Matanya terpejam. Nafas berhenti. Lima orang di depannya tertawa menyeringai mengalahkan ekspresi seekor binatang buas.
"Hahahaha....
“Akhirnya..
“Inilah akhir kisah seorang boss mafia kelas kakap...
“Maxwell Powwel..
“Matilah kau..
“Hahaha...."
"Boss sebaiknya kita hujani lagi dia dengan tembakan...memastikan dia mati sempurna...", saran si anak buah di samping orang yg menembak Maxwell.
"Betul. Jangan sampai kita ceroboh. Orang seperti dia bisa punya banyak nyawa.", kata si lelaki bengis.
Sambil berjalan mengitari sosok yang tergeletak tak berdaya di depannya, ia memain-mainkan pistolnya dengan memutar-mutarkannya dengan jari telunjuknya sebelum berniat hendak melakukan apa yang dikatakan anak buahnya barusan. Hingga setelah puas bermain-main dengan senjatanya ia pun menarik pelatuk pistol di tangannya. Bersiap menghujani lelaki tanpa daya yang tergeletak bersimbah darah di tanah. Namun tiba-tiba ….
Dorrr!
Arghhhh..
Si lelaki bengis giliran yang berteriak. Ia tertembak tepat di punggung tangan kanannya yang memegang pistol. Seketika senjata pembunuh di tangannya pun terjatuh. Matanya melotot tak percaya. Dipeganginya tangan kanannya yang berlumuran darah. Ia meringis kesakitan.
Hanya sejauh 10 m dari tempatnya berdiri, terlihat sesosok bayangan berpakaian hitam memakai cadar dengan senjata di tangan dan alat pemanah di punggungnya sedang berdiri di atas dahan pohon setinggi 3 m dari atas permukaan tanah. Senjata laras panjang yang dipegangnya lurus menghadap kepala si lelaki bengis.
"Lepaskan dia atau kuhabisi kalian semua", teriak sang bayangan bercadar.
Si lelaki bengis terkesiap. Dia bisa melihat nada ketegasan dan kepercayaan diri dari wanita di atas pohon itu. Ya, dia pasti wanita, pikirnya. Suara dan pakaiannya menunjukkan itu. Hah sejak kapan dia takut pada wanita? Hmmm...tidak ada kamus dalam hidupnya begitu. Tapi oh tidak. Wanita itu sepertinya penembak jitu. Buktinya tapak tangannya terkena sasaran dengan sangat tepat. Objek kecil. Bagaimana kalau ke arah kepala, dada atau jantungnya? Apalagi dengan senjata laras panjang itu…
"Siapa kau. Kami tidak ada urusan denganmu. Jangan ganggu kami hah?”.
Si bengis mencoba membangun kembali kegarangannya. Sepertinya wanita ini asli orang sini, bahasa Inggrisnya aksen Rusia, pikirnya sejenak. Sementara, anak buahnya sontak mengangkat pistol mereka semua ke arah si wanita. Namun mendadak …
Dorrr..
Dorrr...
Dorrr…
Suara tembakan kembali diarahkan si wanita ke arah punggung telapak tangan 3 orang anak buah yang berjajar di samping si bengis, membuat nyali mereka ciut seketika. Semua senjata mereka terjatuh. Hanya terjadi dalam 4 detik. Dua lainnya yang bersenjata pisau hanya bisa terpana dan sontak memegang dada masing-masing khawatir ada peluru nyasar yang tak diharapkan. Anak buah si bengis yang tertembak hanya bisa menjerit kesakitan memegangi tangan mereka.
"Aku tidak main-main. Jika kalian memaksa, akan kujadikan kepala kalian hari ini ajang latihan menembakku. Aku sudah rindu. Kebetulan aku sudah lama tidak melakukannya seminggu ini". Si wanita berteriak tegas.
Si lelaki bengis mulai menyadari bahwa wanita di depannya bukan omong kosong. Dengan tangan bersimbah darah, dikodenya anak buahnya untuk segera melarikan diri tanpa sempat mengambil kembali pistol-pistol yang mereka miliki, kerena Ayesha sontak menembak ke arah tanah dimana pistol mereka terjatuh. Hm, biarlah ia menang saat ini, akan kubalas suatu saat nanti. Lagi pula Maxwell pasti sudah mati, pikir si bengis. Mereka bergegas menyambar kuda-kuda yang berada di sana dan memacunya dengan cepat. Rupanya mereka ke hutan ini juga mengendarai kuda. Sama dengan si wanita.
Ayesha, si wanita tersebut segera melompat turun dari pohon tempatnya bertengger setelah dirasa Joeris dan komplotannya sudah pergi jauh. Ia segera mendapati orang yang tadi didengarnya berteriak ketika dia sedang berburu. Maxwell. Rupanya si lelaki tadi hanya pura-pura mati dengan menahan nafasnya. Menyadari musuhnya sudah berlalu, perlahan dibukanya matanya menatap sesosok wanita bercadar yang kini berjongkok meraihnya. Nafasnya tersengal. Dia terbatuk dan menyemburkan darah dari mulutnya. Pandangan matanya perlahan mengabur. Bumi seolah berputar dan ia pun tak sadarkan diri setelah sesaat sempat terkesima melihat sekilas wajah Ayeesha yang mendekat ke arah kepalanya. Wanita itu membuka cadarnya dengan cepat lalu melepasnya dan mengikatkan kain yang panjang itu dengan kencang ke dada lelaki yang sama sekali tak dikenalnya itu.
Dengan sangat cekatan seperti sudah terlatih, Ayesha membalutkan kain cadarnya ke tubuh Maxwell untuk menyumbat darah yang terus keluar dari lubang tembakan. Dia menahan nafasnya ketika melihat darah juga meleleh keluar dari luka menganga di betis kiri dan kanan pria itu. Sepertinya bekas tancapan pisau tajam yang melengkung ujungnya yang ditarik keluar. Bergegas dikoyaknya bagian bawah baju atasnya yang panjang dan diikatkan juga ke bagian kedua kaki Maxwell. Sekilas ia melihat wajah tampan dan maskulin di depannya yang separuhnya tertutupi darah. Darah dari semburan mulutnya sendiri yang entah kenapa bisa menyemburkan darah dan juga darah dari pelipisnya yang mungkin karena terjerembab kena akar pohon.
Ayesha terperangah melihat dirinya sendiri. Mengapa ia begitu peduli pada orang yang tak dikenalnya? Kelak apa yang dilakukannya saat ini tanpa diketahuinya akan menyebabkan sebuah perubahan besar dalam kehidupan seseorang. Perubahan yang bisa dibilang hampir seratus delapan puluh derajat. Perubahan pada seseorang yang terkenal sebagai sesosok iblis berwujud manusia yang bahkan pada Tuhan pun ia sudah bersumpah tidak mengakui dan tidak memerlukanNya sama sekali.
Ayesha menatap dirinya sendiri dengan asing. Kepalanya saat ini hanya dibalut jilbab kecil yang memang biasanya dipakainya di dalam jilbab besar yang bersatu dengan cadar yang menutupi kepalanya di bagian luar. "Ampuni aku ya Allah. Ku pikir ini kondisi darurat yang Engkau maafkan. Aku harus menyelamatkan nyawa orang ini. Bukankah menyelamatkan satu nyawa manusia berarti menyelamatkan semua manusia? Duhai Rabb, Sang Maha Khaliq. Aku tak tahu siapa pria ini. Ijinkan aku menyelamatkannya jika itu memang baik menurut-Mu dan lebih bermanfaat untuk umat. Aamiin", gumam Ayesha sambil mengangkat tubuh Maxwell ke atas kuda putihnya.
Ayesha memang agak kesulitan karena tubuh lelaki itu tinggi dan kekar. Namun latihan gulat yang selama ini dijalaninya dari Aiko, master gulat wanita dari Jepang yang khusus dikirim kakeknya untuk menggembleng kekuatannya ternyata sangatlah membantunya. Dengan tehnik memanfaatkan berat tubuh lawan, dalam hal ini orang yang sedang diangkatnya, ia pun dengan perlahan berhasil mendaratkan tubuh Maxwel di atas punggung kuda kesayangannya. Mereka pun langsung melesat menuju ke sebuah tempat, radius sepuluh kilometer dari hutan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Rudiyan
Cerita yg sangat menarik untuk di baca dan membuat kita ingin tahu apa episode berikutnya
2024-02-24
1
Ibunya Alzam Zaky
wah bakal seru ini kaya nya aku suka
2022-11-07
1
𝚀ͬ𝙽ͥ𝚊ᷦ𝚛ᷜ𝚊ͥ
hadir kak, mulai baca semangat☺️
2022-08-23
1