"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
satu orang lagi
"DEMI TUHAN, HENTIKAAAN" suara teriakan dari mamanya membuat dua orang yang saling adu pukul dan mengunci satu sama lain itu menghentikan aksinya dan reflek mekihat asal suara.
"MAMA" ucap mereka berdua secara bersamaan "apa yang kalian lakukan ?, seperti anak kecil saja sangat memalukan" umpat Vanya dengan gemas, Devan dan Gavin memamg sedari kecil tidak pernah akur.
sifat mereka berbanding terbalik bagaikan langit dan bumi, tetapi mereka masih menyayangi satu sama lain hanya saja pertemuan pertama setelah 15 tahun belum afdol jika tidak saling memberi bogeman.
"tamu - tamu sudah datang tetapi kalian malah disini saling adu jotos, sangat memalukan" ucap Vanya sekali lagi kepada kedua putra kembarnya yang tampan.
gavin dan devan sangat mirip mungkin haya beberapa orang saja yang dapat membedakanya karena mereka terlahir dengan satu plasenta, walaupun tidak pernah akur dan saling bertolak belakang namun batin mereka saling terkoneksi.
Gavin segera melepas kunciannya dan dengan sigap berdiri membereskan kaosnya diikuti juga oleh Devan "kami tidak bertengkar mama, kami saling memberi sapa" Devan membela diri dan mulai berjalan mendekati mamanya merayu seperti biasa agar mamanya tidak mengomel.
"lagipula aku sangat merindukan saudara kembarku ini yang tidak pernah mau membalas pesanku dan mengangkat telfon dariku selama kurang lebih 15 tahun" ucap Devan sembari menatap Gavin dengan sengit.
"Gavin apa yang dikatakan Devan itu sungguhan ?, kau tidak pernah membalas pesan saudaramu selama dia di swis?" tanya mama Vanya dengan wajah kagetnya.
Gavin yang mendengarnya menjadi jengah dan menghela mafas berat "iya benar ma, untuk apa aku membalas pesannya jika ada CCTV 24 jam yang mengawasinya jadi aku tau apapun yang dia lakukan" jawab Gavin dengan dingin seperti biasa.
"CCTV ?" tanya devan dan mama Vanya secara bersamaan "ya, apa kau tidak tau jika Mareta selalu menghubungiku dan memberitahuku apapun yamg sedang kau lakukan disana? bahkan setiap hari dia menangis karna kau berselingkuh" pernyataan Gavin sukses membuat Devan terkejut hingga mulutnya terbuka lebar.
"bagaimana dia bisa memgetahui nomor ponselmu?" tanya Devan penasaran, selama ini dia tidak pernah memberitahukan kepada siapapun nomor ponsel orang terdekatnya termasuk kepada mareta yaitu pacarnya yang sudah menemaninya selama 7 tahun belakangan ini.
"apa kau dungu ? kau sendiri yang meminta Mareta untuk menelfonku saat kau sakit" Devan kembali mengingat kejadian itu, dikala dia sakit dan dirinya ingin menanyakan obat kepada kembarannya ini namun untuk menelfon saja badannya lemas dia memberitahu Mareta nomor ponsel saudara kembarnya kepada Mareta.
devan selalu mengingat nomor ponsel Gavin karena baginya Gavin orang yang paling dia percaya dan dapat ia andalkan disetiap situasi "sudah sudah mama ingin kebawa dan kalian juga harus menyapa sanak saudara di bawah" interupsi dari mamanya membuat dua orang dewasa itu saling pandang dan menghela nafas panjang.
"tadi aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Nala, kau menyebut "Dia" siapa Dia Gav ?" pertanyaan Devan membuat Gavin terdiam kaku bagaikan patung.
"apa kau mencintai Nala Gav ?" tanya Devan sekali lagi kepada Gavin namun Gavin masih dengan sikap diamnya tak menyahuti sama sekali pertanyaan dari Devan.
"tidak aku tidak mencintainya" jawab Gavin kemudian dan dia berjalan menuju pintu kamarnya, sebelum tangan itu menyentuh gagang pintu kamar suara Devan terdengar kembali.
"baguslah karna aku berencana menikahinya, tak ku sangka dia menjadi gadis yang sangat cantik anggun dan kalem berbeda dengan Mareta" ucapan Devan sukses membuat Gavin mencengkeram gagang pintu tak lama kemudian dia berbalik badan berjalan dengan cepat menuju ke arah Devan.
"Nala miliku" ucap Gavin sangat posesif sambil tanganya mencengkeram kerah baju Devan "milikmu ? memangnya dia mau dengan ibu tiri yang galak sepertimu ? cuih" jawab Devan masih menantang.
"kami akan menikah" ucapan Gavin sukses membuat Devan membuka mulutnya lebar - lebar "apa ? bagaimana bisa ?" tanya Devan dengan pensaran, setau dia Nala dan kembarannya ini jarang sekali bertegur sapa walaupun masih dalam satu lingkup.
lalu bagaimana bisa mereka berdua akan menikah, dan tadi Gavin dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak mencintai Nala "Nala hamil anaku, Dia itu yang kau maksud adalah anakku yang saat ini didalam perut Nala" jelas Gavin dengan perlahan melepas cengkraman tanganya pada kerah Devan.