"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Sebentuk Cincin Berlian
Khalid menepati janjinya menjemput bidadari bercadar nya itu di depan kamar Rani. Penampilan Rani malam itu terlihat sangat memukau karena gaun yang ia gunakan dikirim langsung oleh Syam dari permintaan Khalid.
"Assalamualaikum Rani...!" sapa Khalid sedikit gugup melihat pesona Rani dengan mata indah menatapnya teduh.
"Waalaikumsalam...!" jawab Rani dengan degupan jantung terpacu lebih cepat. Jika wajahnya terekspos tanpa cadar mungkin Khalid bisa melihat ekspresi gelisah bersemu merah menghiasi wajah cantiknya.
"Ayo kita berangkat ke restoran....!" ajak Khalid ke tempat yang lebih tenang. Rani berjalan mengikuti langkah Khalid yang berjalan lebih dulu di depannya.
Alih-alih ke restoran justru Khalid mengajak Rani ke rumah liburan keluarga yang ada di tanah nabi tersebut.
"Kita mau ke mana Khalid?" tanya Rani saat melihat bangunan megah bernuansa gaya interior istana.
"Kita ke rumah keluargaku. Turunlah Rani ...!" ajak Khalid saat pintu mobil dibuka oleh salah satu pelayan.
"Apakah ada acara keluargamu di sini?" tanya Rani sambil memperhatikan area sekitarnya yang terlihat sepi kecuali beberapa pelayan yang berdiri tertunduk menyambut pasangan itu.
"Malam ini adalah acara untuk kita berdua saja. Kita ke taman samping...!" ajak Khalid.
"Ya Allah. Apakah ada kabar baik malam ini untukku dari pria ini?" batin Rani merasa dadanya penuh sesak oleh rasa gugup yang makin menjadi.
"Silahkan duduk, Rani ...! Kamu adalah satu-satunya tamu istimewaku malam ini," ucap Khalid menarik kursi untuk Rani duduk lalu diikuti olehnya yang duduk di hadapannya Rani.
"Apakah malam ini kamu sedang merayakan ulangtahun?" tanya Rani.
"Bukan."
Khalid memberi kode pada pelayan untuk menghilangkan makanan pembuka untuk mereka. Pelayan begitu cekatan menghidangkan menu ringan untuk keduanya dengan tatanan yang sangat indah dan berkelas.
"Kita makan ringan dulu ya...!" ajak Khalid lalu memotong kuenya begitu juga Rani. Gadis itu menyedot minumannya hampir habis karena ia merasa makin gugup.
Saat potongan kue itu terbelah, betapa terkejutnya Rani melihat cincin berlian nampak berkilau di tengah kue coklat itu.
"Will you marry me, Rania Karisa?(Maukah menikah denganku Rani?)," pinta Khalid membuat mata Rani berkaca-kaca.
Bibirnya terkatup menahan tangisnya. Ia seakan kehilangan kata-kata saking terharunya mendapatkan surprise dari Khalid.
"Tolong dijawab sayang...!" pinta Khalid menatap wajah Rani.
"Aku...aku....!"
"Ok, lanjutkan Rani ...! Katakan kamu mau apa?" desak Khalid.
"Aku bersedia menjadi mendampingi mu disisa usiaku, Khalid," ucap Rani lembut penuh penekanan walaupun suaranya terdengar serak.
Cincin itu diambil oleh Khalid lalu dibersihkan dengan tisu basah lalu mengenakannya ke jari manis Rani yang terlihat tersipu malu.
"Alhamdulillah ya Allah. Terimakasih sudah mengirim pasangan terbaik untukku," ucap Khalid lalu Rani berdiri menghampiri Khalid untuk mengambil kedua tangan lelaki itu lalu mengusap diwajahnya dengan diikuti kalimat "Aamiiin...!"
Khalid berdiri sambil tertawa renyah melihat tingkah Rani yang kocak. Khalid menarik ikatan cadar Rani untuk melihat wajah cantik Rani malam ini.
"Boleh aku melihat wajahmu, sayang?" tanya Khalid saat Rani menahan cadarnya yang ingin dibuka oleh Khalid.
"Apakah harus sekarang?" ragu Rani.
"Aku hanya ingin melihat wajah calon istriku saja. Apakah tidak boleh?" tanya Khalid.
"Baiklah. Kalau itu keinginanmu," ucap Rani lalu membebaskan kain cadar itu dari wajahnya dan menatap wajah tampannya calon ayah anak-anaknya kelak.
"Masya Allah...!" kagum Khalid menatap lebih lama wajah Rani tanpa berkedip sedikitpun.
"Rasanya aku ingin menikahi mu sekarang, Rani. Dan aku tidak rela melepaskan kamu pergi dari hidupku lagi," ucap Khalid lalu mengenakan lagi cadar Rani karena ia tidak ingin pelayan melihat wajah cantik calon istrinya.
"Itu yang aku tunggu Khalid. Lebih cepat lebih baik. Aku juga tidak sabar menerima ijab qobul mu," batin Rani lalu keduanya kembali duduk di kursi mereka masing-masing. Mereka melanjutkan makan malam mereka selanjutnya lalu membahas apa saja yang berhubungan dengan pernikahan mereka nantinya.
...----------------...
Sekitar pukul sebelas malam Rani dan Khalid sudah kembali ke hotel mereka masing-masing. Namun ditengah malam saat Rani terlelap deringan telpon membangunkan tidurnya dan Rani menggapai tangannya untuk mengambil benda pipih itu dari meja nakas yang ada disamping tempat tidurnya.
"Ya Allah siapa yang menganggu tidur ku?" omel Rani. Matanya memicing melihat wajah Khalid yang melakukan panggilan video dengannya. Beruntunglah ia selalu tidur mengenakan jilbab.
Wajah bantalnya terlihat tetap cantik saat menggeser tombol hijau itu. Khalid menyapanya dengan suara tercekat seperti orang yang mau nangis.
"Hai Habibi...! Ada apa?" tanya Rani.
"Tolong keluarlah sebentar...! Aku ingin bicara padamu," pinta Khalid menahan bulir bening nya agar tidak jatuh.
"Iya tunggu sebentar sayang...!" ucap Rani segera mengambil cadarnya lalu keluar menemui Khalid.
Ketika Rani keluar Khalid langsung memeluk tubuhnya dengan erat membuat Rani syok. Rani berusaha mendorong tubuh atletis itu namun Khalid makin erat memeluknya.
"Sayang. Aku pamit pulang ke kotaku Riyad. Ada urusan penting yang tidak bisa aku tolak atau diwakili oleh Syam karena kami berdua dibutuhkan di sana," ucap Khalid.
"Pergilah sayang dan tolong lepaskan aku...! Ini akan jadi fitnah kalau sikap seperti ini," ucap Rani lalu mendorong tubuh Khalid menjauhinya.
Beruntunglah di koridor lantai kamar Rani sepi jadi mereka masih dalam keadaan aman." Apakah kamu mau mengantarku ke bandara?" pinta Khalid.
"Baiklah. Tunggu sebentar aku ganti baju dulu...!" ucap Rani lalu kembali ke dalam kamarnya.
Tidak berapa lama kemudian gadis cantik sudah rapi dengan tas tangannya. Khalid tidak ragu lagi menggeram tangan tunangannya itu menuju mobil miliknya. Petugas hotel yang tahu siapa Khalid nampak memberi hormat.
Khalid berhenti sesaat untuk memberi tahu kepada para petugas hotel tentang keberadaan Rani.
"Perlakukan wanitaku dengan sebaik mungkin selama dia berada di hotel ini karena dia adalah calon istriku," ucap Khalid seakan memberikan tugas berat pada mereka untuk mengawasi Rani dan melayani kebutuhan Rani jika Rani meminta tolong kepada mereka.
"Baik tuan. Kami akan memberikan pelayanan terbaik pada nona Rani," ucap salah satu petugas hotel yang sudah tahu nama Rani dari Syam.
"Bagus. Terimakasih...!" Khalid melangkah keluar meninggalkan hotel itu dengan tetap menggenggam tangan Rani.
Di dalam perjalanan, Khalid meminta Syam untuk berhenti sebentar. Syam lalu keluar meninggalkan sejoli itu untuk memberikan mereka privasi.
"Kenapa berhenti di sini, Khalid ? Bandaranya masih jauh," tanya Rani.
"Sayang. Boleh aku minta sesuatu kepadamu?" tanya Khalid.
"Kamu mau apa?" tanya Rani.
"Ini...!" ucap Khalid seraya menunjuk bibir Rani membuat mata Rani membeliak.
"Maksudnya kamu mau mencium bibirku?" tanya Rani syok.
"Iya sayang. Bukankah kita sepasang kekasih dan kamu adalah tunanganku?" ucap Khalid.
Rani menyipitkan matanya menatap wajah tampannya Khalid dengan tatapan rumit sulit diartikan Khalid.
Visual Khalid