"Tolong jangan sentuh saya, Pak." Ucap seorang gadis cantik berkacamata bulat dengan tubuh bergetar hebat. Gadis itu terisak pilu ketika mahkota yang selama ini dijaga, direnggut paksa oleh seorang dosen.
Azura Saskirana seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di ruang perpustakaan di malam hari yang sepi ditengah hujan badai. Zura hari itu memang sengaja ingin menyelesaikan skripsinya yang tinggal sedikit lagi selesai. Disaat bersamaan hujan turun dengan lebat disertai angin, membuat dia enggan beranjak. Karena tempat kostnya terletak lumayan jauh dari kampus, jadi dia memutuskan untuk menunggu hujan reda baru akan pulang itupun dia masih harus berjalan kaki.
Garvin Reviano Agler, seorang dosen yang sudah lama menduda dan berhati dingin setelah pernikahan dengan wanita yang dicintainya gagal karena wanita itu lebih memilih pergi untuk mengejar karir. Malam itu Garvin dijebak oleh dosen wanita yang terobsesi dengannya dengan minuman yang sudah dicampur obat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Ke Sungai
Zura tersenyum memandang sang suami yang sedang sibuk membuat masakan untuknya di dapur. Ya, saat ini Zura sedang mengidam. Ingin makan nasi goreng buatan suaminya.
Garvin mantan dosen tampan yang selama ini tidak pernah berkutat di dapur, Tapi hari ini, terpaksa menuruti kemauan istrinya. Dengan kaku Garvin memegang sendok spatula.
"Mas Garvin, ayo buruan aku sudah sangat lapar." Ucap Zura.
"Bentar sayang, ini nasinya lengket di wajan. Mas kesulitan mengaduk nasinya." Ucap Garvin sambil tersenyum.
"Biar mama saja, mungkin cucu mama ingin nasi goreng buatan neneknya." Tiba-tiba mama Kalynda datang, ingin mengambil alih penggorengan.
"Jangan, aku maunya mas Garvin."
"Astaga Zura kamu yakin mau makan masakan suami kamu? Mantan duda karatan ini seumur hidupnya hanya kertas dan bolpen yang dia pegang." Ucap mama Kalynda.
"Justru itu, sepertinya anak-anak mas Garvin ingin papanya belajar masak. Tolong ya Ma, biarkan mas Garvin menyelesaikan dulu masakannya."
"Semoga saja kamu tidak keracunan."
"Tentu tidak mama mertua tersayang, mas Garvin tidak mungkin meracuni istri tercintanya. Bukan begitu mas?"
"Be... Benar sayang." Garvin tergagap, karena dia sendiri tidak yakin akan rasa nasi goreng buatannya.
"Ya sudah, mama tinggal dulu ke belakang. Mau ikut bik Tatik ke sungai." Ucap mama.
"Mau ngapain mama ke sungai?"
"Mancing ikan, kata Zura di sana banyak ikannya." Jawab Mama.
"Benar, ya sudah setelah makan aku juga akan nyusul mama."
"Kamu tunggu di rumah saja dengan mas sayang." Pinta Garvin.
"Tapi aku suka ke sungai mas. Adem banget di sana. Ayo mas juga ikut, belum pernah ke sana kan?" Tanyanya.
"Baiklah, mas ikut. Sekarang nasi goreng spesial dari dosen tampan sudah matang. Silahkan dicoba nyonya." Ucap Garvin menggoda Zura cosplay ala-ala menjadi pelayan Restoran.
"Terima kasih kakak." Jawab Zura.
Garvin menunggu dengan hati berdebar, serasa akan mengikuti ujian kompetisi master chef. Seolah slow motion gerakan tangan Zura menguji iman.
"Ayo sayang di makan." Desak Garvin, sedangkan Zura tidak yakin dengan rasa nasi goreng buatan suaminya ini. Pasalnya warna nasinya sedikit aneh dilihat, ada yang merah, hitam dan juga putih.
Satu sendok telah masuk mulut Zura, mengunyah perlahan sambil memandang sang suami yang berharap banyak. Asin, pedas, dan juga gosong.
"Hmm... Lumayan mas. Rasanya nano nano, buat hariku berwarna pagi ini." Jawab Zura tidak enak hati ingin mematahkan kebahagiaan Garvin.
"Benarkah? Berarti mas berhasil dong sayang. Padahal baru pertama kalinya mas ke dapur." Bangga Garvin.
"Iya, aku akan habiskan nasi gorengnya. Mas ke kamar dulu saja untuk ganti baju." Ujarnya.
"Baiklah, habiskan ya anak-anak papa." Ucap Garvin begitu bahagia.
Bersiul-siul Garvin menuju kamarnya, sedangkan Zura bergegas mencari plastik hitam untuk membungkus nasi gorengnya. Benar kata mertuanya, dia akan keracunan jika harus menghabiskan makanannya. Setidaknya Zura ikut bahagia dengan effort suaminya yang menuruti ngidamnya. Zura merasa menjadi prioritas Garvin.
Zura berfikir Garvin sudah banyak berkorban untuk dirinya. Bahkan mertuanya juga yang meninggalkan semua kehidupan kota demi untuk menjalani hidup bersamanya di desa seperti sekarang. Zura tahu pasti sulit untuk mereka beradaptasi, tapi mereka berusaha untuk bisa hidup bersama dengannya. Itulah mengapa, Zura bertekad sembuh dan melahirkan kembar dengan selamat.
Saat ini Garvin dan Zura sudah berada di tepi sungai. Mereka tidak melihat keberadaan mama Kalynda dan bi Tatik di sana. Suara gemericik angin dan hembusan angin sepoi membuat suasana menjadi romantis. Pasangan suami istri itu tidak akan membiarkan begitu saja tanpa membuatnya menjadi kenangan.
"Bagaimana, kalau duduk di sana?"
"Iya sepertinya bagus juga, sambil menikmati suasana kita bisa berpacaran."
"Kita sudah menikah mas, untuk apa pacaran lagi." Tanya Zura.
"Pacaran halal sayang. Maaf jika dulu mas mengawali hubungan dengan cara yang salah. Hingga kita tidak sempat menikmati jalin kasih seperti orang-orang." Sesal Garvin.
"Tapi aku suka seperti itu."
"Sejak dulu, aku tidak pernah punya keinginan pacaran. Karena menurutku itu hanya sia-sia. Pacaran belum tentu menikah, sedangkan sudah banyak waktu dan emosi sesaat yang terbuang percuma." Ucap Zura.
"Aku lebih suka seperti ini, mas datang langsung menikahi. Meskipun sudah lebih dulu menabung di rahimku." Lanjut Zura sambil tertawa.
"Hahaha... Menabung ya... Dan ternyata tabungan deposit kita ada dua."
"Benar, dan tinggal 3 bulan lagi kita berdua akan menjadi orang tua. Apa mas bahagia?"
"Mas sangat bahagia, mas bersyukur kala itu Elena menjebak mas. Jika tidak, mungkin mas masih menjadi pengecut yang hanya mencintai kamu dari jauh." Ucap Garvin.
"Terima kasih ya mas, sudah membalas cintaku. Aku bahagia sekali."
Dibawah rimbunan pohon bambu, pasangan beda usia itu berciuman dengan mesra. Seolah dunia milik berdua.
Sedangkan mama Kalynda dan bik Tatik yang baru kembali dari hulu bisa melihat saat pasangan halal itu saling berbagi saliva.
"Kita langsung pulang kan nyah?"
"Iya pulang saja, mau ngapain disini jadi penonton kemesraan mereka. Bibik nanti repot jika kepingin tapi tidak punya pasangan. Hahaha." Mama Kalynda tertawa bahagia sekali.
"Kita apakan ikan-ikan ini nyah? Enak ya hidup di sini, pingin ikan aja tinggal ambil. Gak perlu keluar uang untuk beli." Ucap bik Tatik.
"Kita buat saja bumbu pesmol, ikan bakar madu dan juga ikan goreng tepung. Jangan lupa buat sambalnya ya bi." Perintah mama Kalynda. Dua orang majikan dan pembantu itu pun pulang.
Sedangkan Garvin dan Zura yang terhanyut dalam buaian asmara lupa di mana mereka berada. Mereka hampir melakukan penyatuan di sana.
Jika saja tidak terganggu oleh kicauan burung yang saling bersautan, mungkin sungai berair jernih ini menjadi saksi dua insan menyatu.
"Mas... Kita sedang berada di sungai." Ucap Zura ketika tangan Garvin ingin melucuti pakainnya. Garvin berdecak, karena senjata miliknya sudah mengembang sempurna. Tinggal masuk saja. Tapi harus mundur sebelum berperang.
"Maaf ya mas." Ucap Zura.
"Kalau begitu kita pulang saja, mas ingin sayang." Pinta Garvin.
"Tahan sebentar ya mas, aku ingin berendam dulu." Jawab Zura.
"Yah sayang, mas tunggu di sini ya. Rasanya kepala mas seketika merasa pusing atas bawah."
"Hahaha... Sabar ya." Ucap Zura sambil mengelus lembut milik suaminya.
Zura turun ke sungai, rasanya dingin tapi segar. Memberikan ketenangan dalam hatinya. Zura berharap jika dirinya punya waktu lebih lama. Hidup bersama suami yang mencintainya dan anak-anak yang tumbuh, merupakan impian Zura saat ini.
Melihat istrinya termenung saat sedang sendiri, membuat Garvin sedih. Pria itu tahu jika istrinya rapuh.
"Tolong tetap kuat sayang, bertahan demi mas. Apa jadinya jika kamu pergi. Mas bisa gila hidup tanpamu Zura." Gumam Garvin. Bulir bening menetes di pipinya.
semangat....💪💪💪💪💪💪💪