Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Lelaki Frustasi
Sungguh Gyan dibuat penasaran akan lelaki yang disukai Achel. Dia masih terduduk di sofa ruangan depan tanpa bisa memejamkan mata. Diraihnya ponsel yang diletakkan di sampingnya. Menghubungi seseorang yang pastinya sudah terlelap di jam yang menunjukkan ke angka sebelas malam.
"Ketemu di tempat biasa sekarang."
Seorang lelaki yang baru saja hendak masuk ke alam mimpi diganggu oleh sang bos yang tak tahu waktu. Gerutuan pun terlontar dari mulut lelaki itu yang terpaksa harus turun dari tempat tidur. Setengah jam berselang, lelaki itu sudah duduk manis di sebuah kafe yang buka dua puluh empat jam. Tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu membahas pekerjaan jika suntuk di kantor.
"Ada apa?" tanyanya sambil menyodorkan minuman alkohol kepada Gyan. Ya, dia sangat tahu apa yang Gyan butuhkan ketika sudah mengajaknya bertemu malam-malam seperti ini. Apalagi wajah Gyan sudah sangat berbeda. Bukan raut lelah yang dia lihat, melainkan raut frustasi seorang lelaki.
Tanpa ragu Gyan meneguk alkohol yang sudah di tangan. Lalu, mulai menatap William dengan sangat serius.
"Achel."
Satu nama yang dia sebut dan membuat William tersenyum tipis. Walaupun hanya satu kata, tapi William sudah tahu arahnya mau ke mana. Dengan begitu sopan dia menyuruh sang atasan untuk bercerita. Dan dia akan menjadi pendengar setia.
Senyum kecil terukir di wajah William setelah Gyan mengakhiri ceritanya. Dia menatap sang atasan dengan begitu dalam.
"Gua di sini bicara sebagai temen, ya." William sudah membenarkan posisi duduknya. Gyan pun hanya mengangguk kecil.
"Perempuan itu sulit untuk ditebak. Mereka lebih suka kode-kodean daripada terang-terangan," papar William dengan serius.
"Kode?"
Lagi, William mengangguk. "Supaya apa? Supaya kita ini para lelaki peka sama dia."
Gyan berdecak kesal. Diteguknya kembali alkohol yang baru dia tuangkan. "Ribet banget," gerutunya. William malah tertawa mendengarnya. Tapi, dia memaklumi. Gyan adalah lelaki yang hanya mementingkan pekerjaan, bukan perasaan.
Suasana mendadak hening. William mulai menyandarkan punggungnya dengan mata yang masih menatap ke arah Gyan yang kini sudah memejamkan mata dengan punggung yang sudah bersandar di punggung kursi.
"Dari awal sih gua udah feeling kalau tuh cewek ada rasa sama lu." Gyan membuka matanya ketika mendengar ucapan William. Lelaki itupun mulai menjelaskan. Di mana Achel akan bersikap berbeda jika bersama Gyan. Seperti anak kucing penurut.
Gyan kembali terdiam mendengar ucapan William. Akhir-akhir ini sikap Achel memang begitu manis layaknya anak kucing.
"Apalagi denger cerita lu tadi tentang Achel yang liat crush-nya dipeluk cewek. Gua yakin crush yang dia maksud itu lu," tunjuknya pernah keyakinan.
"Soalnya, pada saat itu lu lagi dipeluk your ex diskonan."
Benar juga ucapan William. Dan kembali Gyan teringat akan ciri-ciri lelaki yang Achel sukai. Salah satunya tidak suka mengejar. Bukankah itu dirinya?
Gyan semakin membeku. Bukannya bahagia, tapi dia malah khawatir. Pasalnya, mereka berdua adalah adik-kakak yang baru akur sekarang. Apakah adik-kakak boleh saling cinta?
Lelaki itu masih betah di kafe dengan segala pergulatan pikiran dan perasaan. Di hati kecilnya ada rasa bahagia ketika William mengatakan jika orang yang Achel suka adalah dirinya. Tapi, logikanya menolak menerima karena mereka saudara.
Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Jadwal penerbangannya ke Melbourne jam tujuh pagi. Tapi, lelaki yang nampak frustasi itu masih belum mau beranjak.
Jam lima pagi, barulah Gyan pulang ke apartment Achel. Tubuhnya menegang ketika melihat Achel yang tertidur di sofa dalam posisi meringkuk tanpa memakai selimut.
"Apa dia nunggu gua?"
Didekatinya gadis itu. Gyan tersenyum ketika melihat wajah cantik Achel ketika terlelap. Diusapnya rambut gadis itu dengan lembut. Merasa ada sentuhan di kulit, perlahan Achel membuka mata. Wajah tampan itu begitu berbeda, terlihat sayu dan pipinya merona.
"Kenapa lu tidur di sini?" Suara itu begitu lemah, dan bau alkohol mampu Achel cium.
Achel mulai menegakkan tubuh. Tangannya mengusap lembut pipi putih lelaki yang berada di hadapannya. Senyum pun melengkung ketika tangan lembut itu sudah berada di pipinya.
"Kak Gy, kenapa mabuk?"
Bukannya menjawab, Gyan malah menarik tangan Achel hingga dia terjerembab ke dalam pelukan lelaki yang sedikit kacau.
"K-Kak--"
"Biarkan seperti ini dulu, Chel," potongnya.
Achel hanya terdiam. Dan sebuah kalimat kembali terlontar sangat lemah. Tapi, tak bisa Achel bantah.
"Peluk erat tubuh gua, Chel," "Peluk!"
Tangan yang awalnya tak bergerak mulai berada di belakang tubuh Gyan. Usapan penuh kelembutan di punggung membuat Gyan memejamkan mata.
"Kalau lu merasakan ketenangan dan kenyamanan, bertanda dia adalah orang yang lu sayang. Dan akan menjadi tempat untuk lu pulang."
"Gua sayang lu, Chel."
...**** BERSAMBUNG ****...
Udah 2 bab sesuai janji, ya. Yuk, tinggalin komentar setelah baca ya ..
pasti si Achell bahagia banget tuh musuh bebuyutannya sedari kecil kini sudah menyatakan perasaannya
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
bakal direstuin gak yah mereka...