Jae Hyun—seorang CEO dingin dan penuh perhitungan—menikahi Riin, seorang penulis baru yang kariernya baru saja dimulai. Awalnya, itu hanya pernikahan kontrak. Namun, tanpa disadari, mereka jatuh cinta.
Saat Jae Hyun dan Riin akhirnya ingin menjalani pernikahan mereka dengan sungguh-sungguh, masa lalu datang mengusik. Youn Jung, cinta pertama Jae Hyun, kembali setelah pertunangannya kandas. Dengan status pernikahan Jae Hyun yang belum diumumkan ke publik, Youn Jung berharap bisa mengisi kembali tempat di sisi pria itu.
Di saat Jae Hyun terjebak dalam bayang-bayang masa lalunya, Riin mulai mempertanyakan posisinya dalam pernikahan ini. Dan ketika Seon Ho, pria yang selalu ada untuknya, mulai menunjukkan perhatian lebih, Riin dihadapkan pada pilihan: bertahan atau melepaskan.
Saat rahasia dan perasaan mulai terungkap, siapa yang akan bertahan, dan siapa yang harus melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A Promise that Begins to Crack
Jae Hyun tiba di rumah saat malam sudah begitu larut. Langkahnya berat saat memasuki rumah yang megah dan luas, tapi terasa begitu sepi. Cahaya lampu redup di ruang tamu menyambutnya, membuat suasana terasa semakin sunyi. Ia melepas jasnya dengan gerakan lamban, bahunya terasa begitu kaku setelah seharian menghadapi berbagai tekanan.
Saat ia melangkah menuju kamar, pintu kamar utama yang sedikit terbuka membuatnya sadar bahwa seseorang masih terjaga di dalam. Ia menarik napas panjang sebelum mendorong pintu perlahan. Begitu matanya menangkap sosok Riin yang duduk di tepi ranjang, ia langsung tahu bahwa istrinya belum tidur.
Tatapan mereka bertemu dalam keheningan. Mata Riin tampak sayu, namun tak bisa menyembunyikan sorot kecewa di dalamnya. Cahaya lampu tidur memantulkan bayangan halus di wajahnya, memperjelas ekspresi yang ia sembunyikan di balik bibir yang sedikit mengerucut.
“Maaf sudah mengganggu tidurmu,” ucap Jae Hyun pelan, suaranya terdengar lebih serak dari biasanya.
Riin bangkit dari ranjangnya, berjalan mendekat dengan ekspresi yang sulit diterka. Awalnya ia ingin langsung meluapkan kekesalannya karena Jae Hyun tak kunjung memberinya kabar, tapi saat melihat wajah suaminya yang begitu lelah, ada sedikit perasaan tidak tega yang menyelinap di hatinya. Meski begitu, bukan berarti ia bisa langsung memaafkan begitu saja.
“Aku bahkan belum tidur sedetik pun,” balasnya dengan nada sinis.
Jae Hyun mengangkat alis. “Kau… menungguku?”
Riin mendengus, menyilangkan tangan di dadanya. “Kau pikir apa lagi? Apa menurutmu aku bisa tidur saat suamiku pergi hingga larut malam tanpa kabar sedikit pun?!” suaranya sedikit bergetar, entah karena marah atau emosi lain yang tak bisa ia kendalikan.
Jae Hyun terdiam sesaat, lalu menghela napas panjang. “Maaf,” hanya itu yang keluar dari bibirnya.
“Dasar menyebalkan!” Riin merasakan dadanya sesak. Ia bahkan ingin menangis. Perasaannya belakangan ini memang lebih sensitif dari biasanya, dan itu semakin diperparah dengan sikap Jae Hyun yang membuatnya khawatir setengah mati.
Jae Hyun mendekat dan mengulurkan tangan, membelai lembut wajah istrinya. Baru sekarang ia menyadari bahwa wajah Riin tampak lebih pucat dari biasanya. “Apa kau sakit? Wajahmu pucat. Kau tidak melewatkan makan malam, kan?”
Riin menepis tangannya. “Jangan mengalihkan topik pembicaraan,” ucapnya tajam. “Jelaskan padaku, apa yang terjadi pada gadis menyebalkan itu hingga waktumu tersita seharian ini?”
Jae Hyun menghela napas. Matanya mengarah ke lantai sejenak, lalu kembali menatap istrinya dengan penuh pertimbangan. “Ayo duduk dulu,” katanya sambil menarik tangan Riin, membawanya duduk di ranjang. Jari-jarinya menggenggam tangan istrinya erat, seolah takut Riin akan pergi setelah ia mengatakan kebenarannya.
“Youn Jung… dia mencoba untuk bunuh diri,” ucapnya akhirnya.
Riin membeku, matanya membesar. “Apa?” suaranya bergetar, bukan karena simpati, tapi karena keterkejutan.
“Dia melukai pergelangan tangannya. Untung saja dia masih dapat diselamatkan,” lanjut Jae Hyun.
Riin mengerutkan kening. “Apa dia seputus asa itu karena pertunangannya tak bisa diselamatkan?”
Jae Hyun membuka mulutnya, tapi kemudian menutupnya kembali. Ada sesuatu yang membuatnya ragu. Jika ia mengatakan alasan sebenarnya_bahwa Youn Jung kini memiliki perasaan padanya_ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Riin.
“Karena apa? Kenapa tiba-tiba kau diam?” desak Riin, matanya penuh selidik.
Jae Hyun akhirnya memilih berbohong. “Ah, maaf. Aku baru sadar kalau aku juga tidak mengetahui alasan pastinya. Mungkin dia memiliki masalah lain, mengingat hubungan keluarganya juga tak begitu baik.”
Riin mengamati ekspresi suaminya dengan tajam. Ada sesuatu yang aneh. Jae Hyun tidak menatapnya langsung saat berbicara, dan senyum yang ia perlihatkan tampak dipaksakan.
“Lalu… kau menjaganya hingga selarut ini?”
Jae Hyun tahu ia harus berhati-hati. Ia tak ingin membahas soal kondisi ayahnya sekarang, setidaknya tidak ketika Riin sendiri tampak kurang sehat. “Aku harus menunggu sampai Jung Won datang agar ada yang menjaga Youn Jung. Kau tahu kan sahabatku itu sering bekerja di luar kota, jadi butuh waktu lama sampai dia datang.”
Lagi, kebohongan itu. Riin bisa merasakannya.
Ia menggigit bibirnya, menahan dorongan untuk terus bertanya. Pikirannya mulai dipenuhi banyak hal. Apa mungkin Jae Hyun mulai goyah karena kehadiran wanita dari masa lalunya seperti yang dikatakan Youn Jung? Apa suaminya mulai mengingkari janjinya?
Jae Hyun bangkit dari tempat tidur. “Istirahatlah, aku harus mandi lebih dulu.”
Riin tidak menjawab. Ia hanya duduk diam, menatap punggung suaminya yang menjauh ke dalam kamar mandi.
“Dia mulai mengingkari janjinya,” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar. Ada sesuatu yang terasa sakit di hatinya, dan ia tidak tahu apakah itu karena kecemburuan, kekecewaan, atau ketakutan bahwa pernikahan ini perlahan akan berubah menjadi sesuatu yang tak pernah ia harapkan.
***
