Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 ~ Mencoba Menerima
"Mommyyyyy." Elodie yang baru selesai mandi itu sudah disambut teriakan menggema dari sang putra. Wanita itu tersenyum, namun saat mengingat perkataan Gray semalam membuat senyumnya luntur dalam sekejap.
"Mommy, Mommy masih marah padaku, ya?" tanya Cedric dengan wajah sedih, namun sepertinya tidak mempan lagi. Dalam hati anak itu merutuki sang ayah. Sekarang jadinya ia harus kembali berusaha keras mendapatkan hati sang ibu.
"Mommy, maafkan Cedric. Sebenarnya memang benar aku suka memeluk baju pemberian bibi Freya. Tapi itu karena aku suka gambar baby shark yang ada di baju itu, bukan lebih suka pada bibi Freya dibanding Mommy."
Elodie menghela napasnya kasar. Entah kenapa ia harus ngambek pada anak kecil, lalu apa beda dirinya dengan anak di depannya ini. "Sudahlah. Kamu tidak perlu meminta maaf."
Cedric tersenyum senang, anak itu melompat riang membuat Elodie tertawa kecil. "Mommy, aku mau dimandikan Mommy."
.
.
.
Gray menatap beberapa hidangan di atas meja. Pria itu menatap takjub ke arah dapur, Elodie yang masih menggunakan apron itu menurutnya tampak cantik.
Pria itu menghampiri, tanpa berkata langsung meraih mangkok sup dari tangan sang istri yang menatapnya bingung.
"Emh, sudah lama sekali tidak makan masakan Mommy," kata Cedric dengan ceria. Anak itu makan dengan lahap hingga membuat Elodie tersenyum senang.
Sementara pria dewasa di sampingnya itu juga makan sampai tidak bersuara. Entah dia menyukai atau tidak, Elodie tidak peduli juga tidak mau tahu.
"Mommy, bisa kah membungkuk sedikit?" pinta Cedric yang langsung dituruti sang ibu.
Cup.
Elodie mengerjap saat merasakan pipinya dikecup. "Aku ke sekolah dulu, Mommy. Nanti siang jangan lupa menjemputku."
Cedric melambaikan tangan dan langsung masuk ke dalam mobil. Sementara Gray masih berdiri di samping wanita itu. "Sampai kapan kau mau membungkuk?" tanya pria itu dengan ketus membuat Elodie tersadar.
Wanita itu langsung berdiri tegak dengan menatap Gray tidak suka. "Tubuh, tubuhku. Terserah aku dong mau membungkuk, jongkok, jinjit atau kayang sekali pun."
Gray mendengus, namun ia juga tidak punya banyak waktu untuk berdebat dengan sang istri. "Nanti siang bibi Erin akan kembali. Dia akan membantumu memindahkan barang dari kamarmu ke kamarku."
"Apa? Untuk apa? Aku tidak mau!"
"Jangan terlalu banyak pikir dulu! Mamaku akan datang nanti malam. Dia mengetahui hubungan kita baik-baik saja. Jadi tidak mungkin kita suami istri tidur terpisah kan? Apa katanya nanti?"
Elodie bergeming, namun ia juga enggan. "Aku akan ke rumah Clara lagi. Katakan saja kalau aku menginap beberapa hari di rumah teman."
"Mana bisa begitu! Pokoknya nanti kamarmu pindah! Tidak ada bantahan."
"Tapi ...."
Cup.
Kali ini Elodie sampai mematung, karena bukan pipi lagi, melainkan bibirnya yang hendak melayangkan protes dikecup dengan dalam.
"Latihan. Dan jangan cosplay jadi patung seperti itu!" kata Gray sebelum menyusul sang putra masuk ke dalam mobil. Di dalam sana asisten Al hanya bisa mengulum senyum. Sungguh, jika mulutnya lemes akan ia pastikan atasannya ini viral seperusahaan.
Elodie yang ditinggalkan mengerjap pelan. Wanita itu seperti orang linglung. Jantungnya juga berdetak kencang seperti tengah lari maraton. Ia menepuk pelan pipinya sebelum menampar dengan kencang.
"Sadar!" titahnya pada diri sendiri.
Wanita itu lalu berbalik dan masuk ke dalam rumah. Namun bayang-bayang wajah Gray yang tiba-tiba mendekat itu tidak bisa menghilang.
"Sialan! Pria tua menyebalkan! Tidak cukup tiba-tiba menjadi suami, sekarang mau memenuhi pikiranku juga?" umpat wanita itu sembari menoel-noel kepalanya sendiri.
Ia menggeleng keras, berusaha melempar wajah Gray yang terus terngiang itu. Jantungnya juga, dari tadi masih terus berdetak kencang. "Sakit! Aku sakit sepertinya!"
.
.
.
"Nyonya, saya senang sekali mengetahui hubungan Anda dan tuan semakin dekat," ucap bibi Erin sembari memindahkan pakaian-pakaian Elodie ke dalam koper untuk dibawa ke kamar sang tuan.
Wanita paruh baya itu berkata sembari tersenyum, sementara Elodie yang tidak bersemangat sama sekali tidak mau membantu. Wanita itu duduk diam sembari memperhatikan bibi Erin yang bekerja sendiri. Namun perkataan bibi Erin membuatnya sedikit tertarik.
"Memangnya seperti apa hubungan kami di masa lalu?" tanya Elodie mulai penasaran. Bibi Erin terdiam, wanita itu merasa sudah berkata hal yang seharusnya tidak dibahas.
"Bibi, aku sedang bertanya, loh."
"I-itu hubungan Nyonya dan tuan dari dulu baik-baik saja. Tapi sepertinya akhir-akhir ini kalian tampaknya semakin dekat. Karena itu saya turut senang, mungkin sebentar lagi tuan muda Cedric akan memiliki seorang adik."
Elodie manggut-manggut saja. Namun setelah sadar akan kalimat terakhir bibi Erin, kedua mata wanita itu langsung membola. "Apa yang Bibi katakan?"
Bibi Erin tertawa kecil, nyonyanya ini semenjak kehilangan ingatan menjadi sangat berubah. Sekarang saja wanita itu tampak menggemaskan dengan wajah malunya itu.
"Nyonya, saya sungguh berharap kalian selalu berbahagia. Apalagi di tengah-tengah kalian ada tuan muda Cedric yang sangat menggemaskan."
Elodie kembali terdiam, wanita itu berpikir tentang apakah ia harus menerima semua perubahan hidupnya ini. Sekali lagi ia menatap bibi Erin yang segera memberinya senyuman.
Ya, sepertinya ia harus coba.
...
Ting, tong.
Suara bel rumah berbunyi beberapa kali, bibi Erin berlari kecil untuk membuka pintu. "Nyonya," sapa bibi Erin yang dijawab dengan anggukan pelan.
Seorang wanita berusia 53 tahun itu berjalan masuk dan meninggalkan koper yang ia bawa begitu saja. Wanita itu tampak glamor, tubuhnya tinggi, wajahnya cantik seakan tidak termakan usia.
Elodie yang baru menuruni tangga itu berjalan menghampiri. "Mama," sapa wanita itu.
Felixia Grassel hanya menatapnya sekilas. Wanita itu tidak menjawab dan menoleh ke arah bibi Erin yang mengikuti di belakang sembari menarik koper. "Cucuku di mana?" tanya wanita itu.
Meski tahu diabaikan, Elodie tidak berkecil hati. Wanita itu tetap membalas pertanyaan sang mertua yang sebenarnya ditujukan pada bibi Erin. "Cedric masih sekolah, Ma. Sebentar lagi aku akan pergi menjemputnya."
Mama Feli kembali menatap sang menantu. Kali ini cukup lama sembari memperhatikan penampilan Elodie yang membuat wanita itu merasa aneh. Ia bahkan sampai menunduk untuk melihat apakah penampilannya ada yang salah.
"Sepertinya ada yang berubah pada mu."
"Ya?"
"Kau mulai merawat diri? Untuk menarik perhatian putraku?" tanya mama Feli dengan tatapan menilai, menurutnya Elodie tampak lebih segar dan caranya berpakaiannya juga berubah.
"Apa? Maaf, tapi aku tidak mengerti maksud perkataan Mama."
Mama Feli tersenyum sinis. Wanita itu ingin berkata sarkas lagi, namun bibi Erin segera menengahi.
"Nyonya, Anda pasti lelah setelah perjalanan jauh. Nyonya Elodie sudah menyiapkan kamar untuk Anda beristirahat." Bibi Erin berkata sembari menunduk. Sementara mama Feli menaikkan sebelah alisnya. Wanita itu mulai melangkah setelah bibi Erin mempersilakan.
Elodie yang ditinggal sendiri kini kepalanya dipenuhi ribuan pertanyaan. Bukankah tadi Gray mengatakan kalau mama Feli tahunya hubungan mereka baik-baik saja? Lalu apa tadi?
Ia menggeleng pelan, berusaha berpikir positif bahwa mertuanya itu sedang lelah sehingga sedikit sinis. Di saat itu, ponselnya bergetar. Elodie melihat sebuah pesan dari sang suami yang mengatakan akan menjemput putra mereka dan ikut pulang untuk makan siang di rumah.
"Baiklah, karena aku sudah memutuskan untuk menerima nasib menjadi istrimu. Maka aku akan melakukan yang terbaik."
.
.
.
sbnarnya apa sih alasannya El kawin SM lakik model dajall itu
kyknya ada sngkut pautnya SM tmennya si El deh
trus si mertua ada dendam apa sama El ya smpai benci gitu
ksihan si el
emang siapa lagi yg pkai kekerasan dn TDK pyk pri kemanusiaan 😤🙄😒🤬😡😠🤭🤭
jgn mau d rendahkan muku🙄
punya Daddy g ada pendiriannya
tp buat gray kalang kabut biar nyaho😁🤭