NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Clareance

Takdir Cinta Clareance

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa
Popularitas:58.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Budi Asih

Sejak kecil Rea seorang anak tunggal terlalu bergantung pada Jayden. Laki-laki sok jagoan yang selalu ingin melindunginya. Meskipun sok jagoan dan kadang menyebalkan, tapi Jayden adalah orang yang tidak pernah meninggalkan Rea dalam keadaan apapun. Jayden selalu ada di kehidupan Rea. Hingga saat Altan Bagaskara tidak datang di hari pernikahannya dengan Rea, Jayden dengan jiwa heroiknya tiba-tiba menawarkan diri untuk menjadi pengganti mempelai pria. Lalu, mampukah mereka berdua mempertahankan biduk rumah tangga, di saat orang-orang dari masa lalu hadir dan mengusik pernikahan mereka?



Selamat Membaca ya!


Semoga suka. 🤩🤩🤩

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Budi Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep 13

"Iya, kesepakatan. Kamu pikir Papa akan menyerahkan jabatan penting itu secara cuma-cuma? Jangan mimpi, Altan. Kamu belum pantas menerimanya."

"Jadi, maksud Papa, Altan belum pantas menerima jabatan itu?"

"Menurut kamu?" Pedro balik bertanya seolah meragukan kemampuan putranya sendiri.

"Coba lihat dirimu sekarang. Apakah pantas seorang calon pemimpin perusahaan bersikap seperti ini? Ha?!" Bentak Pedro dengan kedua mata membulat karna amarah.

Sementara Altan tak bisa menjawab. Pria itu hanya tertunduk dengan kedua tangan mengepal di atas paha.

"Andai saja Abram masih hidup. Pasti Papa tidak perlu khawatir tentang nasib perusahaan. Seharusnya dia yang menjadi penerus Papa. Bukan berandalan yang sulit diatur seperti kamu."

Altan terdiam. Hatinya terasa sakit setiap kali orang tuanya membandingkan dia dengan kakaknya yang sudah meninggal.

Abramovich Bagaskara. Putra sulung Pedro Bagaskara. Kakak kandung Altan itu memang selalu unggul dalam bidang akademi. Berbagai prestasi ia raih saat masih sekolah. Berbeda dengan Altan yang lebih suka bermain dan menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Karna itu Pedro berharap terlalu tinggi pada putra sulungnya. Namun, Abram yang cemerlang dan berbakat dalam segala hal telah kehilangan nyawa saat ia masih sangat muda. Sebuah kecelakaan bus yang ia tumpangi saat akan menempuh pendidikan kuliahnya, membuat harapan Pedro hancur saat itu juga. Satu-satunya harapannya kini hanyalah Altan. Pria yang mengaku sebagai anak tunggal kepada siapapun, karna tidak ingin di bandingkan dengan kakak laki-lakinya.

Sejak dulu, Altan hanyalah bayang-bayang Abram bagi ayahnya. Dia yang tak pernah mendapatkan pengakuan dari orang tuanya sendiri, dan selalu dianggap tak mampu. Sampai-sampai, Altan menganggap keberadaannya hanya menjadi beban bagi keluarga, karna ia merasa tak pernah sekalipun membuat orang tuanya bangga. Hingga saat Pedro memberinya penawaran, bahwa ia bisa memimpin perusahaan asalkan mau menikah dengan Clareance. Putri tunggal seorang konglomerat, Benyamin Handoko Aldinaya.

Altan tak punya jalan lain, meski terkadang, dia merasa kalau orang tuanya sedang menjualnya untuk keperluan bisnis. Karna tak bisa di pungkiri, menjadi besan seorang Benyamin Handoko Aldinaya pasti akan membawa keuntungan tersendiri bagi Pedro.

"Perbaiki sikapmu, jangan sampai orang tua Clareance melihat kebiasaan burukmu ini," dengus Pedro sebelum bangkit dari duduknya.

"Satu hal lagi."

Altan mendongak saat Pedro menggantung kalimatnya.

"Mulai besok, Papa tidak mau lagi melihat sekretaris kampungan itu ada di kantor kita. Kalau kamu masih keras kepala dan diam-diam menemuinya, Papa sendiri yang akan menyingkirkannya. Ingat itu baik-baik."

÷÷÷÷÷

Jayden meremas rambut bergelombangnya dengan gemas. Lelaki tampan itu sama sekali tidak bisa memejamkan mata meskipun sejenak. Apapun yang ia tatap, berubah menjadi bayangan wajah Clareance.

Ciuman itu, aroma sensual yang menguar dari aroma bibir Rea yang ia cium, kulitnya yang begitu lembut seperti bayi, juga tubuh Rea yang menerimanya tanpa perlawanan. Astaga! Apakah dia sudah gila sekarang?!

"Sadarlah, Jayden. Dia itu sahabatmu, calon istri pria lain," gumamnya pada diri sendiri. Berusaha mengembalikan akal sehatnya yang seolah hilang usai berciuman dengan Rea di balkon sore itu.

Bagaimana kalau Rea marah dan tak mau menemuinya lagi? Bagaimana kalau Rea menganggapnya pria mesum seperti pria-pria lain yang sering mendekatinya.

"Aarrrgh!" Jayden mengesah, menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan gontai keluar dari dalam kamarnya.

Lelaki tampan itu duduk diam di bar stools yang berjajar rapi di samping pantry. Tatapannya kosong. Ingin sekali dia menghubungi Rea, tapi apa yang harus dia katakan?

Sore itu, setelah mereka berciuman dan saling meraba yang membuat keduanya lupa diri, Jayden sempat meminta maaf pada Rea. Namun, gadis manis itu hanya diam saja. Seolah mengabaikan ucapan Jayden yang penuh penyesalan.

Bahkan, Rea bersikap seperti tak terjadi apa-apa dan langsung mengajaknya pergi ke butik untuk menemani gadis itu mencoba gaun pengantinnya.

Jangan-jangan, Jayden terlalu terbawa perasaannya sampai-sampai ia tak bisa tidur. Jangan-jangan, hanya Jayden yang merasakan debaran jantung itu saat mereka bersentuhan. Jangan-jangan, Rea menganggap ciuman itu sama sekali tak ada artinya.

"Ah, sial!" Pria pemilik rahang tegas itu menendang salah satu bar stools hingga benda tersebut jatuh berguling ke arah lantai.

Sementara itu, Rea juga merasa sangat gelisah di dalam kamarnya. Keadaannya tak cukup jauh dari Jayden. Gadis itu bahkan tak bisa diam. Sejak tadi dia terus mondar-mandir di depan kaca besar yang ada di depan kamarnya. Sesekali ia menoleh, menatap bayangan dirinya tepat di bibir.

Setiap kali ia melihat bibir itu jantungnya berdebar kencang dan napasnya tiba-tiba memburu. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Tapi, tak bisa di pungkiri bahwa gadis itu menginginkan lebih.

Dia menginginkan Jayden, aroma tubuhnya, manis bibirnya juga sentuhan lembutnya pada Clareance. Membuat gadis itu benar-benar mabuk kepayang. Untuk sejenak, dia melupakan calon suaminya sendiri, juga rencana pernikahan yang hanya menghitung bulan.

Apa yang terjadi pada mereka berdua sore itu benar-benar membuat Rea gamang. Keyakinannya pada Altan seketika goyah. Perasaan cinta selama ini ia tunjukkan pada calon suaminya itu seolah sirna tersapu gelombang hasratnya pada Jayden Biru Atmaga, teman masa kecilnya.

Jayden seolah memantik hasrat yang telah Rea pendam dalam-dalam untuk pria itu, membuatnya tak bisa berpikir jernih.

Ya Tuhan, apa yang harus ia lakukan? Bukankah sudah terlambat jika ia ingin membatalkan pernikahan? Lagi pula, belum tentu ciuman itu menandakan bahwa Jayden menaruh hati padanya. Mungkin pria itu hanya terbawa suasana. Ya, mereka berdua hanya terbawa suasana. Rapal Rea dalam hati, berusaha menyakinkan dirinya sendiri agar kembali pada akal sehat.

Jayden tidak mungkin menaruh hati padanya. Tidak! Pria itu sudah berkali-kali menegaskan kalau Rea bukanlah tipenya. Dan dia hanya menganggap Rea sebagai teman, tak lebih.

Tapi, entah mengapa, kenyataan itu masih saja membuat hati Rea sakit? Apakah dia masih berharap cintanya pada Jayden bisa berbalas? Sadarlah, Rea! Kamu sudah akan menikah dengan Altan. Dialah pria yang mencintaimu dan menawarkan masa depan untukmu. Bukan Jayden yang sejak dulu hanya menganggapnya teman, tanpa pernah peduli dengan perasaan Rea yang diam-diam menaruh hati padanya.

"Kamu tahu kan? Minggu kemarin kita ada janji dengan desainer baju pengantin. Kamu kemana saja, sih? Lupa kalau punya janji sama aku? Atau pura-pura nggak tahu? Kemarin kan hari minggu, Al. Bisa nggak sih kamu luangin waktu sebentar saja buat aku? Kamu serius nggak sih mau nikahin aku? Masa aku harus pergi dengan Jayden. Calon suamiku itu kamu, loh. Bukan Jayden!" Marah Rea dengan wajah bersungut-sungut karna amarah.

Sementara Altan hanya diam membisu, tatapannya kosong. Pria tampan itu hanya menatap hamparan rumput hijau di halaman depan kediaman Benyamin Handoko Aldinaya, tanpa bisa mendengar sepatah kata pun yang sejak tadi diucapkan oleh Rea padanya. Pikirannya masih tertuju pada Zika, dan calon bayi yang sedang dikandungnya.

"Altan! Kamu dengar nggak, sih?!" Pekik Rea, yang akhirnya berhasil membuat Altan terkejut dan menoleh padanya.

Gadis manis yang memakai terusan pendek sebatas lutut itu mengentakkan sebelah kakinya karna kesal dengan sikap Altan. Dia sudah berniat pergi dari hadapan Altan, saat lelaki itu mencekal pergelangan tangannya.

"Sorry .... tadi aku ...."

"Sudahlah, capek tahu, nggak. Aku jadi nggak yakin kita bisa menikah bulan depan." Rea menepis tangan Altan yang hendak menyentuh wajahnya.

"Setidaknya aku masih punya Jayden yang perhatian dan rela meluangkan waktu untukku. Dia yang akhirnya menemani aku fitting baju di butik," ucap Rea seolah sengaja memanas-manasi calon suaminya.

"Jayden?" Kening Altan mengerut. Tatapannya berubah tajam dan menakutkan saat mendengar Rea menyebut-nyebut nama Jayden di hadapannya.

"Kamu pergi berdua sama dia?"

"Seharusnya berdua sama kamu! Tapi kamu malah menghilang nggak jelas," ketus Rea masih dengan nada kesal.

"Kenapa kamu nggak minta dianterin saja sama supir?"

"Supir? Kamu nyuruh aku fitting baju pengantin sama supir? Terus, aku juga harus tanya pendapat supir tentang baju pengantin yang mau aku pakai nanti? gila ya kamu!"

1
EMBER/FIGHT
Hormat senior /Smirk/
Dewi_risman25: semoga suka dan menghibur, jangan sampai di skip/loncat babnya ya, selamat membaca 😊
total 1 replies
Dewi_risman25
Semoga Suka jangan di lompat-lompat baca Babnya ya, dan ikuti terus ceritanya hingga tamat 😘🙂
Renesme
Bagus ceritanya bisa menghibur 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!