NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

miss pizza

Ara berdiri di depan pintu klinik dengan seragam pengantar pizza. Topi merahnya terlihat kontras dengan suasana tenang klinik yang biasanya ramai. Dia mengatur napas, berusaha untuk terlihat biasa saja meski hatinya berdebar.

Seorang wanita paruh baya lewat, menatapnya aneh.

“Pizza? Di sini?” tanyanya heran.

“Ya! Promo gratis untuk semua kantor kesehatan,” jawab Ara, memaksa senyum. Wanita itu menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Semua tampak sepi. Ara mengamati sekeliling, menilai setiap detail. Klinik ini adalah tempat Doni sering bekerja, namun ada sesuatu yang terasa salah.

Ketika Ara berbalik, dia melihat Doni mendekat.

“Kamu jadi pengantar pizza? Lucu sekali.”

Doni tersenyum, tetapi matanya penuh tanya.

“Bisa dibilang begitu. Tapi, lagi-lagi, sambil menyelam minum air, kan?” Ara berusaha terdengar santai, meski tangannya bergetar sedikit.

“Maksudnya?”

“Jadi, apakah kamu akan mengantarkan pizza ke orang yang sedang hamil?” Ara mencoba mengalihkan perhatian.

“Tidak, aku kan libur.” Doni memicingkan mata, curiga. “Kamu tidak biasa mengantar pizza.”

“Itu kan cuma cara untuk masuk,” ceritanya sambil mengalihkan pandangan.

“Cara untuk masuk?” Dia mencondongkan tubuh, ingin mendapatkan informasi lebih jelas.

“Ada yang tidak beres di klinik ini, Don.” Ara merosot susah pada kursi di depannya. “Kenapa ada fasilitas seperti ini buka di hari libur?”

Doni terlihat berpikir. “Dan kamu berharap menemukan jawabannya dengan berpura-pura menjadi pengantar pizza?”

“Lebih baik daripada hanya menunggu. Kita harus menyelidiki.”

“Baiklah, tapi jangan sampai ketahuan,” katanya sembari melirik ke dalam klinik.

“Aku tahu. Santai saja,” Ara berusaha meyakinkan.

Doni bergerak ke arah pintu masuk klinik, tetapi ia berhenti sejenak. “Apa kamu sudah memberitahu Maya tentang ini?”

“Aku akan memberitahunya nanti. Pertama, aku ingin mengecek lebih dulu.”

“Jangan buru-buru, Ara.” Dia menatapnya khawatir.

“Aku berjanji. Ini hanya untuk mengumpulkan informasi.”

Doni memandang Ara sejenak, lalu menghela napas. “Kamu tahu, ada yang aneh dengan permintaan Dr. Smith untuk menjaga data tahunan, kan?”

Ara mengangguk. “Iya, aku juga merasa begitu. Ada sesuatu yang tersembunyi.”

Doni mengerutkan kening. “Dan kalau kita mencari tahu, kita bisa membuka sesuatu yang berbahaya.”

“Itulah yang ingin aku lakukan. Mempertaruhkan semua yang kita miliki.”

“Berhati-hatilah.”

Suasana di sekeliling mereka semakin menegangkan. Ara berusaha mengalihkan fokusnya dengan menyesuaikan topi pengantar pizza di kepalanya.

“Setidaknya kita berdua bisa berkolaborasi, kan?” tawar Ara.

“Kolaborasi? Keduanya masih harus tetap bersinar,” jawab Doni, mencoba menyeimbangkan situasi.

Ara tersenyum mendengar jawaban Doni. “Baiklah, kita mulai dari sini. Siap untuk mengambang?”

Ia berdecak mengalihkan perhatian ke dalam klinik, matanya mencari.

“Jika kamu tidak menemukan apa pun, kabari aku.”

Kedua sahabat itu saling bertukar tatapan. Ara mengangguk mantap, bergegas ke pintu.

Di dalam klinik, aroma antiseptik menyengat. Staf klinik tampak sibuk, namun tak ada lemari arsip seperti yang selalu diceritakan Doni. Ara berusaha tidak mengangkat kecurigaan, melangkah pelan ke arah ruangan belakang.

Dari kejauhan, Ara bisa mendengar suara gaduh. Sepertinya perawat dan dokter sedang berdiskusi.

“Dari mana pizza ini?” Tanya seorang perawat dengan nada ragu.

Ara cepat melangkah ke samping, merangkum dirinya di pintu.

“Promo dari mana mereka dapat? Ini bukan waktu untuk bersenang-senang,” balas dokter yang tampak kelelahan.

“Ya, tapi pelanggan tetap. Kita tidak bisa menolak. Mereka hanya melakukannya untuk mendapat perhatian,” jawab perawat.

Mendengar itu, darah Ara berdesir. Dia mencoba mendengar lebih banyak, bergerak lebih dekat sambil tetap bersembunyi.

“Kalau diingat-ingat, ada kabar tentang pasien wanita hamil yang masuk kemarin. Kenapa dia ada di sini?”

Ara menunduk, tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan. Ia merasa peluang terbuka, namun risiko terlalu besar.

Setelah beberapa saat, Ara memutuskan untuk mundur. Dia melangkah keluar ruangan dengan pelan, hampir melupakan perannya sebagai pengantar pizza.

“Ara!” suara Doni memanggilnya.

Ara berbalik, melihat Doni bergerak cepat menuju arah klinik. “Kau harus pergi! Kamu tidak bisa berada di sini tanpa alasan!”

Doni melirik Ara, melihat topi merah tersebut. “Apa yang kamu lihat?”

“Ada pembicaraan soal pasien wanita hamil,” Ara melanjutkan, napasnya memburu. “Dan dokter kelihatannya panik.”

Doni tertegun. “Tunggu. Jangan bilang kamu sudah melakukan penyelidikan.”

Ara membenahi posisi topinya. “Sedikit… Tapi aku butuh bantuanmu.”

“Dengan apa?”

“Masukkan aku ke dalam. Aku bisa melihat lebih jauh lagi.”

Mata Doni membulat, mencerminkan rasa khawatir. “Tidak, kita tidak bisa berbuat nekat seperti ini.”

“Tapi bagaimana kita bisa benar-benar menemukan apa yang terjadi?” Ara membantah, suaranya penuh semangat.

Satu detakan berlalu di antara mereka, keduanya saling mencari jawaban.

“Lalu apa yang harus kita lakukan?” Tanya Doni.

“Biarkan aku tetap di luar, dan kamu mencoba untuk tetap diam. Mungkin ada kesempatan lebih baik jika kita berdua tidak tertangkap.”

Doni, meski ragu, mengangguk. “Tapi ingat, jika ada yang mencurigakan”

Ara memotong. “Kita selesai, Don. Kini bisakah kamu fokus?”

Doni tersenyum santai. “Baiklah, mari kita coba.”

Ara dan Doni berpencar, kembali ke posisi masing-masing dalam misi yang terang, memeriksa setiap sudut klinik dengan harapan menemukan kejanggalan yang lebih besar.

Ara, berdiri di depan pintu, mengamati klinik dengan intens. Energi di dalam semakin terasa mencekik. Sesuatu harus diketemukan, cepat. Mungkin ini saatnya mereka menemukan jawaban dari apa yang selama ini misterius.

Ara berusaha menjaga ketenangan. Ia berjalan ke arah meja resepsionis, mencoba terdengar ceria. “Pizza gratis untuk semua staf!” Dia berusaha berteriak dengan antusiasme, meraih perhatian perawat yang sibuk mengetik di komputer.

“Pizza? Kami tidak memesan apa pun,” jawab perawat itu tanpa menatapnya.

“Ini promo baru, dari restoran di ujung jalan. Tidak mau mencobanya?” Ara memaksakan senyumnya, sedikit bergetar.

Perawat itu akhirnya menatapnya. Ada ragu di matanya, tetapi keinginan untuk mendapatkan pizza gratis tampak lebih kuat. “Baiklah, silakan letakkan di sini.”

Ara setengah berlari ke meja, meletakkan beberapa kotak pizza, lalu bergegas menuju area lain. Dengan cepat, dia melirik ke dalam ruangan pemeriksaan. Semua tampak normal, kecuali suara percakapan di dalam.

Dari belakang pintu, dia mengintip. Dr. Smith berdiri di samping pasien wanita yang terlihat cemas, sambil berbisik. “Kita harus segera menyelesaikan ini sebelum ada yang tahu. Aku tidak bisa menjamin apa yang terjadi jika orang lain mengetahuinya.”

Wanita itu mengangguk, dan Ara merasakan mual di perutnya. Ia mundur, mengalihkan pikiran.

Di luar, Doni khawatir menunggu, saat melihat Ara kembali. “Ada apa?” tanyanya, memperhatikan wajah Ara yang pucat.

“Ada sesuatu yang lebih besar di sini, Don,” jawab Ara, suaranya bergetar. “Dr. Smith… Dia tidak hanya menangani kasus kulitnya.”

Doni mengerutkan kening. “Apa maksudmu? Kasus ini melibatkan pasien hamil?”

“Sepertinya begitu. Lebih dari itu.” Ara menempelkan telinga ke pintu, berusaha menangkap lebih banyak informasi. “Dia berbisik tentang sesuatu yang harus cepat diselesaikan.”

“Secepat?” Doni bertanya, gelisah.

“Ya. Kita harus mencari bukti. Jika ada sesuatu yang salah, kita tidak bisa diam saja. Kita harus menunjukkan kepada semua orang.”

Mereka berdiskusi saat perawat yang terlihat curiga mendekat.

“Hey, kalian berdua! Apa ini?” tanyanya dengan nada mengancam.

Ara dengan cepat mencoba bersikap natural. “Kami hanya menikmati promo pizza ini!”

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!