NovelToon NovelToon
Not The Main Actress

Not The Main Actress

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Putu Diah Anggreni

Riana, seorang pecinta drama, terkejut saat terbangun di tubuh Zahra, karakter utama dalam drama favoritnya yang terbunuh oleh suami dan selingkuhannya. Dengan pengetahuan tentang alur cerita, Riana bertekad mengubah nasib tragis Zahra.

Namun, Hal yang dia tidak ketahui bahwa setelah dia terlempar ke Tubuh Zahra alur cerita yang dramatis berubah menjadi menegangkan. Ini lebih dari perselingkuhan, Ini adalah petualangan besar untuk menyelamatkan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putu Diah Anggreni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Portal dimensional menutup di belakang Riana, Reyhan, dan Kayla saat mereka melangkah kembali ke markas Penjaga Realitas. Pengawas menyambut mereka dengan anggukan puas.

"Kalian telah membuktikan diri di misi pertama," ujarnya. "Tapi ini baru permulaan."

Riana menyerahkan Prisma Realitas kepada Pengawas. "Apa yang akan terjadi dengan benda ini?"

"Akan disimpan di tempat aman," jawab Pengawas. "Tapi kita punya masalah yang lebih mendesak. Aktivitas Adrian telah mengganggu keseimbangan antar dimensi. Kita harus bertindak cepat."

Layar holografik muncul di hadapan mereka, menampilkan peta multi-dimensi yang rumit.

"Dimensi Bayangan," Pengawas menunjuk titik gelap di peta. "Tempat ini selalu berada dalam kegelapan abadi, tapi sekarang cahayanya mulai padam sepenuhnya. Jika dibiarkan, kegelapan akan menyebar ke dimensi lain."

"Apa yang menyebabkan ini?" tanya Reyhan.

"Kami menduga Adrian telah mencuri Kristal Cahaya, sumber energi utama Dimensi Bayangan," jelas Pengawas. "Misi kalian adalah menemukannya dan mengembalikannya."

Kayla mengerutkan kening. "Bukankah itu kontradiktif? Dimensi Bayangan dengan Kristal Cahaya?"

Pengawas tersenyum. "Di multiverse, Kayla, kontradiksi sering kali adalah kunci keseimbangan."

Setelah mempersiapkan diri, trio Penjaga Realitas itu melangkah memasuki portal menuju Dimensi Bayangan. Saat tiba, mereka disambut oleh pemandangan mencengangkan.

Langit berwarna hitam pekat, tanpa bintang atau bulan. Namun, vegetasi di sekitar mereka berpendar dengan cahaya biru lembut. Bangunan-bangunan tinggi menjulang, seolah terbuat dari kaca hitam yang memantulkan cahaya dari tumbuhan.

"Indah," bisik Riana takjub.

"Tapi sesuatu terasa... salah," tambah Reyhan, matanya menyipit waspada.

Mereka bisa merasakan ketegangan di udara. Penduduk setempat - makhluk humanoida dengan kulit pucat dan mata besar - terlihat gelisah, berbisik-bisik dengan nada khawatir.

Trio itu mendekati salah satu penduduk. "Permisi," sapa Kayla ramah. "Kami dari Penjaga Realitas. Bisa Anda ceritakan apa yang terjadi di sini?"

Makhluk itu menatap mereka dengan mata besarnya yang berkaca-kaca. "Cahaya kami... menghilang. Kristal Cahaya dicuri, dan kegelapan mulai mengambil alih."

Riana mengangguk simpatik. "Kami di sini untuk membantu. Bisakah Anda memberi tahu kami di mana Kristal itu biasanya disimpan?"

"Di Menara Prisma," jawab makhluk itu, menunjuk bangunan tertinggi di pusat kota. "Tapi berhati-hatilah. Sejak Kristal hilang, makhluk-makhluk kegelapan mulai bermunculan."

Seolah dipanggil oleh kata-kata itu, jeritan melengking terdengar dari kejauhan. Bayangan-bayangan pekat mulai bergerak, membentuk sosok-sosok mengerikan dengan cakar dan taring.

"Kita harus bergerak cepat," ujar Reyhan, mengaktifkan perisai energinya.

Mereka berlari menuju Menara Prisma, menghindari serangan makhluk-makhluk kegelapan. Riana menggunakan kekuatan telekinetiknya untuk melemparkan puing-puing ke arah para penyerang, sementara Kayla menciptakan ilusi untuk mengecoh mereka.

Di dalam Menara Prisma, mereka disambut oleh kesunyian mencekam. Dinding-dinding kaca hitam memantulkan bayangan mereka dalam distorsi aneh.

"Aku merasakan energi aneh dari puncak menara," ujar Riana.

Mereka menaiki tangga melingkar dengan hati-hati. Setiap lantai yang mereka lewati semakin gelap, seolah cahaya tersedot ke atas.

Di puncak menara, mereka menemukan ruangan bundar dengan altar di tengahnya. Di atas altar, melayang sebuah bola energi hitam pekat.

"Apa itu?" tanya Kayla, mengulurkan tangan.

"Jangan sentuh!" Reyhan menarik tangannya. "Itu jebakan."

Tawa rendah terdengar dari sudut ruangan. Adrian melangkah keluar dari bayang-bayang, Kristal Cahaya berkilau di tangannya.

"Pintar sekali, Reyhan," pujinya sinis. "Sayangnya, kalian terlambat."

Riana mengambil posisi siaga. "Serahkan Kristal itu, Adrian. Kau tidak tahu apa yang kau lakukan!"

Adrian tersenyum lebar. "Oh, aku tahu persis apa yang kulakukan. Kristal ini hanyalah satu bagian dari rencana besarku."

Dia mengangkat Kristal tinggi-tinggi. Cahaya putih terang memancar, kontras dengan kegelapan di sekitar mereka.

"Dengan kekuatan Kristal ini," Adrian berteriak, "aku akan menghapus batas antara cahaya dan kegelapan! Seluruh multiverse akan menjadi satu!"

Energi dahsyat meledak dari Kristal, menghempaskan Riana, Reyhan, dan Kayla ke dinding. Mereka bisa merasakan fabric realitas mulai terdistorsi.

"Kita harus menghentikannya!" teriak Riana di tengah deru energi.

Dengan upaya bersama, mereka bangkit dan mulai melawan arus energi. Riana menggunakan telekinesis untuk mencoba merebut Kristal, Reyhan menciptakan perisai untuk melindungi mereka, sementara Kayla berusaha mengacaukan konsentrasi Adrian dengan ilusinya.

Pertarungan sengit terjadi. Energi cahaya dan kegelapan beradu, menciptakan fenomena menakjubkan sekaligus mengerikan. Dinding-dinding menara mulai retak, realitas di sekitar mereka berfluktuasi liar.

Dalam momen krusial, Riana berhasil merebut Kristal dari tangan Adrian. Namun, alih-alih meredakan kekacauan, hal itu justru memperparah situasi. Energi yang tak terkendali meledak ke segala arah.

"Apa yang terjadi?" teriak Kayla panik.

Adrian tertawa di tengah kekacauan. "Kalian pikir bisa mengendalikan kekuatan itu? Kristal telah teraktivasi. Tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang!"

Riana menatap Kristal di tangannya. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya.

"Reyhan! Kayla!" teriaknya. "Kita harus menstabilkan energinya bersama!"

Tanpa ragu, kedua rekannya bergabung. Mereka membentuk lingkaran, dengan Kristal di tengah. Memusatkan pikiran dan kekuatan mereka, trio itu mulai menyeimbangkan energi cahaya dan kegelapan.

Adrian menatap tak percaya saat energi liar mulai mereda. "Tidak mungkin!"

Perlahan tapi pasti, keseimbangan mulai pulih. Cahaya dan kegelapan berdansa dalam harmoni, menciptakan pemandangan menakjubkan.

Dengan jeritan frustrasi, Adrian menghilang dalam kilatan cahaya, meninggalkan trio Penjaga Realitas yang kelelahan namun puas.

Saat mereka turun dari menara, membawa Kristal yang telah stabil, penduduk Dimensi Bayangan menyambut mereka dengan sukacita. Keseimbangan telah kembali, cahaya lembut sekali lagi menerangi dunia mereka yang gelap.

"Terima kasih, Penjaga Realitas," ujar pemimpin mereka terharu. "Kalian telah menyelamatkan dunia kami."

Riana tersenyum lelah. "Ini tugas kami. Tapi kami tahu, ini belum berakhir."

Di kejauhan, portal dimensional terbuka, menandakan saatnya kembali. Trio itu saling berpandangan, menyadari bahwa petualangan mereka masih panjang, dan Adrian masih berkeliaran di luar sana, merencanakan langkah berikutnya.

Sementara itu, di sebuah dimensi tersembunyi, Adrian menatap peta holografik multiverse. Beberapa titik berkedip merah.

"Dua down, masih banyak lagi," gumamnya. "Bersiaplah, Penjaga Realitas. Permainan baru saja dimulai."

1
martina melati
atoma vanila y bukan aroma bunga melati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!