Seorang gadis duduk di atas batu besar, tubuhnya terlihat lemah dan lemah. Namun tatapan matanya setajam elang, auranya dingin dan masih di penuhi kekejaman.
Dia baru saja menyadari bahwa dirinya telah melakukan perjalanan waktu dan masuk ke dalam tubuh seorang gadis lemah dari keluarga petani miskin.
Sebelumnya, dia merupakan seorang permaisuri yang tidak diinginkan, pada saat peperangan, dia menggadaikan jiwanya kepada raja iblis Mo Yan demi untuk bisa menyelamatkan seluruh rakyat kekaisaran.
Di kehidupan pertamanya, dia merupakan seorang pembunuh profesional yang paling ditakuti di dunia modern. Sayangnya dia harus kehilangan nyawa, hanya untuk menyelamatkan seorang bayi berusia 7 bulan yang terjatuh dari lantai 27 dan kini dia kembali dengan ruang dan sistem di tangannya.
Siapa yang berani berurusan dengan gadis kecil yang telah 3x mengalami perpindahan waktu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasuki Kota Xinjiang
Setelah kereta yang membawa tuan muda Wu dan juga anggota keluarga Wei lama meninggalkan gerbang kota, Wei Qingluo berjalan mendekat ke arah salah seorang prajurit yang berjaga, dia bertanya dengan sangat sopan. "Tuan prajurit, apakah kami bisa memasuki kota?"
Prajurit itu menggelengkan kepala, "Nona, ada begitu banyak kekacauan di mana-mana. Kota Xinjiang banyak dimasuki oleh bandit yang menyamar menjadi pengungsi, sehingga prefek telah memberikan keputusan untuk menutup gerbang bagi para pengungsi yang melarikan diri."
Mata Wei Qingluo berkedip, dia melirik ke arah penjaga bayangan. Pria itu bergegas mendekat. "Apakah ada yang bisa kami lakukan, agar bisa memasuki kota?"
Prajurit menganggukkan kepala, "Tentu, anda bisa menunjukkan akta keluarga dan membayar sebesar 5 tael perak per orang."
Wei Qingluo terdiam, anggota keluarganya terdiri dari 4 orang, yang berarti dia harus mengeluarkan 20 tael perak, sedangkan hasil buruannya masih ada dalam cincin penyimpanan dan belum sempat dijual.
Penjaga bayangan menoleh, "Nyonya muda, tunjukkan aktanya!"
Zhao Shi membuka tas yang dia bawa, kemudian mengeluarkan akta keluarga mereka yang baru saja diperbaharui sebelumnya dan menyerahkannya ke tangan prajurit. Sedangkan penjaga bayangan buru-buru merogoh dompetnya dan mengeluarkan 20 tael perak.
Prajurit itu segera menyerahkannya pada seseorang, tak lama kemudian berbalik dan membuka gerbang. "Masuklah, tapi tetaplah bersikap rendah hati dan jangan mencari masalah dengan warga kota Xinjiang."
Wei Qingluo menganggukkan kepala, kemudian mengajak ibu dan kedua adiknya untuk masuk. Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, dia menoleh ke belakang, di mana saat ini kepala desa terlihat menundukkan wajahnya, seolah mengalami masalah. "Kakek kepala desa, apa yang terjadi?"
"Qingluo, masuklah! Kau harus berhati-hati untuk tinggal di kota xinjiang, kami tidak bisa menemanimu. Perak yang kami miliki sama sekali tidak cukup untuk biaya masuk, sedangkan kami juga masih membutuhkan uang untuk membeli makanan." jawab kepala desa.
Wei Qingluo menghela nafas tak berdaya, jika mereka tetap tinggal di luar gerbang, kemungkinan besar akan ada kerusuhan. Para pengungsi itu cepat atau pun lambat pasti akan menyerang gerbang kota dan masuk.
"Tuan prajurit, bisakah kau memberikan kami keringanan?" tanya Wei Qingluo.
Salah seorang komandan prajurit mendekat ke arahnya, kemudian mengerutkan dahi. "Keringanan seperti apa yang diinginkan oleh Nona muda ini?"
"Tuan komandan, kami adalah warga desa Dashi dan telah melewati perjalanan yang begitu jauh untuk bisa sampai di tempat ini, jika mereka dibiarkan tetap di luar gerbang, bagaimana jika para pengungsi lain melakukan kerusuhan? Aku tidak mungkin meninggalkan warga desa dalam masalah besar!" jawab Wei Qingluo, walau bagaimanapun warga desa telah memperlakukan keluarga mereka dengan sangat baik.
Komandan prajurit itu menganggukan kepalanya, sepertinya gadis kecil yang saat ini berhadapan dengannya sangat bijaksana dan terpelajar, dia tidak terlihat seperti seorang gadis petani. "Kau benar, gerbang kota tidak mungkin selamanya bisa bertahan. Jika sampai para pengungsi itu melakukan kerusuhan, kemungkinan akan terjadi kekacauan dan sudah tidak bisa diragukan lagi akan banyak sekali korban."
Wei Qingluo menatap wajah warga desa, dia tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja. Namun dia juga tidak memiliki kemampuan untuk membawanya, lagi pula perak yang dibayarkan untuk uang masuk mereka juga diberikan oleh penjaga bayangan.
"Begini saja, kami memiliki sebuah desa, namun sangat jauh dari tempat ini, lokasinya berada di bawah gunung Haiyun. Jika kalian berniat untuk tinggal di sana, aku bisa merekomendasikannya, hanya saja untuk datang ke tempat itu membutuhkan waktu sekitar 5 hari." ucap komandan prajurit setelah berpikir keras.
Wei Qingluo segera menyetujui persyaratan yang diajukan olehnya, dia tidak keberatan walaupun harus tinggal di desa, lagi pula semua orang telah terbiasa. Setelah menandatangani beberapa berkas, akhirnya warga desa Dashi memasuki gerbang kota xinjiang, di bawah tatapan iri dari para pengungsi lain. Mereka juga berusaha menerobos untuk masuk, namun sayangnya dihalang-halangi oleh para prajurit.
Salah seorang prajurit segera memimpin rombongan dari desa Dashi menuju ke desa kecil yang berada di kaki gunung Haiyun, sementara para prajurit lain memblokir jalan masuk dan menghalau para pengungsi yang berusaha keras untuk membobol pertahanan dari para prajurit penjaga kota, mereka bersikeras untuk mengikuti warga desa Dashi dan tinggal di sana.
"Kenapa kalian bersikap bias? Warga desa Dashi mendapatkan keberuntungan dan bisa tinggal di kota xinjiang. Namun kami ditolak secara terang-terangan." ucap salah seorang pengungsi, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan, namun prajurit itu segera menjawab dengan sangat tenang.
"Nona Wei telah membayar biaya masuk sebesar 20 tael perak, dia juga menandatangani perjanjian dengan komandan. Jika kalian ingin masuk, maka bersatulah dengan seluruh warga desa yang lain dan membayar biaya masuk untuk mendapatkan tempat perlindungan yang baru,"
Wajah para pengungsi itu langsung bengkok, "Jika kami memiliki cukup uang, tidak mungkin berada di luar gerbang kota Xinjiang, kami bisa saja memasuki prefektur lain dan tinggal di sana. Kota ini adalah yang terdekat, dan kami tidak mungkin melanjutkan perjalanan, apalagi saat ini semua orang telah kelelahan, kami juga tidak memiliki cukup bahan makanan."
Prajurit itu menghela nafas panjang, "Jika kalian berpikir bahwa kami tidak memperdulikan para pengungsi yang datang, lalu kenapa memberikan kalian makanan? Peraturan ini telah di buat langsung oleh prefek untuk menjaga ketertiban kota."
Para pengungsi akhirnya kembali berkumpul dengan anggota keluarga mereka, sambil menghela nafas lelah. "Seandainya saja desa kita memiliki seseorang yang cakap dalam berbicara, mungkin kita bisa memasuki kota xinjiang, meskipun harus ditempatkan di desa yang sangat jauh."
"Kau benar, desa kecil kami tidak memiliki sarjana. Agak menyulitkan jika kita harus berhadapan dengan para prajurit dan komandan." ucap pria di sebelahnya sambil menjatuhkan dirinya di tanah.
"Kita harus melanjutkan perjalanan, tempat ini sangat tidak aman. Bisa saja para pengungsi lain melakukan pemberontakan, sehingga kerusuhan tidak bisa dicegah." ucap seorang pria berusia 45 tahun sambil mengajak anggota keluarganya untuk pergi.
Warga desa yang lain juga mengikuti, mereka tidak ingin melihat kekacauan yang mungkin saja akan dibuat oleh para pengungsi yang lain, apalagi sejak tadi mereka melihat tatapan panas yang ditayangkan oleh pria-pria bertubuh kekar, yang duduk agak jauh di belakang.
"Ya, kami juga akan pergi!" ucap yang lain, mereka segera mengemasi semua barang-barangnya, kemudian berjalan menjauh dari gerbang kota.