Mila tidak menyangka dengan kehidupan nya setelah kepergian kedua orang tuanya karena kecelakaan. Karena keadaan ia menerima tawaran dari seorang pria untuk menikah dengan perjanjian namun saling menguntungkan.
Setelah menikah, banyak hal yang tidak terduga terjadi.
Apakah Mila dapat bertahan dengan pernikahannya ? jawabannya ada di Novel Married By Agreement..
Selamat membaca semua.. 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
" Saya terima nikahnya Sharmila Wijaya binti Almarhum Danu Wijaya, dengan Mas kawin tersebut dibayar tunai "
" Sah "
" Sah "
" Sah "
Pernikahan Mila dan Dewa berlangsung cukup meriah terlebih permintaan kedua orangtua Dewa karena mereka memiliki kerabat dan kolega yang cukup banyak. Dan pernikahan Mila dan Dewa ini dihadiri oleh keluarga dan orang-orang terdekat keluarga.
Mila hanya mengikuti saja, bagaimana keinginan dari mertuanya, jujur ia sendiri tidak ada keinginan apapun, lagi pula pernikahan ini bukan keinginan nya, entah setelah ini bagaimana ia dengan Dewa pun ia belum tahu.
Setelah acara resepsi pernikahan selesai, biasanya pengantin akan menginap dulu di rumah mempelai wanita, namun kali ini Dewa meminta agar mereka berdua langsung pindah ke rumah Dewa, Dewa memutuskan untuk mulai tinggal di rumah nya yang sudah ia miliki sejak beberapa tahun lalu hasil dirinya berbisnis kedai kopi.
Ia tidak akan tinggal di apartemen karena di apartemen Dewa hanya memiliki satu kamar.
***
Sesampainya di rumah Dewa, malam pun sudah semakin larut, Mila turun dari dalam mobil Dewa dengan make up pengantin yang belum selesai di bersihkan, ia baru membersihkan sekilas saja di hotel tadi selepas acara selesai.
Rumah Dewa cukup luas di kelilingi oleh pepohonan yang membuat rumah terlihat sangat sejuk.
" Ayo Mil.. Masuk.. " ucap Dewa.
" I... Iya Pak, eh .. "
" Kenapa ? Masih betah kamu memanggil saya dengan sebutan Pak ? Saya kan sudah menjadi suami kamu " Dewa mengeluarkan koper Mila dari dalam bagasi mobil.
" Mmhh... " Mila hanya kikuk salah tingkah.
Ia lalu berjalan menarik kopernya. Dewa membuka pintu rumah lalu menyalakan lampu.
Mila masih berdiri di depan pintu.
" Mil masuk, ngapain kamu masih di depan pintu "
Mila hanya mengangguk, jujur ia masih canggung dengan ini.
" Mil, kamar kamu yang ini ya, kalau kamu perlu apa-apa dapur nya disebelah kanan, kamar saya diatas " Dewa membuka pintu kamar di lantai bawah.
Mila mengangguk mengiyakan.
" Terima kasih " ucap Mila.
" Kamu istirahat, tapi.. Jangan lupa bersihkan dulu wajah mu " susul Dewa.
" Hmm... I..iya Pak.. Eh M..as... "
Dewa hanya tersenyum kecil, lalu ia menutup pintu kamar Mila.
Selepas kepergian Dewa, Mila menyimpan kopernya di dekat lemari pakaian, ia melihat ke sekeliling kamar nya cukup luas, hampir sama dengan kamar nya di rumah dengan kamar mandi berada di dalam kamar.
" Untung kamar mandinya di dalam kamar "
Mila lalu membuka kopernya, mengeluarkan baju tidur dan kotak make up nya, ia akan membersihkan dulu wajahnya sebelum ia tidur.
Ia berniat untuk merapikan barang-barang nya besok pagi, karena ia merasa cukup lelah hari ini.
Tiba-tiba terdengar suara notifikasi dari ponselnya, ia langsung meraih ponsel itu. Lalu membuka pesan.
Tante Bertha
Mil, jangan lupa ya, tolong ingatkan suamimu.. Jatah untuk tante dan Tari.
" Ya Tuhan Tan... Baru beberapa jam Gue nikah, gak malu apa ya ? Gue sih bakal malu, masa iya Gue harus bilang, Mas Dewa.. Jangan lupa ya jatah buat Tante Bertha.. Ck " Mila berdecak.
Sambil menggosok-gosok kan kapas berisi micelar water untuk membersihkan wajahnya.
" Gue nerima nikah sama Pak Dewa, biar beban hidup gue sedikit berkurang, tapi kayanya bukan berkurang malah nambah "
Mila terus saja bergumam.
" Kayanya Gue bakalan terus kerja di kedai Pak Dewa, walaupun hidup Gue bakal di tanggung Pak Dewa "
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi Mila terbangun dari tidurnya, ia merasa baru tidur beberapa menit saja, tapi karena ia sudah terbiasa bangun pagi, walaupun tidur larut ia tetap akan bangun pukul 5 pagi.
Ia bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu, lalu ia kembali membuka koper untuk mengambil mukena dan sajadahnya.
Ia melaksanakan shalat subuh.
Setelah shalat ia membuka gorden kamar, terlihat tetes-tetes embun membasahi daun-daun, karena jendela kamar Mila mengarah langsung ke area taman.
Rumah Dewa memang berada di pusat kota namun, ia mendesain sedemikian rupa agar rumah nya terlihat sejuk dengan banyak pepohonan yang ia tanam.
" Pagi ini... Gue terbangun dengan tenang.. Tidak mendengar ocehan Tante Bertha " gumam Mila tersenyum kecil.
Ia lalu berjalan menuju koper nya, ia membuka lemari pakaian ia berniat untuk merapikan pakaiannya ke dalam lemari.
Tidak terasa langit berangsur cerah, cahaya matahari sudah mulai masuk kedalam kamar yang ditinggali oleh Mila.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
" Mil.. Mila... kamu sudah bangun ? " tanya Dewa.
" Iya sudah " Mila berjalan lalu membuka pintu.
" Mil, saya mau ke kedai, kamu gimana ? Ini kan hari minggu, biasanya kedai cukup ramai kalo hari minggu " ucap Dewa.
" Mmmh... Mas... saya masih boleh kan kerja di kedai ? "
" Ya, sesuai ucapan saya tempo hari "
" Kalau begitu saya siap-siap dulu, eh tapi kalo Pak.. Eh Mas mau duluan gak apa-apa duluan aja " ucap Mila.
" Memang nya kenapa ? "
" Euuu gak apa-apa "
" Saya tunggu "
Mila mengangguk ia bergegas kembali masuk kedalam kamar, ia mandi secepat kilat lalu berganti pakaian, memoles wajah nya dengan sedikit make up tipis agar tidak terlalu pucat.
Hanya dengan 20 menit saja Mila sudah siap, ia keluar kamar menghampiri Dewa.
Dewa yang sudah menunggu Mila sambil memainkan ponselnya.
" Mas ayo " ajak Mila.
Dewa mendongakkan wajahnya.
" Hmm.. " Dewa mengangguk.
Mereka berdua pergi ke kedai bersama, ini kali pertama Mila pergi ke kedai diantar oleh Dewa selaku bos nya di kedai.
🌼🌼🌼
semoga DEWA peka dengan keadaan MILLA
lanjut thor ttp semangat 💪💪💪❤❤❤