Peramal Tampan Yang Misterius

Lagi-lagi cuaca tidak mendukung. Hujan turun dengan begitu derasnya sehingga membuat Amy mengurungkan niatnya untuk pulang. Penampilannya benar-benar sudah berubah total meskipun masih banyak yang harus dia pelajari.

Hari ini dia sudah membuat janji dengan Andrew karena pria itu berjanji akan mengajari dirinya menggunakan Kontak Lens.

Mereka akan bertemu di tempat biasa namun hujan yang tak kunjung berhenti membuat Amy sedikit cemas. Jangan sampai Andrew mengira dia tidak jadi datang karena hujan itu.

Penampilannya yang semakin berubah tentu saja membuat Elisa semakin tidak senang. Elisa sudah melakukan segala cara, dari menjauhi Amy, menyebarkan gosip akan perubahannya yang semakin terlihat jelek bahkan menghasut para rekan kantor untuk tidak dekat dengan Amy namun semua itu tidak berhasil sama sekali.

Amy justru cuek saja dan tidak memperdulikan apa yang Elisa lakukan. Bukan berarti dia tidak mau lagi berteman dengan Elisa. Dia masih ingin berteman dengan Elisa namun dia tidak menduga jika Elisa akan menjauhi dirinya hanya karena penampilannya yang berubah.

Secara kebetulan, mereka berdua bertemu di lobby. Amy sangat ingin memanggil Elisa namun Elisa tidak lagi menunjukkan persahabatan mereka. Hal itu membuat Amy mengurungkan niat dan lebih memilih diam.

“Penampilanmu saat ini benar-benar menjijikkan,” ucap Elisa.

“Ada apa denganmu sebenarnya, Elisa?  Kenapa kau jadi membenci aku seperti ini?”

“Aku tidak membencimu, aku hanya muak dengan penampilanmu saja. Cepatlah kembali seperti Amy yang aku kenal!” sial. Segala yang dia lakukan tidak mempan. Amy justru semakin berubah menjadi semakin cantik. Jika begini, rencananya akan gagal. Jika Amy tidak juga berubah, maka dia akan menggunakan cara lain.

Elisa segera pergi, menerobos derasnya air hujan. Amy memandangi kepergiannya dengan perasaan campur aduk. Kenapa Elisa jadi berubah seperti itu?

Sebaiknya dia juga pergi. Hujan sepertinya tidak akan reda dan waktunya pun akan terbuang banyak.

Amy segera berlari, menerobos derasnya air hujan. Dia tidak peduli meski bajunya akan basah. Andrew pasti akan meminjamkan baju untuknya. Dia terus berlari, kacamatanya pun mulai basah sehingga membuat pandangannya buram.

“Sial!” Amy mengumpat karena dia sudah basah kuyup. Dia pun berlari semakin cepat namun tiba-tiba saja ada yang menabraknya dari samping. Amy terkejut, dia kehilangan keseimbangan sehingga membuatnya jatuh ke atas jalan yang basah.

Amy berteriak dengan keras karena dia merasa ada yang menimpa dirinya dan dia pun merasa sedang ditimpa oleh seekor gajah besar karena seorang pria dengan tubuh gemuk berada di atas tubuhnya saat ini.

“Ma-mati aku, mati aku!” Amy sudah seperti ikan yang membutuhkan air. Dia meronta untuk terbebas dari tubuh gemuk pria itu yang masih menimpa dirinya.

“Maaf, Nona. Aku benar-benar minta maaf,” pria itu pun segera menyingkir sehingga membuat Amy bisa bernapas dengan lega.

Amy memandangi pria gemuk itu dengan penuh selidik. Kenapa suaranya terdengar tidak asing? Dengan kacamatanya yang basah, Amy mencoba melihat rupa Pria itu yang lagi-lagi menurutnya tidak asing. Apakah dia tidak sedang salah melihat saat ini? Kenapa pria itu mirip dengan Andrew?

“Aku benar-benar minta maaf,” pria itu hendak pergi namun Amy menahannya.

“Tunggu dulu. Apa aku mengenal dirimu?” tanya Amy padanya.

“Tidak. Kita tidak saling mengenal!” pria itu pun berlari pergi, meninggalkan Amy dalam kebingungan. Apakah kacamatanya sedang bermasalah karena air hujan?

 Dia sangat yakin jika pria itu begitu mirip dengan Andrew tapi bagaimana mungkin? Amy masih memandangi kepergian pria gemuk itu yang entah melarikan diri dari apa. Apakah dia adalah saudara Andrew?

Dia semakin penasaran saja dengan peramal misterius itu karena terlalu banyak rahasia yang disembunyikan oleh Andrew. Identitasnya yang tak dapat dia temukan, bahkan tempat tinggalnya saja tidak jelas. Apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Andrew?

Hujan yang semakin lebat membuat Amy memutuskan untuk segera mencari Andrew di ruko miliknya. Seperti biasa. Tempat itu terlihat begitu misterius seperti pemiliknya yang misterius.

“Andrew!” Amy memanggil sambil masuk ke dalam tempat tersebut.

“Hujan-hujan begini, Kenapa kau nekat datang, Amy?” Andrew muncul dari sebuah ruangan.

“Dingin. Bisakah berikan aku sebuah handuk terlebih dahulu?”

“Tunggu sebentar!” Andrew berlalu pergi untuk mengambil handuk yang diinginkan oleh Amy.

“Lain kali jangan memaksakan diri, Amy. Masih ada hari esok jadi kau tidak perlu menerobos air hujan hanya untuk datang menemuiku.”

“Tidak apa-apa!” Amy memandangi Andrew yang saat itu sudah berdiri di hadapannya dan membantunya untuk mengeringkan rambutnya.

“Coba tebak, siapa yang aku temui hari ini?”

“Siapa, apa kau bertemu dengan pria tampan lagi?”

“Tidak. Yang kali ini tidak tampan. Apakah kau memiliki seorang saudara, Andrew?” pertanyaan Amy membuat Andrew berhenti sejenak dan memandanginya namun dia kembali mengeringkan rambut Amy.

“Tidak, aku anak tunggal. Kenapa?”

“Aneh. Aku baru saja bertemu dengan seorang pria gemuk yang begitu mirip denganmu. Suara kalian juga tidak jauh berbeda. Aku mengira dia adalah saudaramu tapi sepertinya aku salah menebak.”

“Oh, akhirnya kau bertemu dengan pria itu juga.”

“Apa maksudmu?” Andrew seperti sudah tahu jika dia akan bertemu dengan pria gemuk itu hari ini. Apakah hal itu muncul di ramalan yang dilakukan oleh Andrew?

“Itu adalah pertemuan pertama kalian karena setelah ini, kau akan sering bertemu dengannya.”

“Kenapa begitu? Memangnya siapa pria itu?”

“Dia adalah jodohmu,” ucap Andrew seraya melangkah pergi karena dia telah selesai mengeringkan rambut Amy.

“Apa?” Amy memekik mendengar perkataannya.

“Jadi kau meminta aku berubah menjadi cantik hanya untuk mendapatkan pria gemuk itu?” ucapnya dengan nada tinggi. Sulit dipercaya dan dia tidak akan percaya dengan apa yang Andrew katakan.

Lebih baik dia tidak memiliki kekasih daripada dia bersama dengan pria gemuk itu. Jika demikian, lalu untuk apa dia berjuang untuk mengubah penampilannya? Lebih baik dia tetap menjadi Amy yang buruk rupa daripada perjuangan yang dia lakukan sia-sia karena pada akhirnya dia harus berakhir dengan seorang pria gemuk.

“Jangan berbicara seperti itu, Amy. Jangan menilai seseorang dari fisiknya saja dan kau tidak akan menyesal dapat bersama dengannya.”

“Tidak mungkin, kau pasti hanya bercanda saja. Aku tidak percaya dengan ramalanmu dan aku tidak percaya jika pria gemuk itu adalah jodohku!”

“Jadi, pria seperti apa yang kau inginkan untuk menjadi jodohmu?”

“Tentu saja pria seperti dirimu yang memiliki wajah tampan dan penampilan menarik. Aku lebih suka pria yang gagah daripada pria berisi seperti pria itu.”

“Oh,” Andrew melangkah mendekati kami lalu meraih pinggangnya, “Apa itu berarti kau sudah jatuh cinta padaku, Amy?” dagu Amy diangkat, Andrew mendekatkan wajah mereka sehingga membuat Amy menjadi gugup.

“Tidak, aku tidak?”

“Sepertinya bibirmu kedinginan!” sela Andrew.

Kedua mata Amy terbelalak ketika Andrew mengecup bibirnya. Jantungnya berdegup cepat karena itu adalah ciuman pertamanya. Amy bahkan tidak bergerak karena Andrew menatapnya dengan lekat.

“A-Andrew?” tatapan tajam Andrew seakan menembus ke hatinya tapi melihat rupanya mengingatkan dirinya pada pria gemuk yang baru saja dia jumpai.

“Bibirmu masih dingin!” Andrew mendekap Amy erat dan mencium bibirnya kembali. Tidak seharusnya dia melakukan hal itu apalagi Amy sudah bertemu dengan pria gemuk itu tapi dia tidak bisa menahan dirinya. Tidak apa curi start terlebih dahulu dibandingkan pria gemuk lamban dan bodoh itu.

Amy terdiam sesaat untuk apa yang Andrew lakukan namun kedua matanya terpejam dengan perlahan. Kedua tangannya pun sudah melingkar di tubuh Andrew. Lupakan, pasti hanya perasaan saja dan Andrew hanya menggodanya saja tapi bagaimana jika apa yang dikatakan oleh Andrew adalah benar?