NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Cerai / Penyesalan Suami / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Kisah ini mengisahkan kehidupan rumah tangga yang tidak lazim, di mana sang istri yang bernama Rani justru menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, Budi, adalah seorang pria pemalas yang enggan bekerja dan mencari nafkah.

Rani bekerja keras setiap hari sebagai pegawai kantoran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara itu, Budi hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti menonton TV atau bergaul dengan teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Keadaan ini sering memicu pertengkaran hebat antara Rani dan Budi. Rani merasa lelah harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga seorang diri. Namun, Budi sepertinya tidak pernah peduli dan tetap bermalas-malasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 13 Ancaman Perceraian

Hari-hari berlalu sejak Budi mengambil tekad untuk berubah. Ia terus mengunjungi berbagai tempat untuk melamar pekerjaan. Namun sepertinya nasib masih belum berpihak padanya.

Rani mulai merasa frustrasi melihat usaha Budi yang tidak kunjung membuahkan hasil. Bayangan ancaman perceraian yang pernah dilontarkannya kembali mengusik pikirannya.

Suatu malam setelah makan malam, Rani memutuskan untuk membuka pembicaraan serius dengan Budi.

"Bud, aku lihat usahamu selama ini untuk dapat pekerjaan. Tapi sejujurnya aku merasa ini semua masih belum cukup," Rani memulai dengan nada bimbang.

Budi menatap istrinya dengan cemas. "Maksudnya Ran? Aku kan sudah berusaha semaksimal mungkin."

"Iya aku tahu kok kamu sudah berusaha," Rani menghela napas panjang. "Tapi kalau dalam waktu dekat ini kamu belum dapat penghasilan tetap, terpaksa aku harus mengambil keputusan lain."

Ketakutan merayap di benak Budi mendengar perkataan istrinya barusan. "Keputusan apa Ran? Jangan bilang..."

"Maafkan aku, Bud. Tapi kalau dalam 2 bulan kamu masih belum dapat pekerjaan tetap, kita harus berpisah saja," lanjut Rani dengan berat hati.

Budi membeku di tempat duduknya. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Ancaman perceraian yang pernah diucapkan Rani sebelumnya menjadi kenyataan sekarang.

"Tapi Ran, aku mohon beri aku waktu lebih lama lagi. Aku pasti bisa dapat pekerjaan, percayalah!" Budi memohon dengan wajah memelas.

Rani menggeleng lemah. "Maaf Bud, aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Keputusanku sudah bulat. Dua bulan, itu kesempatan terakhirmu."

Tanpa banyak bicara lagi, Rani lalu beranjak ke kamar tidur, meninggalkan Budi yang masih mematung dengan perasaan kalut. Perjuangannya selama ini bisa sia-sia jika dalam dua bulan ke depan tak kunjung membuahkan hasil nyata. Haruskah semua berakhir dalam kepahitan? Budi menangis dalam diam.

Budi tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Pikirannya kalut memikirkan ancaman perceraian yang diucapkan Rani. Dua bulan, itulah waktu yang tersisa untuknya membuktikan kesungguhannya berubah.

Budi sudah bangun lebih awal dari biasanya. Wajahnya tampak lelah dengan lingkaran hitam menghiasi matanya. Namun tekadnya untuk mendapatkan pekerjaan tidak sedikitpun surut.

"Rani, aku berangkat dulu ya cari kerja lagi hari ini," ujar Budi kepada istrinya.

Rani hanya mengangguk kecil. "Semoga kali ini kamu berhasil dapat pekerjaan, Bud."

Setelah Rani berangkat ke kantornya, Budi segera memulai aksinya mencari pekerjaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia mengantongi puluhan surat lamaran yang telah disiapkannya.

Budi menghabiskan waktunya berkeliling kota mencari pekerjaan yang sesuai. Beberapa kali terasa hampir putus asa ketika lamarannya kembali ditolak.

Namun bayangan wajah Rani yang kecewa senantiasa mengingatkannya untuk tidak menyerah begitu saja. Budi harus bisa meyakinkan istri tercintanya bahwa ia mampu berubah.

Hingga akhirnya pada penghujung minggu keempat sejak pengumuman "batas waktu" Rani, sebuah kabar baik akhirnya datang. Budi diterima menjadi seorang staf administrasi di sebuah kantor kecil.

Dengan penuh sukacita, Budi langsung memeluk Rani yang baru pulang kerja dan memberitahukan kabar tersebut. Rani menitikkan air mata bahagia melihat tekad bulat suaminya selama ini.

"Akhirnya Bud, aku bahagia sekali melihat perjuanganmu tidak sia-sia," ujar Rani terharu. "Aku bangga padamu!"

Budi membelai lembut kepala istrinya. "Terima kasih Ran, atas kesempatan dan kepercayaanmu. Aku berjanji akan selalu bekerja keras untuk keluarga kita mulai sekarang."

Ancaman perceraian yang sempat mengintai kini telah lenyap. Kebahagiaan menyelimuti rumah tangga Budi dan Rani. Sebuah perjuangan panjang yang membuahkan hasil manis di akhirnya.

Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai staf administrasi, Budi benar-benar bertekad untuk mengubah hidupnya. Ia bangkit pagi-pagi sekali untuk bersiap ke kantor dan tak lagi bermalas-malasan seperti dulu.

Melihat perubahan drastis suaminya, Rani merasa lega bercampur haru. Akhirnya setelah sekian lama, Budi menunjukkan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Ancaman perceraian yang sempat mengusik rumah tangga mereka kini telah berlalu.

Meski begitu, masih ada sedikit rasa was-was dalam hati Rani. Bagaimana jika suatu saat nanti Budi kembali tergoda kemalasan dan melalaikan kewajibannya? Rani pun memutuskan untuk mengungkapkan kecemasannya itu kepada Budi.

"Bud, aku sangat bahagia melihat perubahan positifmu akhir-akhir ini," ucap Rani suatu malam saat mereka duduk bersama di ruang keluarga.

Budi tersenyum lebar mendengar pujian istrinya. "Iya Ran, semua ini berkat kesabaranmu selama ini dan juga ancaman perceraian waktu itu. Itu benar-benar membuka mataku."

Rani balas tersenyum tipis. "Aku hanya tidak mau kamu kembali ke kebiasaan lamamu, Bud. Aku ingin kamu menjadi tulang punggung keluarga yang sebenarnya untuk selamanya."

"Tentu saja, Ran. Aku berjanji tidak akan mengecewakan lagi," Budi meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat. "Mulai saat ini, aku yang akan mencari nafkah untuk keluarga kita. Kau tidak perlu lelah lagi bekerja di luar rumah."

Rani menggeleng pelan. "Tidak usah begitu, Bud. Aku masih ingin tetap bekerja seperti biasa. Dengan penghasilan dari kita berdua, kita bisa menabung untuk masa depan yang lebih baik."

Budi mengangguk paham. "Baiklah kalau itu maumu. Yang penting kita jalani semuanya bersama-sama mulai sekarang."

Keduanya lalu berpelukan erat, mengukuhkan tekad untuk membina keluarga yang harmonis dan sejahtera. Kepercayaan dan pengertian yang dalam menjadi kunci indahnya rumah tangga mereka.

Setelah percakapan serius dengan Rani, Budi semakin memantapkan tekadnya untuk menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Ia bangkit pagi-pagi sekali dan berangkat ke kantornya dengan penuh semangat.

Di tempat kerja, Budi mengerjakan tugasnya dengan teliti dan disiplin. Sikapnya yang pekerja keras dan ramah membuat ia disukai rekan-rekan sekantornya. Pihak manajemen pun merasa puas dengan kinerjanya.

Rani juga tetap bekerja seperti biasa di kantornya. Namun kali ini beban di pundaknya terasa jauh lebih ringan. Ia merasa lega bisa membagi tanggung jawab mencari nafkah dengan Budi.

Kehidupan rumah tangga mereka kini berlangsung dengan baik. Budi rutin membantu mengurus pekerjaan rumah sehingga Rani tidak terlalu lelah ketika pulang kerja. Komunikasi dan pengertian di antara keduanya pun kian membaik.

Pada suatu malam menjelang akhir bulan, Budi dan Rani duduk bersama untuk mendiskusikan pengeluaran dan pemasukan bulanan keluarga.

"Dengan penghasilanmu dan penghasilanku digabung, sepertinya kita bisa mulai menabung lagi, Bud," kata Rani sambil melihat catatannya.

Budi mengangguk antusias. "Iya, kita bisa menyisihkan sebagian untuk membuat tabungan masa depan kita nanti."

"Lalu apa rencana kita ke depannya? Mungkin suatu hari nanti membeli rumah sendiri?" tanya Rani penuh harap.

"Tentu saja! Itu impian kita berdua kan, punya rumah sendiri yang nyaman untuk membangun keluarga kecil bahagia," Budi tersenyum lebar.

Rani ikut tersenyum mendengar jawaban suaminya. Dalam hatinya, ia merasa bahagia melihat perubahan Budi yang begitu signifikan. Dari seorang pria pemalas, kini Budi berubah menjadi tulang punggung keluarga sejati.

"Aku bangga padamu, Bud. Kita pasti bisa mewujudkan semua impian itu bersama-sama selama saling mendukung," ujar Rani tulus.

Budi meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat. "Iya, mulai sekarang sampai nanti, kita hadapi segalanya berdua. Terima kasih untuk kepercayaan dan kesabaranmu, Ran."

Malam itu keduanya merasa sangat bahagia. Ancaman perceraian yang pernah menghantui kini tinggal kenangan. Di depan mereka, masa depan yang cerah telah menanti dengan sejuta harapan dan impian untuk diraih bersama-sama.

1
HRN_18
🔥🔥🔥🔥
Diamond
Jalan ceritanya keren abis.
Oralie
Author, kapan mau update lagi nih?
HRN_18: sabar ,😩
total 1 replies
SugaredLamp 007
Menghanyutkan banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!