Kurenggut Kembali Segalanya

Setelah pergi dari Mansion Adhitama, Nathan membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Sesekali memukul setir, berteriak penuh emosi.

"Jika Kakek tidak menjanjikan padaku akan memberitahukan dimana keberadaan Asha dan anakku! Aku sudah mengakhiri hidupku sendiri daripada terus tersiksa seperti ini! Tidak...! Aku harus mengamankan aset dan segalanya untuk Asha dan anakku agar tidak tertindas oleh mereka lagi! Ya... aku harus tenang. Lihat saja! Semua orang yang sudah menyakiti Asha akan ku buat menderita! Arghttt!!!"

Dugh Dugh.

Akhirnya Nathan menghentikan mobil di pinggir jalan, kepalanya kembali berdenyut kesakitan. Dia merogoh botol obat kapsul di dalam saku celana dengan tangan gemetar, membuka tutup dan mengambil satu butir pil pereda sakit.

Nathan menelan pil tanpa air, lima tahun lalu dia tertabrak mobil setelah mencari Asha kemana-mana setelah mendapat kabar jika rumah kontrakan nya kebakaran. Ketika mendengarnya, saat itu dia berlarian seperti orang gila di dalam rumah sakit.

Namun sayang, Asha sudah menghilang bahkan pihak rumah sakit tidak memberitahukan identitas yang membawa Asha bahkan hanya sekedar Cctv untuk mengetahui wajah yang membawa wanita yang dicintainya itu pun, pihak rumah sakit tidak memberikan padanya dengan alasan keamanan dan kerahasiaan pasien.

Pernah Nathan mencoba mendatangi Direktur rumah sakit, yaitu Dokter Ramdan. Tetapi Dokter Ramdan dengan tegas menolak, karena pemilik saham rumah sakit yakni Wina menolak membantu Nathan karena Wina kadung membenci sosok Nathan yang menceraikan istrinya padahal Asha sedang dalam keadaan hamil dan dalam situasi yang terpuruk.

"Sayang, andai aku bisa menemukan mu tanpa perjanjian dengan Kakek. Maafkan aku kalau aku mengkhianatimu dengan menikahi wanita lain, asalkan aku bisa menemukan mu dan anak kita... aku... aku..." air mata Nathan meleleh turun ke pipi, lelaki itu terisak menangis memikirkan keadaan Asha dan anak mereka selama lima tahun ini.

"Aku kira dengan menceraikan dan meninggalkan mu, kamu dan anak kita akan selamat sesuai janji mereka. Tapi... aku nggak menyangka kamu akan mengalami kebakaran. Sampai kini keluargaku masih tak mengakui kebakaran itu, mereka beralasan untuk apa mereka melakukannya karena aku sudah meninggalkan mu. Lalu... jika bukan mereka, siapa yang berani berbuat ke ji seperti itu padamu?!"

Nathan menurunkan jendela mobil, menghirup udara untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak.

"Sebaiknya aku menghilangkan stres ku dengan pergi ke tempat boxing Bang Fatir."

Setelah lama berhenti di pinggir jalan, Nathan kembali melajukan mobil menuju tempat boxing milik Fatir.

Krieettt...

Pintu ganda terbuka, Fatir menoleh ke arah pintu ganda ruangan boxing di lantai satu. Ada total 7 ruangan boxing, tempat latihan boxing milik Fatir sudah banyak berkembang selama 15 tahun ini dan cabang nya ada di beberapa kota di tanah air.

"Halo, Bang!" Nathan mengepalkan tangan membentuk kepalan lalu menyalami Fatir ala para pegiat tinju.

Fatir membalas dengan kepalan tangannya juga. "Malem banget dateng nya, hampir jam 11 malem ini. Kamu lagi stres lagi?" tanya Fatir, dia memang sering mendengarkan keluhan para customer.

"Hehe, iya nih Bang. Kepala ku barusan sakit lagi, bekas aku tertabrak lima tahun lalu mungkin masih berbekas di kepala. Dokter suruh operasi tapi aku takut mati... haha..." Nathan tertawa getir.

"Kenapa takut mati, Nat? Setiap orang jika sudah waktunya pasti harus kembali kepada pemilik-Nya. Umurku juga sudah 46 tahun, udah tuir pasti ajal sudah menunggu." Fatir menepuk pundak Nathan, dia mencoba bicara serius diselingi gurauan.

Nathan menghela nafas lalu berjalan ke kursi panjang di ruangan itu, ia duduk dengan kepala menunduk.

"Ada apa?" Fatir ikut duduk di sebelah Nathan.

"Aku pernah cerita tentang istri yang aku nikahi secara siri kan, Bang? Lalu aku ceraikan saat hamil," Nathan mengangkat kepala lesunya, menatap ke samping ke arah Fatir.

"Ya, yang katamu dokumen-dokumen untuk mengajukan pernikahan kalian dibakar oleh keluargamu dan akhirnya pernikahan kalian tidak terdaftar di negara." Jawab Fatir.

Nathan mengangguk. "Iya, Bang. Aku juga bercerita pada Abang, jika aku menceraikan dan meninggalkan nya karena terpaksa. Aku diancam Bang, ketika itu istriku hampir tertabrak dan untung saja nyawanya dan calon anak kami tertolong. Aku kemudian membuat perjanjian dengan keluargaku, jika aku kembali pada mereka maka aku akan meninggalkan Asha, istriku. Dan mereka harus berhenti menyakiti dan mengganggu istriku." Nathan meraup wajahnya kasar.

"Sejak kami menikah, untuk mencari makan saja susah Bang. Setiap aku mencari kerja paling bertahan satu hari, besoknya aku dipecat dengan alasan aneh-aneh. Aku pun mendapat peringatan, ternyata itu ulah dari keluarga saya, Bang. Apa Bang Fatir tau? Bahkan saya pernah menjadi pekerja cuci piring di warung makan pinggir jalan dan menjadi badut di lampu merah, tapi.. tetap saja saya diganggu." Wajah Nathan sarat akan kesakitan mengingat masa lalunya, Fatir masih setia menjadi pendengar.

"Saya dan Asha bahkan pernah makan hanya sebungkus roti sehari selama seminggu, sebelum saya akhirnya mendapat pekerjaan dari teman saya menjadi kuli bangunan. Disana Paman temanku menjaga saya, karena Pamannya seorang preman jalanan dan tidak terganggu oleh gangguan dari keluarga besar saya. Aku bertahan bekerja disana selama empat bulan, namun sayangnya kecelakaan yang terjadi pada Asha akhir dari perjuangan saya, Bang." Nathan mengusap sudut matanya yang berair.

"Saya sudah tau istriku sering berjualan kue berkeliling tanpa sepengetahuan saya, karena saya tidak ingin mengekangnya jadi saya tak pernah mempersoalkan pekerjaannya. Namun pada akhirnya saat saya menceraikannya, kata-kata kasar dan makian keluar dari mulut saya hanya agar dia membenci saya."

"Meskipun hati saya sakit, tapi saya pikir keputusan saya untuk berpisah setidaknya akan membuat hidup Asha dan anakku aman. Ternyata saya salah... baru saja Asha keluar dari rumah sakit setelah dirawat karena kecelakaan itu, ada yang membakar rumah kontrakan kami dan Asha ikut terbakar di dalamnya. Hancur hatiku Bang, saat mendengar penjelasan dari rumah sakit jika Asha terbakar parah dengan luka bakar 75%. Aku mencarinya ke rumah sakit dan Asha tidak ada disana, tapi pihak rumah sakit bungkam... mereka tidak ingin membuka identitas orang yang membawa Asha-ku."

"Rumah sakit mana kalo aku boleh tau?" tanya Fatir penasaran, karena lima tahun lalu geng istrinya selalu mengungkit masalah seroang pria yang tega menceraikan istrinya yang tengah hamil, juga rumahnya terbakar. Sangat mirip dengan cerita Nathan padanya barusan.

"Rumah sakit Wijaya Hospitals Group, rumah sakit swasta milik keluarga Wijaya. Kalau nggak salah nama Dokter yang menangani Asha adalah Dokter Ramdan, dia juga adalah Direktur rumah sakit." Nathan menjelaskan.

"Astagfirullah!" Fatir menepuk jidatnya karena ternyata laki-laki yang sering di caci maki dan diumpat oleh geng istrinya ternyata adalah Nathan.

"Ada apa, Bang? Ohya, aku juga pernah bertemu istri dari Dokter Ramdan, katanya dia salah satu pewaris rumah sakit dan pemilik saham disana. Bahkan alasan Dokter Ramdan menolak membantu saya untuk mengatakan identitas dan memberikan rekaman Cctv di rumah sakit karena istri Dokter Ramdan."

Mampusss gue!!! Kalo bantu nih orang, gue bisa babak belur dihajar emak-emak kompleks eh emak-emak power X alias geng istri gue apalagi sahabat gue si Divya, bisa mati dicinn_ccangg gue sama dia...!!!

"Bang! Malah bengong!" Nathan menepuk lengan kekar Fatir, bahkan selama 6 bulan ini Nathan latihan boxing di tempat Fatir otot-otot di lengan dan betis kakinya juga sudah mulai terbentuk. Bahkan perutnya kini sudah berkotak-kotak meskipun baru sixpack empat kotak belum enam kotak seperti Fatir pelatihnya.

Akhirnya Fatir memilih tidak menjawab, jikapun dia ingin membantu dengan berbicara pada Dokter Ramdan sepertinya dirinya harus mengambil waktu untuk memikirkan nya. Meskipun Fatir merasa iba pada Nathan, namun keselamatan nyawa dan jiwanya dalam berumah tangga dengan Vanny juga bisa terancam jika dia memihak Nathan yang notabene nya musuh dari para emak-emak.

____

Maaf ya say, nulis cerita yang ini santai banget... jadi kayak kehidupan sehari-hari gitu nggak grasak-grusuk. Enggak kayak 2 novel ku yang tahun 2024 ini bisa rampung/tamat dalam waktu satu bulan 😍🙏🏻😘