NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnah

Sore hari setelah tadi pagi Raline menemani Bu Ambar, dia istirahat karena merasa sedikit lelah. Bahkan saat Devan sudah pulang pun dia sa.pao tidak tahu.

Devan yang tidak disambut Raline pun langsung menuju kamarnya.

Ceklek!

Devan membuka pintu dengan pelan. Begitu masuk ke dalam pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sang istri tertidur pulas.

Senyuman mengembang dari bibir Devan. Betapa damainya melihat dia tertidur dengan nyenyak. Batin Devan.

Devan mendekati ranjang dan berjongkok. Di belainya pipi putih Raline dengan sayang. "Kamu pasti lelah setelah seharian menemani Ibu. Istirahatlah." Monolog Devan.

Setelah itu Devan pun berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak butuh waktu lama bagi Devan untuk bersih-bersih.

Saat Devan keluar kamar mandi, Raline rupanya sudah bangun.

"Eh kapan kamu pulang Dev? Kenapa tidak membangunku?" Tanya Raline.

"Tidurmu nyenyak sekali, aku tidak berani membangunkanmu. Apakah hari ini kamu bersenang-senang dengan Ibu hem ~"Ucap Devan sambil mendudukkan diri di ranjang.

"Iya. Terima kasih ya sudah mengijinkan aku pergi." Balas Raline sambil tersenyum.

"Kalau kamu masih lelah istirahat saja. Biar makan malamnya aku bawa ke kamar."

"Tidak usah. Aku tidak enak sama Ibu. Sebentar aku mandi dulu. Setelah itu kita makan malam bareng."

Raline pun bergegas menuju kamar mandi. Devan menunggu Raline dengan sabar.

Setelah Raline selesai mandi, mereka pun keluar kamar untuk makan malam bersama yang lainnya.

"Selamat malam Ibu. Bagaimana tadi belanjanya, apakah menyenangkan?" Tanya Devan saat sudah tiba di meja makan. Dia pun mendudukkan diri pada kursinya. Begitu juga dengan Raline.

Bu Ambar tersenyum lebar melihat kedatangan mereka berdua. "Malam juga Dev. Ibu senang sekali." Jawab Bu Ambar.

Mendengar jawaban Bu Ambar membuat Devan tersenyum senang. Ibu dan istrinya sudah mau mengakrabkan diri. Begitu pikirnya.

Mereka pun makan malam dengan tenang.

🌻🌻🌻

Pagi ini kediaman Devan sudah heboh dengan Bu Ambar. Bu Ambar teriak-teriak memanggil semua penghuni rumah.

"Devan, Delia, Rizal semuanyaa...! Tolong bantu Ibuuu...!!!" Teriak Bu Ambar dengan keras.

Mendengar teriakkan menggema Bu Ambar di pagi hari tak ayal membuat semua penghuni keluar kamar, termasuk Raline dan Mbok Sum juga Pak Anto, supir dan juga suami dari Mbok Sum pun ikut keluar kamar mereka menuju rumah utama.

"Bagus kalian semua sudah berkumpul. Tolong bantu cari perhiasan set Ibu di kotak warna merah. Itu pemberian Devan dua Minggu lalu."

"Memang perhiasannya dimana Bu?" Tanya Devan.

"Kemarin habis kamu kasih langsung Ibu taruh di lemari tempat Ibu biasa naruh perhiasan. Tadi pagi pas Ibu mau pakai nggak ada." Terang Bu Ambar menceritakan detail hilangnya perhiasan set pemberian Devan.

"Apa sudah Ibu cari betul-betul?" Tanya Delia ikut panik.

"Barangkali Ibu lupa naruh. Coba dicari lagi." Kali ini giliran Rizal yang bicara.

"Ibu tidak mungkin lupa. Ayo kalian semua bantu cari. Nanti mau Ibu pakai soalnya." Perintah Bu Ambar pada semua orang.

Pagi itu semua orang sibuk mencari perhiasan yang dimaksud Bu Ambar. Mereka mencari ke setiap sudut ruangan di rumah itu. Namun hasilnya nihil.

Bahkan semua kamar juga sudah digeledah. Hanya kamar Devan saja yang belum diperiksa.

"Tidak ketemu juga ya!" Ucap Bu Ambar penuh kecewa.

"Iya Bu. Bahkan kamar Mbok Sum dan yang lainnya juga sudah diperiksa, namun tidak ada." Ucap Rizal.

"Hanya kamar Kak Dev saja yang belum. Apa kita perlu menggeledah juga?" Delia ikut bicara.

Mendengar perkataan adik perempuannya itu, kening Devan berkerut. "Jadi maksudnya perhiasan itu ada di kamarku begitu?" Ucap Devan sedikit murka.

"Bu-bukan begitu Kak. Aku kan hanya bilang semua kecuali kamar kakak. Bukannya menuduh juga." Kilah Delia.

"Sudah-sudah. Kenapa malah bertengkar. Tidak ada salahnya kan Dev kalau kamar kamu juga kami geledah?" Lerai Bu Ambar.

"Tentu tidak. Silakan saja kalian semua periksa." Ucap Devan yakin.

Sedari tadi Raline hanya diam. Dia takut salah bicara kalau ikut-ikutan nimbrung. Raline juga tidak keberatan kalau kamarnya diperiksa. Sebab dia tidak mengambil perhiasan Ibu mertuanya itu.

Semua orang masuk ke dalam kamar Devan kecuali Raline dan Devan tentunya. Mereka memeriksa setiap sudut yang ada di kamar Devan.

Delia yang mengetahui tempatnya pun pura-pura kaget karena menemukan kotak perhiasan Ibunya itu ada di dalam lemari pakaian Raline.

"I-ibu i-ini bukannya kotak perhiasan Ibu?" Ucap Delia kaget. Lebih tepatnya pura-pura kaget.

Semua orang yang ada di situ pun sontak menoleh ke arah Delia.

Tentu saja Devan dan Raline kaget. Sebab perhiasan Ibunya ada di dalam lemari pakaian Raline. Itu artinya Raline yang sudah mengambil perhiasan Bu Ambar.

"Nak Al, kalau memang kamu suka, dengan senang hati Ibu akan memberikan padamu. Tetapi kenapa kamu mengambilnya?" Ucap Bu Ambar dengan suara yang dibuat bergetar.

Raline melongo mendengar ucapan Bu Ambar. Ini maksudnya mereka menuduhku mencuri begitukah? Ceh.

"Dev, percayalah, aku tidak mungkin mengambil perhiasan Ibu." Bantah Raline.

"Tapi bagaimana mungkin perhiasan itu ada dalam lemari pakaianmu?" Ucap Devan bingung.

"Sudahlah Nak mengaku saja. Ibu tidak akan marah kok." Desak Bu Ambar.

"Tapi aku benaran tidak mengambilnya Dev. Kumohon percaya padaku." Raline berusaha menyakinkan Devan.

Devan pun diam memikirkan masalah ini. Dia percaya pada istrinya, namun bukti kalau perhiasan Ibunya ada di dalam lemari pakaian Raline membuat Devan bingung. Bagaimana caranya perhiasan itu ada disana?

Meski Devan belum lama mengenal Raline, namun dia tahu bagaimana istrinya itu. Jadi, kesimpulannya adalah ada seseorang yang dengan sengaja menjebak istrinya.

"Aku percaya kalau kamu tidak melakukannya Al." Ucap Devan pada akhirnya. "Sekarang kalian mengakulah. Siapa yang melakukannya?" tanya Devan.

Hening.

"Kutanya sekali lagi. SIAPA YANG MELAKUKANNYA?" Devan berteriak dengan kencang. Semua yang ada di ruangan itupun kaget bukan main. Sebab, yang mereka tahu Devan itu lemah lembut dan tidak pernah meninggikan suaranya. Namun kali ini Devan bahkan berani membentak Ibu dan saudaranya.

"Baik jika tidak ada yang mau mengaku. Kalian tentu tidak lupa bukan, kalau di rumah ini ada CCTV tersembunyi?" Ucap Devan dengan seringainya.

Tentu ucapan Devan barusan membuat Bu Ambar dan Delia langsung panik bukan main. Mereka melupakan hal itu.

"Jadi maksud kamu, perhiasan Ibu ini jalan sendiri begitukah Dev?" Bu Ambar berusaha bicara dengan tenang. "Baik kalau begitu, Ibu akan pergi dari rumah ini karena kamu sudah tidak menghormati Ibu lagi dan lebih membela perempuan itu." Ucap Bu Ambar sambil menuding Raline.

"Dev, sudahlah. Lebih baik aku yang pergi. Daripada aku disuruh mengakui apa yang tidak pernah aku lakukan." Ucap Raline pada akhirnya.

"Tidak Al. Kamu tidak akan pergi kemanapun."

"Kalau begitu Ibu akan pergi dengan adik-adikmu."

"Silakan kalau itu mau Ibu." Ucap Devan dengan nada dingin.

Mendengar itu, Bu Ambar dan Delia serta Rizal pun kaget. Itu artinya Devan mengusir mereka secara tidak langsung.

"Apa kamu sudah gila Dev? Kamu benar-benar sudah dibutakan olehnya. Kami keluargamu Dev. Sedang dia hanya orang asing."

"Yang Ibu maksud orang asing itu adalah istriku. Kalau bukan aku yang membelanya lalu siapa lagi HAH?" Devan tampak murka pada Ibunya. "Selama ini aku selalu menghormati dan menyayangi Ibu layaknya Ibu kandungku." Devan tampak ngos-ngosan karena menahan amarahnya.

"Aku juga selalu menuruti semua keinginan kalian tanpa kecuali. Tapi kali ini kalian sudah sangat keterlaluan. Mulai dari Rizal yang sudah melecehkan Raline. Dan sekarang? Ibu memfitnah Raline dengan sangat keji. Perbuatan kalian tidak bisa ku maafkan." Ucap Devan panjang lebar.

"Baik kalau itu maumu. Kami akan pergi dari sini dan tidak akan pernah kembali lagi." Ucap Bu Ambar menahan malu dan amarah. "Ayo kita pergi dari sini." Ajaknya pada Delia dan Rizal.

"Ayo Bu." Balas Delia dan Rizal.

Mereka bertiga pun berkemas dan tidak membutuhkan waktu lama. Setelahnya, mereka bertiga benar-benar pergi dari rumah itu.

Ketiganya pergi menggunakan taksi. "Kita mau kemana Bu?" Tanya Delia saat sudah berada di dalam taksi.

"Kita kembali ke rumah peninggalan Ayah kalian." Jawab Bu Ambar santai.

"Tapi rumah Ayah tidak sebesar rumah Bapak Bu." Rizal tidak setuju dengan Bu Ambar.

"Lalu, kalian lebih memilih tinggal di jalanan apa?"

"Ini kan ide Ibu. Kenapa kami juga ikutan diseret sih?" Gerutu Delia tidak terima.

"Kurang ajar. Bukannya membela Ibu ini malah menyalahkan. Sudah kalian ikuti saja rencana Ibu."

Delia dan Rizal pun hanya bisa pasrah dengan Ibunya.

Sementara di kediaman Devan, Raline tampak merasa bersalah. Karena dirinya, Devan mengusir Ibu dan adik-adiknya.

"Dev, maafkan aku. Karena aku, Ibu dan adik-adikmu pergi dari rumah ini." Ucap Raline penuh sesal.

"Sstt~ Sudahlah. Mereka memang pantas mendapatkannya." Devan memeluk Raline untuk menenangkannya.

"Jemput mereka lagi Dev dan biarkan aku yang pergi dari sini."

"Dengar Al, sampai kapanpun aku tidak akan mengijinkanmu pergi dari sini apalagi meninggalkan aku."

Setelah bicara begitu Devan pun pergi meninggalkan Raline sendiri. Devan pergi ke ruang kerjanya. Dia ingin memeriksa CCTV. Jika memang benar ini perbuatan Ibunya, Devan bersumpah tidak akan memaafkan mereka.

Devan mulai mengamati layar komputernya yang menampilkan rekaman CCTV. Disana tampak Delia sedang mengendap-endap masuk ke dalam kamar Devan. Lalu Mbok Sum juga masuk ke dalam kamar. Setelah itu Delia keluar dan tidak lama Mbok juga menyusul keluar.

"Berarti Mbok Sum juga terlibat." Gumam Devan. "Baiklah masalah ini harus segera diselesaikan." Lanjutnya.

Devan pun berniat memanggil Mbok Sum, namun urung karena Roni sudah meneleponnya. Dia harus bergegas ke kantor pusat yang ada di Ibu kota. Ada yang harus dia urus disana.

❄️❄️❄️❄️❄️

Selamat hari Raya idul Fitri ya teman-teman semua. Mohon maaf lahir dan batin. Maafkan juga kalau author molor banget updatenya.

Sekali lagi selamat hari Raya idul Fitri bagi yang merayakannya. Salam kenal dari bumi reog #Deep Bow#

1
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!