NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Permaisuri

Reinkarnasi Permaisuri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Chicklit
Popularitas:328.1k
Nilai: 4.6
Nama Author: Shafa Marwah

Liu Wen adalah seorang dokter bedah di abad 21. Namun, saat terbangun dari tidurnya ia mendapati dirinya tengah berada di zaman kuno. Dia telah mengarungi ruang dan waktu dan kini berada di tubuh seorang istri dari pangeran Jin yang tampan. Wanita ini bernama Liu Li, seorang yang tidak dapat diandalkan dan mudah ditindas orang lain.

Namun Liu Li dan Liu Wen merupakan dua kepribadian yang berbeda. Bagaimana Liu Wen menghadapi orang-orang di sekitarnya sebagai Liu Li?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shafa Marwah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wilayah Selatan

"Pyaaaaar!" Selir Fu Rong melempar guci cantik di kamarnya.

"Liu Li, beraninya kamu membuat masalah denganku! Lihat saja, meskipun kamu mengambil alih kekuasaan di mansion ini, tapi hati pangeran tak akan pernah bisa berpaling dariku!"

Bagaimana pun, pangeran Jin membutuhkan ayah Fu Rong untuk memperkuat prajuritnya. Setidaknya, itulah yang mereka pikirkan.

"Liu Li, kamu harus menerima pembalasanku!"

***

"Hatchiii!"

Apa ada yang sedang membicarakanku, batin Liu Li sambil mengusap hidungnya.

"Putri, aku dengar dari pelayan istana raja, kalau kondisi di selatan begitu parah. Banyak rakyat yang terserang wabah penyakit," ucap nenek Zao sambil menyisir rambut Liu Li.

"Mungkin karena hal ini maka pangeran Jin harus menghadiri rapat dengan para menteri."

"Putri jangan terlalu banyak berpikir, jagalah kesehatanmu."

"Nenek, tenanglah. Tubuhku tidak selemah dulu," ucap Liu Li, "Pagi ini cuaca sangat cerah, aku mau berjalan-jalan keliling mansion."

"Baik, putri."

Mansion pangeran Jin sangatlah luas. Liu Li beristirahat dan duduk di kursi taman pinggir danau. Di danau inilah Liu Li tenggelam beberapa waktu yang lalu.

Aku belum menemukan orang yang telah mencelakaiku, batin Liu Li, kehidupan di istana sangat berbahaya. Lengah sedikit saja, nyawa bisa melayang.

"Putri, hari telah siang. Mari kita kembali," ajak nenek Zao.

"Baiklah." Liu Li beranjak dari duduknya dan berjalan kembali. Tak disangka, ia berpapasan dengan pangeran Jin dengan para prajuritnya.

"Pangeran apa yang terjadi? Kenapa buru-buru?" tanya Liu Li.

"Aku harus ke selatan untuk menangani wabah," jawab pangeran.

"Biarkan aku ikut."

"Tidak, di sana bukan untuk main-main," ucap pangeran tegas.

"Dengan kemampuan medisku, aku bisa membantu orang-orang yang terkena wabah."

"Sudah ada tabib yang menangani."

"Tapi --"

"Kembali ke kamarmu." Kemudian pangeran meninggalkan Liu Li yang diam terpaku.

***

"Pangeran, semuanya telah siap," lapor Wei Hong.

"Kita berangkat sekarang." Pangeran menunggang kudanya di barisan depan bersama Wei Hong.

Sementara itu para prajurit mengikutinya berbaris di belakang. Kereta kuda berisikan bahan makanan dan obat-obatan berada di bagian tengah barisan.

"Kenapa kereta ini rasanya lebih berat?" gumam prajurit yang bertugas mengendarai kereta barang, "kudaku jadi berjalan lebih lambat."

Tentu saja terasa lebih berat, Liu Li ikut menumpang di dalamnya tanpa sepengetahuan siapa pun.

Beberapa jam yang lalu.

"Nenek, aku harus pergi. Katakan saja aku sedang sakit bila ada yang mencariku," perintah Liu Li.

"Tapi, putri ..."

"Aku akan baik-baik saja. Nenek jangan khawatir."

Dan saat ini Liu Li berakhir di dalam kereta barang. Perjalanannya memakan waktu seharian penuh. Selama itu pula ia harus menahan untuk buang air kecil.

Kereta telah sampai di selatan, para prajurit mulai membongkar muatan.

"Penyusup! Penyusup!" Seorang prajurit berteriak.

Dengan segera para prajurit bersiaga mengepung tempat itu.

"Menyerahlah! Kamu telah dikepung!" seru Wei Hong.

Penyusup itu mengangkat tangannya ke atas, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Wei Hong.

"Putri," bisik Wei Hong. Liu Li berpakaian seperti seorang pria, tak ada yang mengenalinya kecuali Wei Hong, "dia adalah orang pangeran Jin, bubar!" perintahnya.

Wei Hong mengantar Liu Li ke tempat tempat peristirahatan pangeran Jin, "putri, pangeran masih berbicara dengan kepala desa. Putri tunggulah di sini."

"Terima kasih, Wei Hong."

"Saya pamit, putri." Wei Hong meninggalkan Liu Li sendiri.

"Uh, badanku sakit semua," keluh Liu Li sambil meregangkan otot-ototnya. Kemudian ia berbaring di tempat tidur dan terlelap begitu saja.

Beberapa saat kemudian pangeran Jin datang dan melihat Liu Li yang terbaring di ranjangnya, "dia benar-benar merepotkan."

Karena sudah larut dan telah melalui perjalanan yang melelahkan, pangeran merebahkan dirinya di samping Liu Li. Ia tak tega membangunkan Liu Li yang tengah tertidur pulas. Baru saja pangeran memejamkan matanya, kaki Liu Li sudah berada di atas pahanya, "buk!" Suaranya lumayan nyaring.

"Beraninya kamu ...," geram pangeran.

Saat pangeran akan menyingkirkan kaki Liu Li dari tubuhnya, tangan Liu Li menyusul menindih dada pangeran, "ukh!" keluh pangeran. Saat ini tubuh pangeran layaknya guling bagi Liu Li.

Pangeran menatap wajah Liu Li yang sedang terlelap, "sudah dua tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat wajahmu begitu dekat dan jelas," ucap pangeran lirih.

Dibiarkan tangan dan kaki Liu Li tetap berada di tubuhnya, pangeran juga merasa lebih hangat oleh pelukan Liu Li. Keduanya tidur dengan pulas hingga pagi menjelang.

Liu Li begitu terkejut ketika membuka matanya dan mendapati pangeran berbaring di sisinya. Ia makin terkejut dengan posisinya yang memeluk pangeran dengan erat, "ah!" pekiknya lirih.

Liu Li segera menjauhkan tubuhnya sampai di ujung ranjang, "apa yang terjadi?"

"Kamu sudah bangun?" tanya pangeran yang sebenarnya telah bangun lebih dulu, tapi tak bisa bergerak karena posisi tangan dan kaki Liu Li masih menindihnya.

"Kenapa kamu di sini?"

"Ini ruanganku. Harusnya aku yang bertanya begitu."

"Semalam Wei Hong mengantarkanku kemari dan ... dan ..." Liu Li menyadari kebodohannya.

"Apa kamu begitu menginginkanku?" goda pangeran.

"Tidak!" seru Liu Li sambil bangkit dari ranjang.

"Karena kamu sudah di sini, segeralah membersihkan diri. Kita akan melihat kondisi rakyat yang terkena wabah secara langsung."

"Baik."

Beberapa saat kemudian, pangeran Jin dan Liu Li berkunjung ke rumah sakit di desa itu. Kondisinya sungguh memprihatinkan. Semua ruangan telah dipenuhi oleh orang sakit. Bahkan lorong jalan pun ditempati pasien yang terbaring di lantai.

Liu Li mendekati salah satu pasien yang terbaring lemah, kulitnya membiru, ujung jari-jarinya menghitam, wajahnya pucat, "dia keracunan," ucap Liu Li.

Kemudian ia melihat pasien di sebelahnya lagi, "mereka memiliki gejala yang sama," jelas Liu Li.

"Terlalu banyak korban yang telah meninggal. Bagaimana pejabat di wilayah ini menanganinya? Wei Hong, segera perintahkan para pejabat untuk menemuiku sekarang," perintah pangeran Jin.

"Baik, pangeran." Wei Hong segera pergi melaksanakan perintah.

"Aku harus pergi. Seorang prajurit akan mengawalmu. Dia berada di dekat pintu."

"Baik, pangeran pergilah. Aku akan membantu pengobatan di sini," ucap Liu Li.

Pangeran meninggalkan Liu Li menuju ruang kerjanya.

"Tabib, kenapa pasiennya banyak sekali? Kulihat ini hanyalah racun biasa, tapi bagaimana bisa menjadi separah ini?" tanya Liu Li pada seorang tabib yang ada di sana.

"Apa Anda tabib dari istana?" tanya tabib itu saat melihat Liu Li yang berpakaian seperti laki-laki.

"Ya, aku datang bersama pangeran."

"Racun ini ... sudah berhasil diobati, tapi kemudian pasien yang telah sembuh kembali terkena. Korban semakin banyak, stok habis, jumlah tabib pun hanya sedikit. Kami mengutamakan mengobati anak-anak terlebih dahulu. Para lansia ..."

Sungguh mengejutkan. Mereka membiarkan orang yang umurnya telah lanjut usianya meninggal tanpa perawatan.

"Apa sudah ditemukan dari mana sumber racun ini?" tanya Liu Li.

"Racun ini tidak berbau dan berasa, kami belum menemukannya."

"Di mana gudang obat?"

"Gudang obat telah terbakar dua minggu yang lalu."

Racun ini sengaja disebarkan oleh seseorang, ia bahkan membakar persediaan obat, batin Liu Li.

"Apa ada toko obat di wilayah ini?" tanya Liu Li.

"Satu-satunya toko obat ada di dekat pasar."

Liu Li mengangguk, "kami telah membawakan obat-obatan dari istana. Saat ini sedang dalam perjalanan ke mari. Gunakan obat-obatan itu. Aku akan mencari tahu dari mana racun ini berasal," jelas Liu Li.

1
nadira ST
ayo gebukin sampai lumpuh
Lyana Zuelaa
mirip komik yang judulnya "Gadis Beracun", bedanya ini pelayannya perempuan sedangkan di komik itu pelayannya laki-laki
Aisyah Ica Alzan Izaan
menarik
Christy Oeki
ceria selalu
Christy Oeki
sejahtera selalu
Christy Oeki
sukses selalu
Christy Oeki
bahagia selalu
Christy Oeki
sukses selalu
Christy Oeki
ceria selalu
Christy Oeki
sehat selalu
Christy Oeki
trus ceria
Christy Oeki
sehat selalu
Isabel Hartono
lanjut
est
iya pangera yebelin semoga liu sama yg lain yg lebih baik
Eti Yulianti
tor keren banget ....lanjut dong
Ajib Azam
lanjut up tor
azka aldric Pratama
di tunggu Thor up nya 👍👍
azka aldric Pratama
.
Depa Nelah
ku pernah baca cerita begini di mangatoon tapi dengan judul yang beda sama persis
Masnaini Ismail
katanya tamat tp masih lanjut ini..bosan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!