Bagaimana rasanya jika dicintai guru pembimbing sendiri? Ya, itulah yang di rasakan oleh pemilik nama Sefanya Arkhava. Seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA bertubuh mungil dan berparas cantik itu aktif dalam sebuah club musik yang dimana ia sangat menyukai irama lagu.
Sefa merupakan salah satu murid dengan berbagai bakat yang di milikinya dipertemukan dengan seorang guru pembimbing yang mengajarinya dalam bermain musik.
Kalandra Ghiffari pria yang berhasil sukses di usia muda kini menjadi guru pembimbing club' musik di salah satu sekolah bergengsi di kotanya. Parasnya yang tampan berhasil memikat para kaum wanita di luar sana.
Lantas seperti apa kisah pertemuan Sefa dan Kalandra? Yuk simak terus dalam kisah Love Melody
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Selesai dengan makan siang nya dilanjutkan dengan obrolan kecil namun tidak termasuk dengan Sefa yang sibuk dengan buku nya dan earphone yang terpasang di telinganya. Beberapa pertanyaan Aidan ajukan mulai dari pendidikan nya di luar negeri dan sampai statusnya saat ini.
Sungguh keberuntungan bagi mereka ketika mendengar Alan mengatakan bahwa dirinya masih lajang. Setidaknya masih ada harapan untuk bisa di jadikan menantu oleh Aidan. Sefa yang duduk tidak jauh dari tempat mereka mengobrol tidak benar-benar mendengarkan musik karena ia hanya mengenakan earphone tanpa menyalakannya.
"Ternyata benar dia putri kecil kalian waktu itu." Ucap Alan seraya melirik Sefa yang masih fokus pada buku nya.
"Kau masih mengenal nya? Padahal sudah lama sekali kalian tidak bertemu."
"Hm, aku sangat mengenalnya itu alasannya kenapa aku masuk ke sekolah nya." Jelas Alan yang lagi-lagi tersenyum memperhatikan Sefa.
Sementara dengan gadis itu tercengang mendengar pernyataan Alan yang ternyata sedari awal dia sudah mengenal Sefa. "Sial, sudah tau sejak awal kenapa malah pura-pura tidak mengenal ku? Pantas saja sikapnya aneh sekali." Batin Sefa menggerutu kesal.
"Tapi kenapa aku tidak mengenali nya? Tunggu..." Sambung Sefa dalam batin nya.
Gadis itu bergegas masuk ke kamarnya untuk mencari album foto, ia membuka satu persatu album tersebut dan benar saja terdapat satu foto dirinya bersama dengan anak laki-laki dengan selisih usia cukup jauh. "Kalandra Ghifari." Gumam Sefa sambil mengingat semuanya nya. Matanya membelalak ketika ia teringat dengan anak laki-laki di masalalu nya itu.
Dia pernah menyebutkan namanya walau tidak dengan nama panjang nya. "Ternyata dia benar anak itu? Haishh awas saja kau!" Gimana Sefa seraya menutup album foto nya. Tidak lama setelah itu Merry memanggilnya dari balik pintu kamar Sefa.
Gadis itu bergegas keluar dan menghampiri ibu nya yang berdiri di ambang pintu, tanpa di duga Merry menyuruh Sefa untuk membawa Alan ke halaman belakang. Sefa mengerutkan alisnya mendengar perintah dari ibu nya itu, sungguh sulit di percaya bahwa dirinya menyuruh Sefa untuk menemani pria itu.
Sempat menolak namun Merry langsung menarik Sefa keluar dari kamarnya dan membawa ke ruangan tamu. Gadis itu membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan akibat di seret oleh ibu nya. Ia masih berdiri di saat Merry telah duduk di samping Aidan.
Aidan memberi kode pada Sefa dengan lirikan matanya agar segera membawa Alan ke halaman belakang untuk berbincang berdua. Padahal sebelumnya penjagaan Aidan sangatlah ketat pada Sefa namun entah kenapa ia seolah memberikan lampu hijau pada Alan.
"Ayo." Ucap Sefa dengan ketus dan berjalan menuju halaman belakang yang di susul langsung oleh Alan.
Sesampainya disana Sefa duduk di salah satu kursi dengan pandangan menatap kolam ikan milik ayah nya. Alan yang berdehem memberi kode pada Sefa ia hiraukan begitu saja dengan raut wajah yang biasa saja serta bibir yang sedikit manyun Sefa tidak bergeming sedikitpun.
"Bagaimana latihan mu?" Ucap Alan yang ingin memecah keheningan.
"Biasa aja." Sahut Sefa singkat.
"Sepertinya hari mu lagi kurang baik." Ucap Alan kembali.
"Itu benar, dan kau penyebab itu semua!" Sahut Sefa.
"Aku? Kenapa dengan ku?" Tanya Alan yang menunjuk dirinya sendiri.
"Kau sudah mengenal ku sejak awal kenapa berpura-pura tidak mengenalku?"
Alan tersenyum mendengar ucapan Sefa, "untuk memastikan kalau aku tidak salah mengenali orang." Sahut Alan.
Gadis itu memutar bola matanya malas, tak hentinya Alan bercerita mengenai masalalu yang di lewatinya bersama dengan Sefa, sedikit terukir senyuman kecil di bibir Sefa ketika Alan menceritakan semuanya. "Hari itu kau begitu cengeng, sama anjing kecil saja takut sampai nangis." Ledek Alan mengingat dimana Sefa menangis ketika bertemu dengan anak anjing yang menggonggongi nya.
"Aku bukan takut hanya saja..." Sefa menggantung ucapannya untuk mencari alasan yang tepat.
"Kau memang benar-benar takut." Bisik Alan yang tiba-tiba berada di belakang Sefa.
Gadis itu menoleh hingga kedua pasang mata saling bertemu dan menatap. Dalam hitungan detik Sefa sadar dengan posisinya saat ini, ia terus menyangkal ucapan Alan. "Aku bukan penakut!" Ucap Sefa dengan tegas.
Melihat Sefa yang telah kesal, Alan tertawa lepas seolah ia puas dengan semuanya. Sampai Merry datang dengan membawa potongan buah semangka untuk mereka berdua. "Bibi senang melihat kalian masih seakrab dulu, ayo di makan semangka nya." Ucap Merry yang menaruh piring di atas meja.
"Akrab? Apanya yang akrab? Aku sama dia biasa aja dan gak akan bisa mengubah itu!" Sahut Sefa yang melipat kedua tangannya seraya menyilangkan kedua kakinya tidak lupa dengan raut wajah yang masih sama.
Merry tertawa kecil melihat kelakuan putri nya itu. Ia kembali meninggalkan keduanya dan kembali masuk kedalam. Merry yang baru saja kembali masuk langsung menerima pertanyaan dari Aidan sang suami mengenai putri nya dengan Alan.
"Lebih baik kita beri ruang untuk mereka berdua, ayo." Ucap Merry yang mengajak Aidan pergi keluar.
Dengan berteriak Merry pamit pada Sefa dan juga Alan yang masih berada di halaman belakang. Belum mendapat respon dari Sefa kedua nya telah pergi keluar rumah. Suasana menjadi lebih hening dari sebelumnya.
"Mau kembali berlatih?"
"Lagi males."
"Festival nya sebentar lagi apa kau tidak ingin membuat orang tua mu bangga? Ini kesempatan emas untuk mu."
Sefa menurunkan kakinya dan beranjak dari duduknya, tanpa berkata ia masuk kedalam kamarnya dan duduk di depan piano kesayangannya. Gadis itu mulai menggerakkan hingga tercipta alunan nada yang indah. "Tunggu, nada nya terdengar sedikit aneh." Ucap Alan di tengah-tengah permainan Sefa.
Alan menuntun jari Sefa dan kembali memulai nya dari awal, lagi-lagi perlakuannya membuat jantung Sefa berdebar walau bukan hal yang pertama namun tetap saja Sefa selalu gugup ketika berada dalam posisi itu.
"Aku istirahat sebentar." Ucap Sefa menarik tangannya dan beranjak dari duduknya.
Alan berpindah posisi menggantikan Sefa duduk di kursi dan mulai memainkan sebuah lagu yang menjadi favorit nya. Sefa yang melihat itu seolah terhipnotis di buat nya, tanpa sadar gadis itu tersenyum melihat Alan yang memainkan irama yang indah
Di tengah-tengah kekagumannya, ponsel Sefa berdering sebuah panggilan masuk dari seseorang yang di kenali nya. Arsena Putra Dewantara, tiba-tiba saja menghubungi Sefa dan mengajaknya untuk bertemu di tempat yang telah di tentukan nya.
Setelah melirik Alan, Sefa langsung beranjak dari posisinya ia merapikan rambut serta make up dan mengambil tas nya. Tanpa bertanya setelah mendengar Sefa menerima telfon Alan ikut beranjak dan mengikuti Sefa.
***