Malam itu Rifanza baru saja menutup bagasi mobilnya sehabis berbelanja di sebuah minimarket. Dia dikejutlan oleh seseorang yang masuk ke dalam mobilnya.
Bersamaan dengan itu tampak banyak laki laki kekar yang berlari ke arahnya. Yang membuat Rifanza kaget mereka membawa pistol.
"Dia tidak ada di sini!" ucap salah seorang diantaranya dengan bahasa asing yang cukup Rifanza pahami. Dia memang aedang berada di negara orang.
Dengan tubuh gemetar, Rifanza memasuki mobil. Di sampingnya, seorang laki laki yang wajahnya tertutup rambut berbaring di jok kursinya. Tangannya memegang perutnya yang mengeluarkan darah.
"Antar aku ke apartemen xxx. Cepat!" perintahnya sambil menahan sakit.
Dia bukan orang asing? batin Rifanza kaget.
"Kenapa kita ngga ke rumah sakit aja?" Rifanza panik, takut laki laki itu mati di dalam mobilnya. Akan panjang urusannya.
"Ikuti saja apa kata kataku," ucapnya sambil berpaling pada Rifanza. Mereka saling bertatapan. Wajahnya sangat tampan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih di hati
Malam ini Shaka sengaja melewati apartemen tempat tinggal Rifanza dulu.
Kat pengawal setianya-Cito, apartemen itu tidak dijual. Tapi ada yang membersihkannya tiga hari sekali.
Saat itu Cito akan membeli unit Rifanza atas suruhannya. Tapi kata sekuritinya kalo apartemennya tidak dijual, bahkan juga tidak disewa.
Shaka jadi penasaran, properti semahal itu dibiarkan begitu saja. Siapa sebenarnya Rifanza.
Dosennya termyata sedang liburan bersama keluarganya. Dia mendapatkan informasi dari Cito. Jadi Shaka cukup sulit mencari informasi tentang Rifanza.
Untungnya pengawalnya cukup sat set. Hanya saja dia kesulitan membuka akses identitas Rifanza. Makanya dia minta agar kedua omnya saja yang menyelidiki.
Ngga mungkin dia minta tolong dengan kedua teman daddynya.
Shaka melajukan pelan mobilnya memasuki parkiran apartemennya.
Shaka tiba tiba memukul kepalanya setelah mematikan mesin mobilnya. Dia melupakan salah satu orang yang juga bisa dia andalkan dan ngga lemes mulutnya. Beda dengan adiknya Sean.
Shaka segera menelpon orang itu begitu mobilnya sudah terparkir di basemen apartemennya.
"Ada apa, bang?" tanya orang itu ngga acuh saat mengangkat telpon dari dirinya.
"Malik, aku butuh bantuanmu."
Hening sejenak
"Aku akan belikan yatch kalo kamu berhasil melakukannya."
Terdengar suara tawa meremehkan.
"Aku bisa beli sendiri."
"Aku tau. Anggap saja permintaan dari jomblo matang yang menyedihkan," sarkas Shaka kesal.
Malik terkekeh di seberang lautan sana.
"Kamu tau, kan, aku lagi bulan madu, bang."
"Bulan madu terus, mau buat anak lagi," ejek Shaka lagi.
"Kamu masih jomblo, bang. Ngga akan ngerti." Skak Malik telak
Shaka mendengus.
"Ya, ya, terserahmu-lah."
Malik tertawa renyah.
"Jomblo patah hati sekarang sudah bisa ketawa haha hihi, ya."
Malik masih tertawa meresponnya.
Sejak bersama Cassie atau Liliana, sosok dingin Malik mulai meleleh. Dia terus mencair sampai sampai yang mengenalnya ngga akan pernah percaya kalo dia bisa sehangat itu.
"Kamu mau minta aku nyari siapa, bang?"
Shaka spontan tersenyum.
"Perempuan."
"Kamu jangan aneh aneh, bang. Aku dengar kalo tante Edna.udah punya calon buat kamu."
Ternyata dia tau juga. Jangan.jangan semua anggota keluarga besarnya sudah tau, decak Shaka dalam hati.
Maminya benar benar ngga sabar melihat dia menikah, batinnya lagi.
"Masih lama aku akan bertemu calon istrku," kilahnya santai.
"Memangnya dia menghilang kemana?"
"Kalo aku tau ngapain aku minta tolong kamu, dodol."
Malik tergelak lagi.
Tuh, kan. Pengaruh seorang Cassie sangat kuat untuk Malik. Basanya anak teman daddynya itu malas berbasa basi, batin Shaka.
"Ocit ngga bisa melakukannya?"
"Kata Cito, ada akses yang ngga bisa dia tembus."
Hening sesaat.
"Oke, katakan siapa namanya."
"Rifanza Arthalea."
"Hanya itu saja informasinya?"
"Dia kuliah magister di sini. Tapi tiba tiba saja pulang kampung."
Hening lagi sejenak.
"Jangan jangan dia perempuan yamg mau dijodohkan denganmu."
"Ngawur. Kebetulan saja mereka sama sama kuliah di negara ini. Hallooww, banyak juga perempuan indo yang kulah di sini."
"Kamu punya fotonya?'
"Nggak."
"Dia ngga punya akun sosmed?"
Shaka hampir menjatuhkan ponselnya.
Kenapa dia ngga kepikiran.
"Kamu bisa kepoin akunnya. Kirim fotonya, bang. Biar aku ngga salah nyari orang."
"Oke. Nanti aku kirimkan.".Shaka mengakhiri sambungan telponnya.
Dia coba mengetikkan nama gadis itu di kotak pencarian.
Ternyata ada dua akunnya yang sudah.diprivat.
Ya, salam.
Akunnya diprivat.
Shaka mengirimkan pesannya ke Malik
OK.
Nggak lama kemudian Malik mengirimkan sebuah foto
Yang ini?
Shaka tersenyum miring. Ngga nyangka foto itu yang ada di akunnya.
Gercep amat. Iya.
Nggak lama kemudian ada lagi pesan dari Malik.
Hanya itu fotonya. Akunnya sudah lama ngga diupdate.
Kembali Shaka tersenyum miring.
Oke.
Shaka memperhatikan foto berlatar belakang merah.
Ini foto ijazahnya pas kuliah? Shaka tersenyum lagi. Tapi anehnya dia merasa rindunya cukup terobati saat memandang wajah polos ini.
*
*
*
Rifanza tersenyum lega melhat keadaan mamanya sudah mulai segar wajahnya.
Tapi karena masih lemah, mamanya masih duduk di kursi roda.
Rifanza masih berada di rumah sakit. Sudah hampir sebulan dia menemani mamanya di rumah sakit.
Dia pun mendorong pelan kursi roda mamanya. Mereka menyusuri lorong rumah sakit.
"Ada teman mama mau ngenalin anaknya ke kamu. Anaknya tampan, juga sopan banget. Mama pernah ketemu."
Rifanza tertawa lepas.
"Mama mau menjodohkan aku?"
"Kalo kamu mau, " tawa mamanya berderai.
"Papa juga kenal dengan daddynya. Papa dukung juga," lanjut mamanya lagi, masih dengan tawa berderainya.
Iya, papa butuh penerus usahanya, batin Rifanza. Karena itu selama ini dia ngga pernah dekat dengan laki laki, karena standar papa juga kakeknya sangat tinggi untuk calon suaminya.
Bayangan Shaka Argayasa Danendra muncul begitu saja di dalam pikirannya.
Mungkin kalo dia mengenalkan laki laki itu, keluarganya akan langsung menyetujuinya. Sayangnya laki laki itu ngga mungkin bisa serius dengan satu orang perempuan saja.
Oh iya, lukanya pasti sudah sembuh, ya.
"Malah ngelamun," ucap Mamanya mengagetkannya.
Rifanza tertawa menutupi perasaan malunya.
"Kalo kamu udah kenal dia, pasti bakalan suka. Mama aja langsung suka. Mama yakin, pasti banyak perempuan yang suka dengannya," cerita mamanya dengan tatap meyakinkan.
"Player, dong, mam."
Aku udah pernah kena, mam, dengan player, batinnya lagi.
"Beda sayang. Dia ngga pernah terlibat affair, kok, dengan perempuan. Dia bersih dari gosip."
"Iya, mam. Iya..... Mama semangat banget, sih." Walaupun kurang suka dengan topik perjodohan, tapi Rifanza bahagia melihat senyum dan tawa bahagia di wajah mamanya.
Mamanya ngga menjawab, tapi tawanya terus dia perdengarkan, seolah rasa sakit akibat kemoterapi sudah menghilang.
"Sayangnya masih cukup lama kalian bisa bertemu. Atau begini saja, mama minta teman mama bawa anaknya. Alasannya jenguk mama." seolah mendapatkan ide brilian, wajah mamanya tampak penuh binar.
"Jangan aneh aneh, deh, ma," larang Rifanza dalam tawanya. Dia belum siap ketemu orang baru. Bayangan Shaka masih bercokol di hatinya.
"Mama ngga sabar melihat kamu menikah. Kamu anak mama satu satunya. Apalagi kalo kalian berdua saling suka. Mama pasti akan sangat bahagia, sayang."
"Mama mulai lagi, deh."
"Lagian kamu udah dua puluh enam sayang. Udah saatnya tuh nikah sama.kasih mama cucu."
"Dua puluh enam itu masih mudah banget, mam. Wajah aku juga masih kayak anak semester satu," kilahnya menolak halus.
Mungkin dia bisa menerima pilihan mamanya. Tapi laki laki iti bagaimana? Dia pasti sudah punya banyak pilihan perempuan yang akan dia ceklis.
Siapa tau dia ngga masuk kriterianya, padahal mamanya sudah sangat berharap.
"Laki laki itu bakal nurut, kok, sama mamanya. Mamanya bilang dia mau dijodohkan," sambung mamanya meyakinkannya.
"Terserah mama ajalah." Rifanza ngga tega menghampakan keinginan mamanya.
Kalo laki laki itu juga mau degan dia yang apa adanya, ya sudah, batinnya.
fix ya rifa emg gadis yg mau di jodohin sm shaka
Gimana reaksi mereka y'jadi penasaran.
sehat selalu thorrr