NovelToon NovelToon
Seluas Samudera

Seluas Samudera

Status: tamat
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Si Mujur / Tamat
Popularitas:284.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Nonelondo

PERINGATAN!!!

Sebelum membaca, siapkanlah hati kalian seperti judul novel ini 'Seluas Samudera'. Karena kalian akan dibuat jengkel setengah mati. Jika kalian tidak siap, lebih baik mundur!

----------

Novel ini mengangkat kisah tentang seorang
Kapten pasukan khusus Angkatan Laut. Yang jatuh cinta dengan anak Komandan-nya. Mereka bertemu di rumah sakit tanpa tahu satu sama yang lain. Saat sang Kapten tertembak, dan sebagai perawat wanita itu merawatnya. Namun sayang, karena ada sesuatu hal. Sang Kapten secara sepihak memutuskan jalinan asmara diantara mereka.


Memang kalau telah dijelaskan, aku mau lepas darinya? Tentu, tidak! Aku tidak mau Dia sudah buat aku begini, malah meninggalkanku. Itu gak boleh! Oh! Aku tahu caranya biar dia bisa balik lagi bersamaku. Ya! Akan kucoba.

-Dewi Abarwati-

Dia berharap ada kata maaf dulu dari Dewi, sebelum dia merubah status hubungan mereka menjadi sepasang kekasih kembali.

-Krisanto-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13 Gemuk Juga Dijemput

“Dewi kemana ya..." Teguh celingukan.

“Iya, kemana ya dia?” Dokter Ajeng turut mengindai sekeliling.

“Iya, kemana ya." Laras pun ikutan.

“Bukannya tadi sama elo?” tanya Teguh ke Laras.

“Iya, cuman sehabis itu dia bilang mau ke depan.”

“Apa dia makan di depan ya?” tebak Dokter Ajeng.

“Tapi udah lama loh dia nggak makan siang bareng kita,” ujar Rena.

“Iya, ya, baru sadar saya.”

“Sama Dok,” sahut Laras.

“Makan sama siapa ya dia di depan?” gumam Teguh.

“Paling sendirian. Palingan juga dia ngehindarin kita, seperti yang elo bilang waktu itu, Guh." Rena mengingatkan.

Sebenarnya wanita ini lagi melempar umpan. Dia berpikir, mungkin saja karena ini sekarang Kris dan Dewi nggak terlihat lagi bersama. Teringatnya beberapa pekan lalu, Dewi sarapan meminggirkan ayamnya.

“Diet?”

“Ya, apa lagi. Masa tiap siang dia selalu ngilang.”

“Iya, ya. Bisa jadi.”

“Ntar tanya aja. Sehabis kita balik makan,” sela Laras.

Mereka lagi pada makan siang di kantin tanpa ada Dewi lagi bersama mereka.

**********

Dewi menaruh kotak bekal makan siangnya ke dalam locker. Mengambil odol dan sikat gigi, pergi ke toilet. Di depan wastafel, digosoknya gigi-giginya sampai bersih. Selesai itu tidak luput juga dia membersihkan muka. Diguyurnya berkali-kali hingga air tidak hanya mengenai mukanya, namun juga sekitaran wastafel dan kaca. Sesudah itu, dielapnya cipratan air di wastefel memakai tisu gulung yang terpajang di dinding di samping kaca wastafel, begitu pula di lakukannya ke kaca. Kemudian dia memandangi wajahnya di cermin.

Apa yang akan terjadi ke depan antara dia dan Rena merebut hati Kris? Dia tak semenawan Rena. Apakah dia bisa melawan Rena?

Rena bukan hanya cantik, tapi memiliki tubuh proposional bak model. Pekerja di sini suka bilang Rena salah mengambil pekerjaan harusnya jadi model atau artis. Di sini Rena kembangnya. Bukan hanya perawat, banyak dokter-dokter muda suka padanya. Bahkan pasien-pasien kaya tertarik padanya. Tiap Rena selesai merawat pasien, keesokkan harinya pasien kaya itu balik lagi dengan membawa mobil mewah mencarinya.

Apakah Kris akhirnya menyadari betapa menariknya Rena? Mungkin karena itu Kris tidak mau memberi tahunya lagi. Biar ada ruang berduan dengan Rena?

Dewi menengadah kepalanya menahan air matanya. Dia nggak boleh cengeng semua masih belum pasti. Dihembusnya nafasnya berkali-kali untuk mengeluarkan semua kemelut di hatinya.

Ya! Apa yang kita lihat di luar belum tentu sama dengan apa yang kita pikirkan.

**********

“Wi. Elo tadi makan di mana?” tanya Teguh.

“Di luar.”

“Masa tiap siang makan di luar terus?”

“Memang nggak boleh?”

“Palingan juga ngehindarin kita,” celetuk Rena.

“Diet elo, Wi?” langsung Teguh.

Dewi kaget. “Apa?”

“Diet, diet... Diet kan elo Wi?” perjelas Rena.

Dewi melongo. Apa-apaan ini, Rena? Dan kenapa mereka mendadak mengangkat topik ini?

“Nggak ada gue diet," bantah Dewi.

“Terus kenapa elo suka ngilang nggak pernah bareng lagi makan siang sama kita?” tanya Rena.

“Iya, kenapa Wi?” Teguh pun ikutan.

“Iya, Wi?” Nggak luput Laras, yang baru buka suara.

Dewi menggerutu dipikiran. Ini Rena ngapain sih! Oh iya, dia lupa! Selama ini Rena memperhatikannya.

“Emang kenapa kalau gue makan di luar? Gak boleh? Suka-suka gue dong. Duit-duit gue. Kenapa kalian yang sibuk? Gue lagi bosan makan di sini. Puas?”

“Idiih... Kok elo jadi marah. Kita hanya cemas aja kali..." Rena cengengesan.

“Iya, Wi. Gitu aja marah. Itu kan tandanya kita sayang sama elo,” respon juga Teguh.

“Jangan marah dong, Wi,” tambah Laras, mengelus-elus pundak Dewi.

Usai percakapan itu, Dewi dan Rena bersitegang. Karena sebelumnya, Dewi menarik lengan Rena saat melintasi dirinya. Dewi sudah tahu Rena lagi dimana dan nanti bakal melewati jalur mana. Mereka beradu mulut di belakang gedung.

“Apa maksud elo, Ren?” tanya Dewi, to the point.

“Maksud apa?”

“Elo memprovokasi anak-anak, 'kan?”

Cengengesan. "Hehe... Tau aja elo.”

“Oh ya, gue lupa elo sering amati gue. Jadi elo tau, gue makan di mana?”

“Mm... Gak tahu sih. Tapi yang pasti karena ini gue jadi bertanya-tanya lagi. Apa jangan-jangan karena ini ya, Bang Kris nggak terlihat lagi sama elo? Mm... Yah... Mungkin dia baru sadar karena elo gem..."

“Rena!” hardik Dewi, dia tahu arah orang di depannya ini mau bilang apa.

Menutup mulut. “Oops!”

“Elo udah keterlaluan, Ren.”

“Gak apa-apa, 'kan? Toh, dari gue bilang suka sama Bang Kris aja, gue udah keterlaluan. ”

“Jadi elo benar-benar mau merebut Kris dari tangan gue, Ren?”

“Idih... Masih nanya. Emang elo takut perang sama gue?”

“Jadi mau elo apa, Ren?”

“Idih... Kok elo nanya terus sih? Oh! Jangan-jangan elo nanya begini, karena nggak pede ya perang sama gue?”

Dewi mendengus. Ah, dia terlalu naif masih saja berpikir mungkin Rena masih bisa disadarkan. Namun memang selain itu maksudnya begitu. Karena kalau dia disejajarkan dengan Rena bagaikan Rembulan dan ilalang.

“Oh ya, gue berbaik hati kasih tahu elo nih! Nanti sore gue mau jalan lagi sama Bang Kris loh..."

Dewi melotot.

“Tapi Wi, kok gue jadi makin terus penasaran ya. Kapan ya terakhir Bang Kris terlihat sama elo? Oh ya, ya, gue lupa! 3 bulan lalu ya he..."

Rena mengejek, tapi sejatinya ucapannya itu ada maksud tertentu.

“Semua itu bukan urusan elo!”

“Tapi kan Wi, masalahnya orang-orang sini kan belum pada engeh.”

“Maksud elo?”

“Yah... Semua ini demi kebaikan elo sih! Masa 3 bulan lalu dia sering jemput, tapi 3 bulan belakangan ini nggak? Ya, memang karena shift malam. Tapi kan, masa, gara-gara shift malam dia nggak terlihat lagi sama elo. Lagian, harusnya biar shift malam dia ada waktu mengantar elo kan. Oke! Kita lupakan saja shift malam. Nah, sekarang kan sudah shift pagi nih. Mana nih kok dia gak ada jemput elo? Hati-hati loh Wi, nanti orang-orang sini lama-lama sama kayak gue loh, heran!" Rena menyunggingkan bibirnya tipis. Lalu balik badan berkata sambil lalu. "Ah, udah ah! Gue masih banyak kerjaan nih. Takutnya nanti kecapean lagi, muka gue jadi kusut deh ketemu sama Bang Kris."

Dewi mengepal kedua tangannya geram. Rena mengeluarkan nada provokasi lagi. Memang saat dia pacaran dengan Kris, setiap hari Kris menjemputnya. Memang kalau dipikir secara logika, harusnya biar shift malam Kris ada waktu mengantarnya.

Tapi apa urusan, Rena? Mau Kris jemput kek, ngantar kek, bukan urusannya! Anak itu benar-benar kurang ajar! Dan bisa-bisanya juga punya pikiran, gara-gara lihat sikap Kris yang berbeda akhir-akhir ini. Pasti dia dan Kris benar-benar lagi ada masalah. Menebak, mungkin saja masalahnya dengan Kris. Karena kini Kris sadar dia gemuk.

Rena telah kembali lantang menabuh genderang perang bukan hanya sadis mengejeknya, tapi juga menantangnya. Dia nggak akan bersikap toleran lagi. Baiklah, semua sudah jelas! Eh, tunggu, tunggu... Baiklah? Baiklah apa?

Jam pulang kerja, di ruang ganti. Mata Dewi melirik tipis melihat Rena menukar baju. Tinggi badan Rena yang langsing, pinggangnya pas, payudara dan pantatnya yang berisi, rambutnya yang hitam mengkilau, kulitnya yang putih, halus, dan mulus. Rena tetap terlihat cantik meski baju dan celana yang dipakainya itu berwarna merah menyala. Pasti Rena tampak serasi jalan berdua dengan Kris. Ya, Tuhan... Mampukah dia melawan Rena?

Usai absen, empat orang itu berjalan bersama menuju gerbang.

“Cakep banget elo Ren, mau kemana?” tanya Teguh.

“Mau tauuu... aja.”

“Awas elo naksir lagi!” kelakar Laras

memperingati. Dulu Teguh sempat naksir.

“Untung, udah jadi teman. Kalau nggak sih, masih! Wkwk... Eh, tapi boleh juga nih bikin iri mata orang-orang dijalan. Mau gak elo, Ren? Gue antar?”

“Duh... Kusut dong rambut gue naik motor elo. Bisa-bisa kecewa nanti yang mau ketemu gue." Rena bicara sambil melirik tipis ke Dewi.

“Wkwkw...,” tawa yang lain.

Dewi kenapa tertawa? Biar bagaimana pun dia harus menjaga permainan Rena kalau nggak mau kena imbasnya hubungannya dengan Kris nanti dicurigain. Lalu Teguh pamit jalan ke parkiran motor. Mereka bertiga lanjut ke trotoar jalan. Kemudian Laras pamit karena mobil umum yang membawanya pulang nongol duluan. Tinggallah Dewi dan Rena.

“Duhh... Kayaknya gue naik taxi aja deh biar nggak keringatan. Masa ketemu si anu di restoran Up Down gue nggak segar.”

Secara langsung Rena beri tahu Dewi. Dewi gak terprovokasi. Sehabis Rena pergi, dia masih diam ditempat.

Diakuinya, omongan Rena benar. Memang mengantar atau menjemput jadi tolak ukur kedekatan Kris dengannya. Karena Kris dulu rajin sekali menjemputnya. Dan kini dia harus memikirkan cara membuat Kris datang ke sini. Karena ini sudah shift pagi. Masa, Kris tetap gak datang-datang.

**********

“Apa kamu sibuk? Boleh aku bicara?”

“Jadi begini, orang-orang sini pada nanyain kamu. Katanya, mereka sudah lama gak lihat kamu.”

“Aku bilang kamu lagi sibuk, tapi aku nggak yakin takutnya nanti mereka nanya-nanya lagi. Masa, kamu sibuk selama itu?"

“Lagi pula, jika kamu sibuk. Nanti Rena heran lagi. Masa sibuk, tapi kamu bisa jalan sama dia?”

Dewi berbicara sendiri di taman. Dia ingin menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja. Agar Rena tidak terus berpikir ke situ, dan lekas mundur dari niatnya. Selain itu, agar orang-orang sini tidak menaruh curiga seperti sahabatnya yang satu itu.

Kotak makan siangnya ditutupnya, dirogohnya Hp-nya di saku seragamnya, diamatinya. Sudah sukses dia menyusun kata, tapi hatinya belum juga tergerak menghubungi Kris.

Tempo hari mereka habis ribut. Tiba-tiba begini, apa itu nggak menurunkan gengsinya? Terlebih, saat dia menelpon tahu-tahunya nanti malah Kris yang masih marah. Ah, apa dia cukup sms saja?

Diketiknya sms, dihapusnya, diketiknya, dihapusnya, begitu terus berulang-ulang. Menyusun kata panjang lebar, ditambah lagi memikirkan reaksi Kris, belum lagi takutnya dicuekin, atau parahnya lagi ditolak. Cukup membuat otaknya kusut, sekusut-kusutnya...

“Kris! Hari ini kamu harus jemput aku! Pokoknya kamu harus datang. Aku nggak mau tahu, kamu harus ada waktu untukku, titik! Sudah lama kamu gak datang ke sini menemui aku secara pribadi tahuuuu...!!!!!!!!!”

Ya! Lebih baik dimaki saja, Kris pantas kok digituin. Nggak perlu basa-basi dan bicara manis. Lagi pula, masa meski hubungan mereka pura-pura, harusnya Kris ada waktu untuknya. Dia saja ada waktu menemui Kris di sana.

Eh, tunggu dulu. Iya, jika Kris sadar, kalau nggak? Bubar sudah rencananya. Dipukulnya kepalanya berkali-kali. Duh... Gimana ini... Udah ke kirim lagi.

Tiba-tiba...

“Ya. Nanti sore aku jemput.”

Dewi berdiri. Dikerlipkannya matanya berkali-kali untuk memastikan balasan dari orang di seberang sana.

Iya, nggak salah.

**********

Kris menghentikan laju kendaraan tepat di depan pintu managemen. Dewi sengaja menyuruh Kris ke situ. Sesudah absen, dia dan teman-temannya selalu keluar dari situ. Kalau ditempat biasa mana terlihat.

Rena sedikit terpana, namun raut mukanya secepatnya berubah biasa. Dewi sekilas melihat reaksinya. Teguh dan Laras membalas sapaan Kris tidak luput juga Rena. Lalu Dewi pamit ke mereka, masuk ke mobil. Mobil melaju. Dewi mengamati musuhnya dari balik kaca mobil dengan raut muka puas.

Tuh lihat... Kita nggak ada masalah, 'kan? Dan biar gemuk-gemuk gini, dijemput tuh!

1
rajwa ameera
luarrr biasa crtnya,,,
Dila Ayu
susah move on dari novel ini.. apalagi sekarang ada televisi cerita ttg tentara angkatan laut...
ibune Aldo
ya elah Dewi, kalau gini sih namanya kamu menyiksa diri sendiri, mesti berbohong, dan berlanjut dengan kebohongan lain terus
ibune Aldo
kenapa gak jujur aja WI, sama teman ", toh diputuskan pacar bukan akhir dunia.. ya walaupun kamunya masih cinta, tapi setidaknya biar tidak kelihatan begitu nelangsa sih
ibune Aldo
masih o
penasaran alasan kris
🌹bunda kamila🌹
ngga nyesel bacanya....keren thor👍👍
Nonelondo (ig : nonelondo): hai, novelku "My Man" uda terbit dibaca ya...
total 1 replies
dite
heran aku, atas nama teman bkin salah kayak gitu kok dikasih maaf

aslinya laki apa banci sih 😑

seolah dia ga masalah orang yg dia cintai dibikin sakit ama temen2nya
ngapa ga putus hubungan aja ama temennya
temen kayak gt kok dipiara
dite
komunikasi itu penting, ga smua salah di dewi nya. kris haruse jg ngasih tahu dewi dia mau dewi gmna, ga diem aja tapi trus nesu
dite
gilak si kriss, sibuk amat ngurusin ciwi2
si rena lah dianter ksana kmari, parah ini kriss
baik sih baik, tpi ya ga gt jg kalik...

babehku sibuk mo anter2 tmnnya, lgsg aku tikung buat ngantrerin aku
novita setya
mas kris,om ken..11 12 bucin nya
novita setya
naah ini aja seru menarik drpd asmara bikin ngelu ndas saia...action nya tegang seru wow..top
novita setya
ah dewi msh gt2 aja..kuasai emosi dong biar ga kekanak2an lg..ck
novita setya
kak othor jujur deh pas novel kelar pasti baca jg kan..ada rasa pengen nabok 2 cwe nyebelin ga..koq kuaat gt loh bikin tokoh rena dewi sebegitu nyebelin
novita setya
etdah..alih2 ngatasin mslh..mlh nambah mslh nih bocah pke semaput pulak..woooyyy kebnykan mikir lu wii
novita setya
2 cwe yg asliii nyebelin
novita setya
lah np nangis wi..kan lu rela dijadikan keset rena. tanpa membantah & melawan pulak..y sdh trma aja nasibmu.
novita setya
teguh & laras udahlah ga usah ngurus dewi. dy aja rela dicincang rena tanpa perlawanan..
novita setya
2 wanita 1 tujuan. beda cara. yg satu super lemot yg lain ambisius..
novita setya
laras ngapain sih repot2 ngebelain dewi..kl emang dy cerdas udah diatasi mslh ini sejak dl biar ga da celah pelakor dtg. laah si dewi lembek2 aja np km pasang bdn..rugi deh kena sangsi
novita setya
mending pts aja lah..tp jgn sm rena. tasya aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!