Seluas Samudera
Biar ada gambaran jalan ceritanya, yuk kita kenalan dulu sama para tokohnya...
Pemeran Utama Pria : Krisanto alias Kris (Kapten pasukan khusus Angkatan Laut, dan pacar pertama Dewi).
Pemeran Utama Wanita : Dewi Abarwati alias Dewi (Perawat gemuk, dan anak dari Komandan Kris).
Pemeran Kedua Wanita : Rena (Teman dekat Dewi di rumah sakit, dan diam-diam suka dengan Kris).
Pemeran Pendukung :
Laras (Teman dekat Dewi di rumah sakit).
Teguh (Teman dekat Dewi di rumah sakit).
Dokter Ajeng (Teman dekat Dewi di rumah sakit, dan merupakan dokter ortopedi).
Ibu Dewi.
Ayah Dewi (Sekaligus merupakan Komandan Kris yang berpangkat Kolonel).
Mamak Kris.
Bapak Kris.
Dena (Adik Kris yang pertama).
Ria (Adik Kris yang bontot).
Bagas (Asisten Kris yang berpangkat Sersan).
Letda Jono (Seorang anggota dadakan saat perang).
Reza (Si Gembong Penculikan).
Dewo (Sahabat Kris, dan dari kepolisian yang berpangkat AKP).
Gendhis (Istri Dewo).
Tasya (Mantan kekasih Kris).
Rizal (Teman kecil Kris).
Adi (Teman kecil Kris).
Kia (Teman kecil Kris.)
Pemeran Figuran :
Burung Beo (Peliharaan ayah Dewi).
Tetangga Dewi di rumah.
Orang tua Dewo.
Orang tua Gendis.
Keluarga kedua mempelai Dewo dan Gendhis.
Tamu pernikahan Dewo dan Gendhis.
Panitia pernikahan Dewo dan Gendhis.
Tamu pernikahan anak Bu Sulis.
Anak Bu Sulis dan suaminya.
Anak Dokter Ajeng.
Tamu acara wisuda anak Dokter Ajeng.
Ibu Rena.
Adik Rena.
Bu Sulis, kepala rumah sakit.
Kepala ruangan rumah sakit.
Seorang dokter umum rumah sakit.
Kepala HRD rumah sakit.
Satpam rumah sakit.
Pasien Nenek tua.
Pasien pengidap demam berdarah.
Penjaga IGD.
Pasien-Pasien di rumah sakit.
Perawat-perawat di rumah sakit.
Dokter-dokter di rumah sakit.
Penjaga toko baju di mall.
Penjaga toko make up di mall.
Penjaga toko pernak-pernik di mall.
Penjaga bioskop.
SPG perabotan di mall.
Orang-orang usil di mall.
Pria-pria mengamati Dewi di mall.
Tukang gorengan di depan mini market.
Tetangga Kris di Medan.
Para penjual dagangan di Medan.
Dua orang tentara dari markas lain (Yang menjadi panitia untuk acara gabungan di Medan).
Petinggi-petinggi tentara (Di acara latihan gabungan tentara antar bangsa di Medan).
Tentara-tentara asing.
Petugas bandara dan pesawat (Untuk Jakarta-Medan dan Jakarta-Surabaya).
Pelayan resto Jakarta.
Pelayan resto Surabaya.
Pelayan resto Medan.
Petugas hotel Surabaya.
Dokter Sasongko, ketua relawan medis.
Para relawan medis.
Pasukan khusus Angkatan Laut.
Anggota-anggota TNI AL.
Anggota-anggota gembong penjahat.
Awak media.
2 bule asing (Yang menjadi bagian korban penculikan).
Panitia pernikahan Kris dan Dewi
Teman sejawat dan adik letingan Kris (Yang membantu pernikahan Kris dan Dewi).
Penempatan Lokasi :
Jakarta
Medan
Surabaya
Kepulauan Seribu
PERHATIAN !
Novel yang kubuat ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita. Itu hanya kebetulan semata. Tidak ada unsur kesengajaan.
Prakata Dari Penulis :
Novel ini kubuat, karena waktu itu aku berpikir andai film Indonesia ada mengangkat tema seperti ini. Tapi juga berkat novel ini, aku jadi membuat novel-novel lain yang seperti ini. Cerita asmara tentara dibalut peperangan. Habisnya seru, Gengs...
Sesuai dengan deskripsi, sekali lagi kuberi tahu ya. Siapkanlah hati kalian seperti judul novel ini. Karena kalian pertama membaca akan tertawa, tapi selanjutnya mood kalian akan terjun bebas. Intinya, kalian harus memiliki kesabaran ekstra untuk membaca novel ini. Jadi jika kalian tidak siap, sebaiknya mundur.
Ayo, kita mulai........💃
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Namaku Dewi Abarwati seorang perawat di rumah sakit swasta yang memiliki kulit putih, perawakan sedikit gemuk, dengan rambut hitam dan pendek. Tiga bulan lalu aku menjalin hubungan asmara dengan seorang tentara Angkatan Laut bernama Krisanto. Hubungan kami terjalin selama 2 bulan lebih. Terlalu singkat ya? Itulah yang terjadi. Pertama kali aku mengenalnya, ketika dia menjadi pasien di rumah sakit tempat dimana aku bekerja....
Cerita 3 bulan lalu
“Ayo, lekas semua bersiap turunin!” teriak seorang dokter, saat sudah melihat mobil ambulance meluncur ke arah pintu IGD.
Para perawat yang mendapat tugas segera berjalan ke area laju naik-turun penumpang. Langsung mengambil posisi terbagi dua. Di sisi kiri dan kanan, pas di pintu belakang mobil. Biar langsung bertindak ketika mobil tiba.
“Cepat! Bawa ke ruang operasi!”
Mereka segera mendorong ranjang ke sana. Ambulance pun meluncur pergi setelah menunaikan tugasnya. Pasien itu terkapar lemah tak berdaya dengan kondisi sudah diambang antara hidup dan mati. Timah panas menghujam area jantung. Darah berceceran disekitaran dada. Wajahnya benar-benar pucat, sepucat-pucatnya. Tubuhnya pun sudah mulai membiru.
Saat itu kebetulan aku sedang ada keperluan ke ruang IGD. Hingga jadi melihat hal itu.
Dokter langsung melakukan tindakan seusai ranjang masuk ke ruang operasi. Peluru itu harus segera dikeluarkan. Jika nggak, nyawa pasien itu terancam! Untunglah, kesigapan para orang yang berkompeten di dalam membuat nyawa orang itu tertolong. Untungnya juga, timah itu nggak tepat mengenai jantung. Sedikit melebar berapa inci ke samping. Itu selanjutnya berita yang kudengar.
Pasien itu kini berada dalam masa perawatan. Aku bertugas di ruang rawat inap. Setelah di operasi, dia masuk ke dalam daftar pasienku. Secara berkala aku memeriksa kondisinya. Dia masih berbaring lemah. Infus, tabung, regulator oksigen, dan lain sebagainya menemani sekitar ranjangnya.
2 hari lewat, pria itu siuman. Ketika itu aku sedang menyuntikkan obat di selang infus, nggak menyadari dia telah membuka matanya. Ketika pria itu melihatku, pertama kali yang diucapkannya...
“Sus, Apa saya sudah sembuh?”
Aku menoleh, dan terpana. “Oh! Mas sudah sadar. Belum Mas.”
“Ah, tidak, tidak. Saya rasa sudah." Orang itu melepas selang infus, serta masker penutup mulut yang membantunya bernafas.
Aku terbelalak, secara mendadak jadi menghentikan aktivitasku. Lekas kuletakkan suntikanku di atas nakas.
“Hei, apa yang Anda lakukan?”
“Tentu saja pergi dari sini." Lelaki itu bangkit, lekas berjalan.
Gila! Apa-apaan ini! Buru-buru aku menggapai tangannya. Terjadi tarik-menarik antara kami. Biar dia lemah, aku kalah. Padahal aku gemuk, entah dapat tenaga dari mana dia. Aku terpelanting ke lantai, pria itu menoleh.
“Makanya, jangan menahan saya!”
Aku bangun. “Anda itu belum pulih sepenuhnya.”
Akhirnya terjadi adu mulut diantara kami.
“Saya yang punya tubuh. Saya lebih tahu kondisi saya."
“Saya perawat Anda. Justru, saya yang lebih tahu kondisi Anda.”
Pria itu mencibir. “Cih! Lantas kenapa? Bukan berarti Anda perawat saya, bisa seenaknya menguasai tubuh saya, 'kan?”
Pria itu kembali melengos pergi. Aku kembali terbelalak, dan segera kembali menarik tangannya. Kali ini aku mengeluarkan tenaga ekstra besar karena dikit lagi dia akan melangkah keluar. Tetap saja usahaku sia-sia. Biar dia sakit, rupanya tenaga pria tetap saja diatas wanita. Aku pantang menyerah, lekas aku melangkah lebih dulu dari padanya. Mendorong pintu ruangan, menguncinya rapat-rapat.
Orang itu melotot. “Apa-apaan ini?”
“Patuhlah! Kalau Anda ingin keluar dari ruangan ini. Sembuhkanlah dulu tubuh Anda.”
“Hei, jangan macam-macam! Memang Anda siapa melarang saya?”
“Tentu, perawat Anda.”
“Saya harus balik ke markas. Ini penting!”
“Seberapa penting dengan tubuh Anda?”
“Sudah! Jangan banyak bicara! Cepat buka!”
“Memang kenapa Anda harus balik ke markas?”
“Bukan urusan Anda!”
“Apa tentang perang kemarin? Perang itu sudah usai,” tebakku.
Sudah terjadi perang di Samudera Indonesia. Berita itu tersebar luas seantero negeri ini. Baik lewat media cetak maupun elektronik. Dia pasti memikirkan hal itu. Aku tahu, tentu kami memiliki data semua pasien. Pria itu salah satu tentara yang terlibat. Namun sejatinya hal perang, aku tahu dari ayahku.
Orang itu terpana. “Sudah?”
“Iya, sudah diberitakan di semua media.”
“Tidak, tidak. Saya tetap harus balik ke markas!”
Lelaki itu tetap pada pendiriannya. Aku nggak mengerti, setanggung jawab itukah dia dengan pekerjaannya sampai nggak memikirkan kondisi tubuhnya? Lagi pula, perang sudah usai apa lagi yang mau diurusnya? Lagian, posisinya memang begitu penting sampai harus butuh kehadirannya? Dengan kondisinya sekarang, kuyakin, pihaknya pasti mengerti.
“Tidak! Apapun alasan Anda, dan urusan Anda, selama kondisi Anda belum sembuh total, saya tidak mengijinkan Anda!” tegasku.
“Anda ini bukan dokter, hanya perawat! Bukan Anda yang buat keputusan!”
“Keputusan dokter juga sama. Kalau tidak, tidak mungkin saya melarang Anda. Lagi pula, tanpa keputusan dokter, bukankah Anda bilang tidak ada yang bisa menguasai tubuh Anda?”
Lelaki itu menggerutu aku pintar memutar balik kata. Namun dikiranya aku kalah. Rupanya orang itu baru sadar, kalau ucapannya yang kuulang tadi, bakal jadi boomerang untukku. Humph! Dia belum tahu saja aku sudah menyiapkan kata untuk responnya nanti.
“Bagus! Anda cepat paham. Karena itu, lekas, bukakan saya pintu.”
“Maaf, namun perkataan Anda tidak berlaku di sini."
Aku menyunggingkan senyuman tipis, menaruh kunci kamar itu di kantong seragamku. Nggak mungkin kan dia merabaku?
Pria itu mengepal kedua tangannya geram atas ulahku. Kemudian berdecih sambil lalu. Aku puas dia nggak bisa perbuat apa-apa. Aku menang dia kalah.
Selanjutnya, aku meninggalkannya dengan tetap mengunci ruangan itu. Pergi menemui dokter untuk melaporkan kejadian kami. Dokter yang menangani sakitnya, senang dia sudah siuman, menyuruhku jangan menguncinya. Buka saja, Beliau nanti akan minta bantuan security untuk membantuku memantaunya. Meski dokter bilang begitu, aku tak ingin gegabah.
Usai menemui dokter, aku mengembalikan kunci disaat orang itu benar-benar terlelap. Membuka pintu kamarnya secara pelan-pelan jangan sampai terdengarnya. Tapi sebelumnya, kupastikan dulu diam-diam bolak-balik mengintip di luar jendela sebelum kulakukan itu.
Habisnya, siapa yang bisa jamin dia tidak lolos? Dia kan tentara, tentu punya strategi. Bisa saja kan, dia mengelabuiku pura-pura tidur. Lalu keluar tanpa sepengetahuanku dan security dengan segala akalnya. Karena itu, jangan sampai dia tahu kunci itu telah kukembalikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
erna sutiyana
mampir dan nyimak dulu
awal yg menarik..
2021-05-21
0
Nasya Lau
good
2021-05-10
0
Lina Susilo
hadir thor
2021-03-07
0