Airis sangat terkejut saat di utus oleh kakak sepupunya untuk pelatihan software di salah satu perusahan ternama di Jepang bersama sang mantan Kelvin. Ia yang sudah setahun lebih move on tiba - tiba harus di pertemukan kembali dalam posisi yang begitu rumit. Karena ternyata Faris sang asisten kakak sepupunya juga menaruh hati kepadanya.
perusahaan itu bahkan memberikan tempat tinggal satu atap yang membuat Airis maupun Kelvin galau Gegana. Di sisi lain, Kelvin yang jelas masih belum bisa move on mencoba memberi perhatian, tapi setiap hari hanya di ketusi dan di cueki oleh Airis, dan Fakta mengejutkan kalau Faris menyukai Airis akhirnya di ketahui oleh Kelvin saat tak sengaja melihat keduanya jalan begitu mesra layaknya pasangan kekasih saat Faris mengunjungi Airis atas perintah Bos Rangga.
Siapa yang nantinya akan bersatu dengan Airis? Kelvin sang mantan? atau Faris lelaki yang baru ia kenal tapi sangat perhatian?
jangan lupa baca ya, beri like dan komennya juga. terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Maghfiroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Kamu serius Ris, mau kenalan sama papa kandung aku?" Tanya Airis serius.
"Ialah, serius pakai banget tahu! Aku mau serius sama kamu. Tapi kamu malahan yang kelihatan gak serius sama hubungan ini." Balas Faris.
Ucapan Faris tentu saja menyindir Airis. Memang begitulah kenyataannya. Ia belum berniat serius, dan masih ingin memantapkan hatinya yang sama sekali tak kunjung mantap.
"Udah deh, gak usah nyidir aku. Kesal deh aku sama kamu. Nyudutin aku terus. Gitu kog bilangnya sayang? bulsiit banget kamu itu Ris." Cibir Airis seraya menatap intens netra Faris.
Airis cukup sadar diri kalau ia tak pantas mendapatkan cinta yang begitu besar dari Faris. Harusnya Faris tak perlu melakukan semuanya itu dirinya. Itu yang ada di benak Airis.
"Kamu merasa tersindir? berarti benar dong kalau kamu gak serius sama hubungan kita?" tanya Faris menyelidik. Ia tersenyum, sebentar kata - kata itu hanyalah candaan untuk mencairkan suasana.
"Diam Ris, Diam. Atau keluar saja sana jangan disini. Bikin aku tambah kesal aja." usir Airis dengan kasar. Ia benar - benar tak menjaga perasaan Faris yang begitu tulus mencintanya.
"Nah kan, malah jadi salah persepsi." batin Faris mulai tak resah.
"Kamu ngusir aku? Ya udah aku pergi. Jangan lupa hubungi aku kalau butuh sesuatu." balas Faris, Ia memilih pergi. Walaupun ia nanti akan kembali. Mungkin membiarkan Airis sendiri akan membuat dirinya jauh lebih baik. Tapi itu mungkin!
Faris sebenarnya tak tega melihat gadis pujaannya begitu tertekan entahlah apa penyebabnya yang jelas itu adalah hal yang paling menjadi sekat untuk hubungan mereka saat ini.
Airis tak membalas ucapan Faris. Bahkan ia kini memunggungi Faris yang akan beranjak dari Tempat duduknya. Entah mengapa ia sangat kesal melihat Faris yang menurut versinya terlalu perhatian dan over protektif. Membuat dirinya tak leluasa menikmati masa mudanya. Tapi kenapa dadanya sesak, seolah tak rela jika Faris pergi dan meninggalkan dirinya sendiri.
Faris kini benar - benar pergi meninggalkan Airis. Jujur saja ia cukup jengah dengan sikap Airis yang susah di atur dan tak bisa di ajak kerjasama untuk kebaikan hubungan mereka. Bukankah lebih baik menikah dari pada terjerumus dalam perbuatan zina? tapi kenapa Airis seolah enggan melangkah? apa yang membuat ia tahu? apa cinta dan ketulusan Faris kurang untuk dirinya?
"Argh... susah memang kalau urusan sama cewek. Mending ngerjain skripsi yang lebih mudah di taklukan dari pada berurusan dengan wanita yang penuh drama. tapi kenapa harus jatuh cinta secepat ini?" gumam Faris lirih. Perasaanya kacau balau bak bangunan hancur yang di terpa angin ****** beliung.
Faris memilih pergi ke kantin. Makan ia tentu tak selera, karena pujaan hatinya malah kini marah kepadanya. Haruskan ia memberikan Airis bunga atau coklat atau sesuatu yang bisa membuat ia memaafkan dirinya yang memang terkesan sedikit memaksa.
"Aku pesanin dia buket bunga dulu lah. Oh iya kan dia bilang tadi lapar ya. Aku sekalian beliin dia makanan juga kali ya!." Gumam Faris pada dirinya sendiri. Entah hati Faris terbuat dari apa sampai tak pernah merasa sakit padahal Airis kadang kalau bicara pedas seperti cabai rawit.
Faris jujur tak tahu harus pesan apa untuk Airis. Mungkin lebih baik ia pesan masakan Indonesia saja, dari pada nanti yang ia pilih Airis tidak menyukai pilihannya.
Setelah memesan nasi goreng tanpa cabe dan menunggu buket bunga mawar datang. Faris membeli air mineral terlebih dahulu untuk Airis.
Ia menunggu dengan sabar pesanan buket bunga untuk kekasihnya itu. Mungkin merobohkan benteng ego Airis butuh perjuangan, dan Faris memang ingin melakukanya. Pejuang untuk satu namanya yang kini bertahta di hatinya.
Hanya butuh waktu 15 menit buket bunga pesanannya sudah datang. Ia lantas membayar dan kembali ke kamar Airis membawa makanan, minuman dan juga buket bunga mawar untuk Airis tercintanya itu. Ia bahkan sampai senyam - senyum sendiri sebelum sampai kamar Airis. Entah mengapa ia begitu bahagia, walaupun sikap Airis memang lebih sering bikin dia naik darah Sampai ubun - ubun.
"Ris, maaf soal tadi." ucap Faris pada Airis yang nampak tiduran dengan posisi menyamping ke kiri. sementara Faris duduk di samping kanan tubuh Airis
"Gak usah di bahas lagi. aku pusing." jawabnya masih belum menoleh ke arah Faris yang sudah duduk di sampingnya.
"Sayang, makan dulu biar cepat sembuh." ucap Faris perhatian.
"Oh iya, sebelum makan. Kau punya sesuatu loh buat kamu. taaraa.." kata Faris lagi sembari memberikan buket bunga mawar merah untuk Airis.
Di titik ini seharusnya Airis bersyukur memiliki seseorang yang begitu mencintai dirinya dan bahkan sangat romantis seperti Faris.
Airis lantas duduk, kini Airis matanya keluar tanpa permisi dari kelopak matanya. Ia tentu saja terharu. Lagi - lagi ia kalah dengan perasaan yang sudah dia bentengi tinggi g tinggi. Airis kini memandangi pergerakan Faris yang sedang membuka bungkusan makanan untuk dirinya. Airis tentu saja makin merasa bersalah pada Faris yang begitu tulus mencintai dirinya, namun dirinya malah sering menyakiti lelaki itu.
"Ris, kenapa sih kamu baik banget sama aku. padahal aku kan jahat sama kamu. suka bentak - bentak kamu. Suka ngegas kalau ngomong sama kamu. suka...." belum sempat Airis menyelesaikan omongannya Faris menaruh jari telunjuknya di bibir Airis.
"Diam sayang, atau aku cium! secepatnya aku akan lamar kamu. Jangan takut kalau ayah dan Mama kamu ragu dalam masalah finansial aku cukup mampu untuk membiayai kamu dan anak - anak kita kelak." Ungkap Faris serius. lagi - lagi dia membicarakan tentang hubungan mereka.
"Terserah kamu. asal jangan sakiti aku. Dan jangan torehkan luka yang sama seperti mantan ku dulu dan satu lagi, jangan membuat anak ku nanti mengalami nasib yang sama seperti aku." jawab Airis tanpa berpikir.
Ia tak mungkin menyia - nyiakan Faris yang begitu tulus kepada dirinya. Mungkin ia harus belajar melupakan Kelvin dan mencintai Faris sepenuhnya bukan setengah hati seperti sebelumnya.
"Makasih sayang ku." balas Faris nampak sumringah dan langsung berdiri memeluk tubuh Airis.
Di saat itulah Rangga, Kinara dan Kelvin ke kamar Airis. Jangan Tanya Ekspresi Kelvin dia sangat tersayat hatinya dan tambah yakin untuk move on segara. Karena tak enak mencintai sendirian.
"Ehem, gua nikahin ya kalian besok! Berani - beraninya peluk - pelukan di rumah sakit." kata Rangga yang sontak membuat Airis dan Faris terkejut. Meraka lantas melepaskan pelukan mereka dan salah tingkah.
"Kamu sih pakai acara peluk - peluk segala sih." protes Airis pada Faris.
"Maaf, kelepasan." jawabnya sembari menggulung senyum.
lebih gregett