Suamiku Pewaris Tunggal

Hari ini Anto pulang dari luar kota dan aku akan minta pulang cepat karena ingin memasak buatnya. Aku pun ke ruangan mbak Rina untuk meminta izin saat aku istirahat. 

"Tok, tok, tok" Ku ketuk pintu ruangannya. 

"Masuk" Sahutnya dari dalam. 

Aku pun membuka pintunya dan mbak Rina langsung menampilkan senyumannya. 

"Ada apa Za?" Tanyanya saat aku duduk di hadapannya. 

"Aku mau minta izin buat pulang cepat mbak" Ucapku dengan ramah. 

"Kenapa?"

"Anto hari ini pulang dari luar kota jadi aku mau masak di rumah buat dia" Kataku dengan malu. 

Mbak Rina sampai tersenyum "boleh Za"

"Makasih mbak"

Mbak Rina hanya mengangguk dan tersenyum. Kadang aku tak mengerti karena mbak Rina baik banget sama aku bahkan selama setelah menikah aku sering tidak masuk tapi mbak Rina tidak mempermasalahkannya. Aku pun keluar dan langsung ke lantai bawah namun saat di tangga aku bertemu dengan Tika. 

"Teh" Ucapnya sambil ngeos-ngeson. 

"Kenapa sih Ti, kamu kaya di kejar hantu saja" Ujarku. 

"Anu, itu teh" Ucapnya tidak jelas. 

"Apaan sih Tika, tarik napas dulu baru ngomong" Kesalku. 

Tika pun mengikuti arahan dan setelah merasa tenang baru dia berkata lagi "di bawah ada yang nyari teteh, dia model terkenal dan dia sepertinya sedikit marah" Beritahu nya. 

"Siapa?" Karena aku tidak tahu model yang Tika bilang tadi. 

"Sudah ayo teteh turun ikut aku" Sambil menarik tanganku. 

Sampai bawah aku melihat seorang perempuan cantik dengan rambut digerai memakai kacamata dan memakai dres bagus banget. 

"Maaf mbak, mbak cari saya?" Panggil ku dia pun berbalik lalu menatapku dari atas sampai bawah. 

"Jadi kamu yang namanya Azizah, istrinya Davin" Ucapnya dengan sombong. 

"Maaf mbak, nama suami saya Anto bukan Davin" Ucapku dengan Ramah. 

"Sama saja, gue heran saja kenapa dia sampai tergila-gila sama cewek kaya lo, padahal gue lebih cantik dari lo, asal lo tahu saja suami lo itu seorang CEO di perusahaan terkenal di negara ini"

Aku hanya diam saja karena aku sedikit tidak mengerti siapa yang dia bicarakan. 

"Apa jangan-jangan lo sengaja pura-pura tidak tahu agar lo bisa hidup senang" Lanjutnya. 

Aku malu karena butik sedang ada pelanggan. Semua orang melihat ke arahku dan Tika mencoba menenangkan aku. Bahkan dia membantuku melawannya. 

"Eh mbak maksud mbak apa menghina Teh Zizah, dia itu tidak pernah berpikiran untuk hidup senang dengan mendekati orang kaya seperti kalian" Kesalnya. 

Aku hanya bisa menunduk karena aku malu. Namun tiba-tiba seseorang masuk dengan buru-buru. 

"Za" Panggilnya. 

Aku langsung mengangkat kepalaku dan saat lihat ternyata itu Anto tapi dia berbeda. Dia memakai pakaian orang kantoran dan memakai kacamata. 

"Tuh orang nya datang" Ucap perempuan itu. 

Anto langsung menghampiriku dan dia memegang tanganku. 

"Za, aku akan jelaskan semuanya" Ucapnya. 

Namun salah satu pengunjung berkata "dia kan pewaris grup parayoga"

Aku langsung melepaskan tanganku dari genggamanmu. 

"Za" Lirihnya. 

"Aku mau pulang" Ucapku. 

"Oke kita pulang, aku antar kamu ya?"

"Aku bisa pulang sendiri" Ucapku sambil menghampiri mbak Rina. 

"Mbak aku pulang dulu" Pamitku. 

"Iya Za, kamu di antar Anto ya?" Ucapnya. 

"Nggak mbak aku bisa sendiri" Tolak ku dan aku langsung keluar dari butik dan aku sempat mendengar Anto memanggilku namun aku biarkan saja. 

Selama di perjalanan aku hanya bisa menangis karena aku kecewa sama Anto dia sudah membohongiku tentang statusnya dan keluarganya. Aku bahkan menyesali karena telah jatuh cinta sama dia. Setelah sampai aku masuk rumah dan di sana ada ibu, ibu langsung menghampiriku "Za, kamu kenapa kok nangis?" Tanya ibu. 

"Nanti saja ya bu, Za ceritanya, Za pengen sendiri dulu"

"Ya sudah kalau begitu, kamu istirahat saja" Titah ibu. 

Aku pun masuk kamar dan langsung duduk dan bersandar di belakang pintu dengan kaki ditekuk. Aku Menangis dengan puas disini aku meluapkan kemarahan, kekecewaan dan kesedihan ku di kamar. 

"Kenapa kamu bohongi aku bang, kenapa kamu nggak jujur sama aku" 

"Aku sayang kamu aku cinta kamu"

Semuanya hanya bisa aku katakan dalam hatiku karena aku tak sanggup kalau harus langsung berbicara di hadapannya. Aku tidak mau terlihat lemah di hadapannya. Aku tidak tahu berapa lama aku menangis karena aku ketiduran dan saat aku bangun sudah sore. Aku bangun dan langsung mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat dan aku meminta petunjuknya. Setelah shalat magrib aku mendengar di luar sepertinya bapak marah. Aku keluar melihatnya dan ternyata bapak terhadap Anto. 

"Jadi selama ini kamu telah menipu kami semua dengan menyamar jadi anak berandalan?"

"Kamu mau menyakiti hati anak saya Azizah dengan bilang kamu cinta sama dia tapi kamu menipunya"dengan marah. 

"Aku tidak bermaksud menipu kalian semua dan aku tulus cinta sama Azizah" Ucap Anto. 

"Aku pernah deketin Zizah dengan status asliku tapi dia tidak menanggapinya sama sekali. " Lanjutnya. 

Namun tiba-tiba Irfan berkata "ibu, bapak, teh Zizah dan teh Ratih mungkin merasa ditipu tapi aku nggak pak, karena aku sudah tahu dari awal"

"Kamu tahu dari mana?" Tanya ibu. 

"Karena aku suka ikut nongkrong dengan temanku yang kenal dengan bang Anto" Jawabnya. 

"Jadi kamu? " Tanya Anto. 

"Iya makanya dulu aku pernah tanya sama teh Za, apa dia yakin akan menikah dengan bang Anto, dan dia mau Terima konsekuensinya nanti dan teh Za jawab dia yakin karena dia sudah meminta petunjuk Allah" Ujarnya. 

Aku langsung ingat dengan kejadian itu dimana Irfan sengaja menanyakan hak itu apa ini yang dia bilang. 

"Kalian semua tenang saja keluargaku sudah menerima Za sebagai menantu di rumah kami" Ucap Anto. 

"Ya sudah bapak tidak akan ikut campur lagi, sekarang selesaikan masalah kalian berdua, temuan Za di kamarnya" Kata bapak kepada Anto. 

"Iya Pak aku terimakasih banget kalau bapak sudah memaafkan aku" Ucapnya lalu dia berjalan ke kamarku dan dia langsung kaget saat melihat aku ada di depan kamar. 

"Za" Panggilnya. 

Aku hanya masuk dan Anto mengikutiku. Saat di dalam Anto langsung memelukku dari belakang dan berkata "maafin aku Za"

Aku hanya diam dan membiarkan dia memelukku. 

"Za, tolong kamu bicara" Mohonnya. 

"Aku cuman butuh waktu bang, untuk menerima ini semua karena ini terlalu cepat" Ujarku dengan air mata sudah keluar. 

"Sampai kapan Za?" Tanya nya dan langsung membalikan badanku. 

"Aku tidak tahu bang"

Anto langsung melepaskan tangannya dari pundakku lalu menatapku. 

"Oke kalau itu mau kamu, aku akan menunggu kamu sampai kamu bisa Terima aku yang sekarang bukan Anto yang dulu" Ucapnya dengan suara parau. 

Aku langsung menatapnya dan berkata lagi "aku ingin peluk kamu dulu sebelum aku pergi Za" Dan langsung memelukku dan menciumi kepalaku. 

Anto pun pergi dan dia pamit kepada semua orang di rumah dan memberi tahu mereka keputusan aku. Setelah Anto pergi ibu masuk kamar dan langsung memelukku dan berkata "kamu yang sabar sayang" Ucapnya menangkan aku. 

"Bu, aku sayang dia tapi aku kecewa sama dia, apa yang harus aku lakukan?" Kataku sambil memeluknya. 

"Kamu minta petunjuknya baru kamu ambil keputusan sayang" Nasihat ibu. 

Aku pun mengangguk.