Suamiku Pewaris Tunggal

Suamiku Pewaris Tunggal

Masalah Jodoh.

POV Azizah. 

Malam ini aku baru saja pulang kerja di sebuah butik di kotaku. Aku pulang sampai rumah jam sembilan malam biasa bapak sudah tidur tapi malam ini saat aku buka pintu aku melihat bapa sedang duduk di ruang tamu. 

"Assalamualaikum pak" Ucapku. 

"Waalaikumsalam" Jawab bapak. 

"Bapak kok tumben belum tidur?" tanyaku. 

"Sini duduk, ada yang mau bapak bicarakan" Titahnya padaku. Aku pun menuruti perintah bapak duduk di hadapannya. 

"Za, apa kamu sedang dekat dengan laki-laki?"

Tanya bapak. 

"Maksud bapak?" Tanyaku balik karena bingung. 

"Ratih, tadi pacarnya kesini dan bilang kalau dia ingin melamar Ratih, tapi bapak belum jawab" Ucapannya terhenti. 

"Kenapa pak?" Tanyaku. 

"Karena bapak ingin kamu nikah dulu jangan sampai kamu didahului Ratih" Ujar bapak. 

"Zizah ikhlas pak kalau harus didahului"

"Tapi bapak yang tidak mau, sekarang saja kamu susah dapat jodoh apalagi kalau didahului"ujar bapak dengan nada sedikit tinggi. 

" Tapi pak, Zizah belum ada calonnya"

"Kalau kamu tidak ada bapak terpaksa jodohin kamu sama Rahman"

"Zizah tidak mau pak" Selalu cepat karena laki-laki yang bapak bilang itu suka mabuk dan main perempuan. 

"Ya sudah bapak harap dalam waktu dekat ini kamu dapat laki-laki yang mau nikahin kamu dengan cepat"ucap bapak lalu berdiri dan meninggalkan aku sendiri. 

Aku pun masuk kamar dan membersihkan badan lalu rebahan. Aku memikirkan ucapan bapak sampai aku tak bisa tidur karena aku bingung harus gimana. Aku bisa tidur saat menjelang subuh jadi saat pagi bangun kepalaku agak pusing. Aku keluar kamar setelah melakukan shalat subuh dan tujuanku adalah dapur. 

"Sudah bangun kamu Za?" Tanya ibu. 

"Iya bu," Jawabku sambil berjalan menuju cucian piring karena setiap pagi aku selalu membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Aku kerja berangkat jam sembilan karena  butik bukanya jam sepuluh. 

"Za, tadi malam kamu bicara sama bapak?" Tanya ibu. 

"Iya bu" Jawabku tanpa melihat ke arah ibu. 

"Terus gimana?"

"Za bingung bu, karena Za belum punya pilihan" Jawabku. 

"Kamu sabar ya sayang, ibu yakin Allah sedang menyiapkan laki-laki yang tepat buat jadi pendamping mu" Ujar ibu. 

Aku hanya mengangguk. 

Tak lama semua orang sudah bangun dan sudah bersiap akan berangkat sesuai aktivitas mereka. Sarapan pun sudah siap dan kami semua sarapan namun saat aku duduk tiba-tiba Ratih berkata "aku tidak mau ya teh kalau sampai Bagas putusin aku gara-gara bapak lama ngasih keputusan"

Aku langsung menatapnya karena kaget tiba-tiba Ratih berkata seperti itu. 

"Ra, ini lagi makan lo, kamu jangan bahas seperti itu" Tegur ibu. 

Aku hanya diam dan selera makan aku pun hilang. Tapi karena aku menghargai ibu yang capek sudah menyiapkan ini semua jadi aku makan sedikit. Setelah di rasa habis aku langsung beranjak namun tiba-tiba aku mendengar Ratih berbicara "Nah gitu kalau tidak bisa dandan jadi nggak laku kan" Sindirnya. 

Hatiku sakit saat mendengar itu semua tapi aku bisa apa karena kalau aku ladeni yang ada akan tambah panjang. Ku biarkan dia ku lanjutkan jalanku menuju kamar. Sesampainya di kamar aku langsung duduk di sebelah tempat tidurku dan menangis. Setelah puas aku pun bersiap untuk berangkat kerja. 

Sesampainya di butik aku langsung bekerja tanpa bicara apa-apa dan saat rekan kerjaku bertanya aku hanya menjawab seperlunya saja karena pikiranku masih sama. Namun saat makan siang aku di kagetkan dengan kedatangan Anto laki-laki yang hampir sebulan ini gangguin aku terus. 

"Hai cantik, sudah makan belum? Ni abang bawakan baso di makan ya! " Ucapnya. 

Aku hanya menatapnya bahkan aku sempat berpikiran "apa aku ajak dia saja" Namun langsung aku hapus karena dia bukan laki-laki yang aku mau. 

"Kenapa kok melamun sayang?" Tanya nya. 

"Nggak apa-apa, makasih baso nya" Ucapku. 

"Oke, kalau gitu abang kerja lagi ya" Pamitnya. 

Dia bekerja di salah satu bengkel di dekat sini. 

"Ti,kamu mau nggak basi nya?" Tanyaku pada salah satu rekan kerjaku. 

"Memang teteh tidak mau?" Tanya nya saat menghampiriku. 

"Aku lagi malas makan Ti, jadi kamu makan saja ya" Ujarku. 

"Ya sudah teh makasih ya?" Ucapnya. 

Aku hanya tersenyum. 

Saat jam pulang aku melihat Anto diam di depan butik ketika melihat aku keluar dia langsung menghampiriku 

"Mau pulang aku anterin ya?" Ucapnya 

Aku hanya diam karena bingung juga saat ini hujan dan pasti angkutan umum sudah jarang. 

"Za, kok diam?" Tanya nya.

"Memang kamu siap dengan konsekuensinya kalau nganterin aku pulang?"

"Memang apa?" Tanya nya. 

"Tidak ko aku hanya bercanda"

"Ya udah ayo aku antar saja hujan juga." Ucapnya. 

Akhirnya aku pun mau di antar nya kalau masalah nanti di tanya orang rumah tinggal bilang ojeg aja. 

Sesampainya di rumah aku langsung turun dan langsung menyuruhnya pulang karena takut bapak keluar. 

"Makasih ya" Ucapku. 

"Nggak di suruh masuk dulu ni?" Tanya nya. 

"Udah malam To, mending pulang aja deh" Titahku. 

"Kamu ngusir aku?" Ujarnya. 

"Bukan gitu" Jawabku. 

"Ya sudah aku pulang" Ucapnya lalu menyalakan motornya dan pergi. 

Aku masuk dan syukurnya semua orang rumah sudah pulang. Aku langsung masuk kamar dan membersihkan badan lalu tidur. 

Paginya aku seperti biasa namun setelah semuanya beres aku tidak ikut sarapan tapi langsung balik ke kamar karena tidak mau bertemu dengan Ratih. Setelah semua orang pergi baru aku keluar untuk sarapan. 

"Kamu sengaja ya menghindar Ratih" Tanya ibu. 

"Aku tidak mau ribut sama dia bu"

"Kamu harus ngertiin perasaan Ratih" Ucap Ibu. 

Namun belum sempat aku berucap tiba-tiba teh Melda datang dan langsung menyambar ucapan ibu. 

"Kamu sih Za terlalu pilih-pilih jadi susah kan dapet jodohnya" Ucap teh Melda. 

"Maksud teteh apa? Perasaan aku tidak pernah pilih-pilih laki-laki kok, aku cuman tidak mau gegabah aja takut kejadian dulu terulang" Ucapku dengan sedikit tinggi. 

"Terserah kamu, kamu mau jadi perawan tua kali ya"

Sakit hati aku di katain seperti itu oleh teh Melda. Aku merasa meraka menyalahkan aku padahal dari awal aku sudah ikhlas kalau harus di langkahi. Aku pun beranjak meninggalkan teh Melda dengan ibu karena tidak mau mendengar kata-katanya lagi yang hanya membuat aku sakit hati. Aku pun bersiap untuk berangkat kerja karena diam di rumah juga hanya membuat kepalaku panas saja.

Setelah siap aku pamit sama ibu dan ternyata teh Melda sudah pulang jadi aku tidak harus bertemu dengannya lagi.

Terpopuler

Comments

ayuhay

ayuhay

👍🏻👍🏻👍🏻

2024-11-11

0

Dewi Kijang

Dewi Kijang

thoor saya hadir ni lanjut terus thoor tetap semangat ya👍👍👍

2022-12-25

0

Reisya

Reisya

semangat

2022-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!