Azalea Nazira Al-Basyir, wanita yang berjiwa bebas dan tak kenal basa-basi, sering kali membuat orang-orang di sekitarnya kewalahan menghadapi kelakuannya.
Berbeda jauh dengan Zehaan Akbar Al-Asshofi, pemuda 25 tahun yang berasal dari keluarga terpandang dan merupakan pewaris pondok pesantren Darunnajah.
Suatu malam tahun baru di Bandung, Zehaan mengalami kejadian yang di luar dugaannya. Ia dijebak oleh teman sendiri dan tanpa sadar terlibat dalam sebuah insiden yang mengubah hidupnya dan hidup Azalea. Peristiwa itu membawa aib besar bagi keluarga Zehaan.
Zehaan tak sengaja melecehkan seorang wanita yang tak lain adalah Azalea. Akibat kejadian itu Azalea harus menerima perawatan pisikologi dan Zehaan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan dihukum cambuk dan dinikahkan dengan Azalea untuk menghilangkan aib keluarga tanpa sepengetahuan Azalea.
Apa reaksi Azalea saat mengetahui jika dirinya sudah 1 tahun menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
Zheaan menahan air matanya sepanjang jalan agar tidak jatuh. Pemandangan yang baru saja dilihatnya sungguh menyakitkan.
Zheaan harus terima bagaimanapun istrinya ini memang berbeda dengan wanita di pesantren.
Ia tahu betul sifat Lea dan Zheaan harus siap dengan status mereka yang disembunyikan demi kebaikan Lea.
Mengapa ia harus bertemu dengan Lea dalam keadaan hina hingga buntutnya ia pun tak bisa merasakan kasih sayang seorang istri sebenarnya dan dia tidak bisa memberikan kasih sayang seutuhnya pada sang istri.
Zheaan menghela napas dan beberapakali mengucap istighfar di dalam hati. Karena dalam keadaan bersedih tanpa mengingat Allah adalah kesempatan untuk setan bereaksi.
Matanya melirik sofa kosong di depan. Zheaan duduk di sofa itu dan menyandarkan bahunya.
Zheaan memejamkan mata dan membuka peci di kepalanya dan meletakkan di atas meja.
"Astaghfirullah," ucap Zheaan tatkala amarah hendak menguasainya.
Ning Kansa yang kebetulan lewat heran menatap adiknya sedang murung. Lantas Kansa berniat mendekati adik paling tampan dimilikinya itu.
"Assalamualaikum Gus."
Zheaan menatap ning Kansa yang datang, "Wa'alaikumussalam."
"Gus ada apa? Kenapa wajah kamu sedih gitu. Ayo cerita sama teteh."
"Teteh, Zheaan cinta banget sama istri Zheaan. Banget, bahkan Zheaan gak bisa berkata-kata saking cintanya. Setiap hari Zheaan selalu mikirin Lea bahkan setiap sujud Zheaan selalu menyebut nama Lea."
Ning Kansa tersenyum malu-malu karena melihat adik laki-laki semata wayangnya ini sedang jatuh cinta.
"Falling in love, ceritanya?" jahil Kansa sambil menggoda Zheaan.
Zheaan pun tersipu dan menghapus air matanya yang sempat keluar. Ning Kansa sangat terharu dengan kesetiaan cinta Zheaan.
"Tapi, Zheaan tidak bisa memberikan kasih sayang Zheaan kepada istri Zheaan."
Kansa terdiam karena tahu problem yang dihadapi Zheaan.
"Ini demi kebaikan Lea Zheaan. Lea belum sepenuhnya pulih, dia masih trauma dengan masa lalunya. Bagaimana perasaan Lea saat tahu kau orangnya Zheaan? Berpikirlah Gus, dan beritahu secara perlahan."
"Zheaan cakep Ning."
"Sabar aja atuh Gus. Gus masih ingat hadits yang sering Abi katakan pada kita? Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran. Nah jadi Gus harus sabar biar bisa mendapatkan sesuatu yang Gus inginkan lebih dari yang sekarang. Ingat yang sedang Gus hadapi adalah ujian. Setiap makhluk yang bernyawa sudah diberikan ujian sesuai porsi masing-masing. Allah tahu kalau Gus bisa melewatinya, makanya Gus diberikan Allah cobaan seperti ini."
Gus Zheaan menatap kakaknya tersebut. Ia beruntung dilahirkan di tengah-tengah orang yang paham agama.
"Makasih Ning sudah mengingatkan Gus."
"Sama-sama atuh Gus. Gus mending masuk ke kamar dulu, hapus air matanya dulu, dan jangan lupa sholat dan ngaji. Dekatkan diri Gus ke yang maha kuasa supaya setan gak bisa ngendaliin Gus.
"Iya Ning."
Ning Kansa tersenyum lebar dan menatap jam di pergelangan tangannya.
"Gus, teteh duluan ya. Bentar lagi ada jam teteh ngajar. Assalamualaikum.
"Wa'alaikumussalam."
Zheaan menarik napas panjang dan beranjak dari sopa. Saat berbalik ia melihat uminya sedang berdiri.
"Assalamualaikum Umi."
"Wa'alaikumussalam Gus," jawab Umi Sarni. "Dengerin kata-kata Ning Kansa. Umi tau hati kamu sakit ngeliatnya, tapi Umi yakin Lea pasti bakal mengerti perasaan Gus suatu hari nanti. Semoga dengan hukuman ini Lea tidak mengulangi perbuatannya."
"Aamiin Umi. Umi, Gus pergi ke kamar dulu," ucap Zheaan dan disetujui umi Sarni.
Zheaan menyalami tangan umi Sarni lalu pergi ke kamarnya. Ia ingin menenangkan diri.
Zheaan menarik napas menatap kamarnya. Ia mengambil wudhu dan menunaikan sholat Dzuhur. Ia belum sempat menghadap Allah saking banyaknya yang harus diurus Zheaan.
____________
Lea berbinar menatap para santri yang keluar dari kelas. Tanpa tahu jera, Lea tetap nekat menyusup ke tempat santri putra.
Parahnya lagi ia berdandan persis seperti seorang pria. Peci dan baju didapatkan Lea dari hasil colongan saat ia mengcosplay babi ngepet tadi malam.
Tanpa rasa bersalah ia pun berkeliaran dan berbaur dengan santri putra tanpa dicurigai. Hal yang pastinya benar-benar parah dari Lea, cewek itu tidak mengenakan hijab.
"Ganteng-ganteng banget dah santri cowok. Rugi besar si Dora kagak mau ikutan gue nyamar jadi santri cowok. CK ck ck keberuntungan gue. Ahh liat cogan begini kan segar mata gue. Bukan kek di tempat santriwati, semuanya apem," keluh Lea dan tersenyum evil.
Ia menatap pohon besar di sampingnya.
"Wah lumayan besar nih pohon. Keknya masih dapat nampung tubuh gue deh. Kali-kali kan liat cogan dari atas." Lea berangan-angan bagaikan bidadari yang sedang melihat para cogan beraktivitas dari atas.
Ia tertawa sendiri membayangkan hal konyol itu. Lea menormalkan ekspresinya dan mulai memanjat pohon tersebut.
Ia tertawa lebar ketika duduk di ranting paling besar sambil bersandar ke batang dan menyaksikan seluruh santri.
Asal kalian tahu, Lea bolos lagi. Di tempat santriwati Lea padahal harus melakukan hukumannya yaitu mencuci wc, tapi bukan Lea jika tidak kabur dari hukuman.
"Ah, dari pada di sana orang-orangnya pada garang. Ngapain tangan mulus gue ngebersihin toilet. Gak tau apa, perawatan kuku gue tuh sampe jutaan, pada kuno sih orang sini."
Lea mengubah ekspresi sumringah tatkala Rafkha hendak melewati pohon besar yang terdapat dirinya.
Lea sudah seperti penghuni pohon tersebut. Ia bersiul dan membuat Rafkha berhenti.
"Siapa?" gumam Rafkha dan berusaha mencari sumber suara.
"Woy!!" teriak Lea pelan dari atas.
Rafkha mengernyitkan keningnya dan menatap ke atas pohon. Senyuman Lea pun membuat Rafkha merinding dan hampir lari.
"Woy cogan!! Hyustt, sini!"
Entah dorongan dari mana Rafkha pun mendekati pohon itu.
"Siapa?"
"Lo gak kenal gue?"
Dari suaranya... Ah suara cewek itu! Rafkha mendongak dan menatap Lea seksama.
"Azalea?"
"Yeahh is that!!" Lea memetik jarinya mengapresiasi kepintaran Rafkha menebak.
"Kenapa kamu di sini! Lea kamu nggak takut dihukum lagi?"
"Ya enggaklah.. malahan gue pengen ngulangin lagi. Seru tau, apalagi dihukum bareng lo!" Lea menaik turunkan alisnya sambil mengedipkan mata menggoda.
Rafkha beristighfar sebanyak-banyaknya. Ia khawatir jika Lea ketahuan di sini. Oleh sebabnya Rafkha tetap di sini meladeni wanita sengklek tersebut.
"Teh Lea buruan pergi teh!"
"Wle gak mau!!"
"Astaghfirullah. Nanti ada yang liat, Teh ayo turun, gimana kalau teteh jatuh nanti."
"Jatuh ke pelukan Rafkha ganteng mah gak papa."
Rafkha menepuk kepalnya. "Teh gak usah keras kepala."
"Kalau gitu lembutin pake gombalannya si ganteng dong."
"Astaghfirullah Teh saya nyerah."
"Semangat dong."
"Ada apa?" tanya Zheaan menghampiri Rafkha. Dia melirik ke atas pohon. Sebentar, kenapa wajah orang itu tidak asing di mata Zheaan.
Zheaan menajamkan indera penglihatannya tersebut dan ketika orang itu tersenyum langsung Zheaan mengenali.
"GUS ZHEAAN!!"
"ASTAGHFIRULLAH," ucap Zheaan dan tersenyum terpaksa sambil mengusap dadanya. "LEA APA YANG KAMU LAKUKAN DI SANA! CEPAT TURUN!"
"NGELIAT COGAN GUS!! DI SINI BANYAK COGAN, DI SANTRIWATI ISINYA APEM SEMUA, LEA GAK SUKA!!"
"LEA! TUTUP MULUTMU, CEPAT TURUN!" bentak Zheaan yang sudah terkuras kesabarannya.
Ia menarik napas dalam dan memejamkan mata. Zheaan tadi kelepasan hingga membentak istrinya sendiri.
"Maafkan saya," lirih Zheaan. "LEA TURUN, INI BERBAHAYA!"
Lea pun memutar bola matanya karena kesenangannya harus diganggu oleh Zheaan.
"Iya Kakek!"
"Lea!"
"Hah?"
"Buruan turun."
"Sabar!"
Lea pun berusaha turun dari pohon tersebut secara perlahan. Namun ia salah memijak ranting dan malah memijak ranting kering hingga ia pun terpeleset.
"Kyaaa LEA JATUHH HUAAA!!"
Mata Zheaan membulat dan secepat kilat ia menangkap tubuh Lea.
"HUAAAA GUE JATUH!!! Ta-tapi kenapa gak sakit?" Lea membuka sedikit matanya dan terkejut melihat wajah Zheaan yang sangat dekat.
"Gue jatuh di dekapan cogan. OMG mimpi apa gue?" Lea menyentuh wajahnya yang panas.
Peci Lea terjatuh dan rambut panjangnya tergerai. Zheaan cepat membuka baju kokonya dan kebetulan ia memakai kaos di dalam lalu diletakkan di atas kepala Lea.
"SAYA SERING PERINGATKAN KAMU JANGAN LAGI SEPERTI INI DAN TUTUPI AURAT KAMU. HANYA SAYA YANG BOLEH MELIHATNYA, PAHAM KAMU? SAYA TIDAK MENERIMA PENOLAKAN. KAMU HARUS MAU." tekan Zheaan dan memeluk tubuh Lea lalu membawa Lea dari asrama putra secepatnya sebelum ada yang melihat Lea.
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA