NovelToon NovelToon
Dia Suamiku

Dia Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Badboy / Patahhati
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Sejatinya, pernikahan adalah suatu ibadah dan kebahagiaan yang harus dikabarkan. Tapi tidak bagi Mila dan Elgar. Pernikahan siri mereka hanya diketahui oleh mereka berdua dan orang tua Mila dikampung.



"Ingat, pernikahan kita atas dasar saling membutuhkan. Aku membutuhkan kepuasan, dan kamu membutuhkan uang. Jadi jika salah satu diantara kita sudah merasa tidak butuh, kita berakhir." Itulah kata kata yang selalu Elgar ucapkan.

"Lebih dari uang yang aku butuhkan, aku butuh cintamu." Kata kata yang hanya mampu Mila ucapkan dalam hati, tapi tak pernah bisa dia lafalkan.

Saat berdua, mereka adalah suami istri. Tapi saat ada orang lain, mareka adalah dua orang asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TAK PEKA

Mila, wanita cantik yang memiliki tatapan teduh, terutama jika dihadapan Elgar. Wanita yang kuat, tapi mendadak kehilangan kekuatanya jika didepan Elgar.

Selama mereka menikah, belum pernah Elgar ditatap seperti ini oleh Mila. Selama ini, tatapan Mila selalu penuh cinta. Tapi saat ini, detik ini, tatatapan itu mendadak berubah. Tatapannya sangat tajam, hingga mampu menembus hati El yang seperti batu.

"Kenapa lo natap gue seperti itu?" Tanya El dengan dahi mengkerut.

"Hari apa El? Hari pertunangan kamu?"

"Tiga bulan lagi Salsa wisuda. Setelah itu, kami akan menikah." Seketika kaki Mila terasa lemas. Tubuhnya goyah. Dia berpegangan pada almari didepannya. Benda mati yang saat ini dia jadikan ssbagai tumpuan kekuatan. Dadanya terasa sesak, sangat sesak hingga sulit sekali untuk bernafas. Tapi air matanya tak mau meleleh, membuatnya semakin sesak.

"Lalu aku?" Tanya Mila lemah.

"Aku akan menceraikanmu."

Seketika dunia Mila terasa seperti berhenti berputar. Ucapan Elgar bahkan terdengar lebih mengerikan daripada suara petir yang menggelegar. Kalimat aku akan menceraikanmu seolah olah menggema tiada henti ditelinganya.

"Oh...." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Mila. Dia berusaha tegar, meski saat ini, dia seperti berada ditepian jurang. Di tepi sekali hingga tinggal menunggu detik detik untuk terjatuh. Tubuhnya bergetar karena menahan tangis. Tapi dia berusaha terlihat tegar.

Mila terjebak dalam permainannya sendiri. Terjebak dalam perjanjian laknat yang menyakitkan. Mau menyalahkan Elgar, jelas tidak bisa, dia yang membuat perjanjian itu sendiri dengan sadar.

Kalau saja dia dulu tak menawarkan pernikahan pada Elgar, semua tentu tak akan seperti ini. Dulu seharusnya dia mengubur perasaannya, bukan malah menyirami dan menaburinya dengan pupuk.

Menikah dengan Elgar terdengar sangat membahagiakan. Tapi pada kenyataannya, kesabarannya terus terusan diuji. Kebahagian yang dia dapat hanya semu. Karena sesungguhnya, Elgar bukan miliknya, meski bertatus suaminya.

Elgar, pria itu sama sekali tak peka, atau mungkin tak mau peka. Dia sama sekali tak peduli dengan raut wajah Mila yang menunjukkan luka. Dia malah merengkuh tubuh Mila dan mencium bibirnya penuh nafffsu.

Mila yang perasaannya sedang kacau mendorong tubuh El hingga pagutan bibir mereka terlepas.

"Apa apaan sih lo Mil?" Seru Elgar dengan wajah kesal.

Mila merasakn perih di lengannya. Apalagi kalau bukan karena rengkuhan Elgar yang mengenai luka disikunya. Tapi sakit itu tak sebanding dengan sakit dihatinya.

"Aku datang bulan El." Mila pura pura kembali sibuk memilih baju di almari. Tak mau melihat wajah El yang sepertinya sangat kesal itu.

"Damn. Tahu gitu gue gak kesini. Buang buang waktu aja." Mila meremas daster yang baru dia ambil. Segitu teganya El bicara seperti itu. Tak bisakah alasannya datang adalah dirinya, bukan karena se*.

Elgar mengambil jasnya lalu pergi tanpa pamit. Membanting pintu kuat hingga membuat Mila terjingkat karena kaget.

Mila tak bisa lagi pura pura kuat. Tubuhnya seketika luruh kelantai. Tangisnya pecah saat itu juga. Tiga bulan, kenapa sesingkat itu sisa waktunya bersama El. Tak bisakah diperpanjang menjadi 3 tahun, 30 tahun , atau mungkin seumur hidup.

Dalam setiap doanya, Mila selalu memohon agar Elgar menjadi jodohnya hingga janah. Menjadi suami pertama sekaligus terakhirnya. Tapi sepertinya Tuhan belum mau mengabulkan doanya. Mungkin Tuhan punya rencana lain.

Brakk

Mila kaget mendengar suara pintu yang dibanting. Siapakah yang melakukannya, hanya dia dan Elgar yang punya kunci. Elgar baru saja pergi, lalu siapa yang datang.

"El." Gumam Mila saat dia mendongak dan mendapati Elgar berjalan kearahnya. Cepat cepat Mila menghapus air mata dan bangkit.

"Astaga Mila." Seru Elgar sambil geleng geleng. "Gak dingin apa? daritadi belum juga pakai baju."

Mila seketika sadar, jika daster yang baru dia ambil dari almari masih dia pegang, belum dia pakai. Buru buru dia kekamar mandi untuk berganti baju. Kalau ganti baju disini, takutnya Elgar tahu kalau dia tidak sedang datang bulan.

Mila pikir mungkin ada barang El yang ketinggalan makanya dia balik lagi. Tapi sepertinya tak demikian, saat dia keluar dari kamar mandi, Elgar malah terlihat rebahan diatas ranjang.

"Kamu...."

"Gue tidur sini." Potong Elgar cepat. Dia seakan tahu pertanyaan apa yang akan Mila lontarkan. "Gue capek , males balik. Lagian udah malem juga."

Mila seketika melihat kearah jam dinding. Sejak kapan jam 9 menjadi malam bagi El.

"Tapi ma...."

"Kenapa emangnya kalau masih jam 9?" karena Mila melihat jam, Elgar jadi tahu apa yang ingin wanita itu ucapkan.

"Ka..."

"Jangan berpikiran mau ngusir gue. Apartemen ini gue yang sewa. Jadi su....." Elgar tak melanjutkan ucapannya karena Mila tak memperdulikannya. Wanita itu malah pergi ke pantry.

"Ish, sialan. Gue belum selesai ngomong udah nyelonong." Gerutu Elgar yang merasa dicuekin. Dia memperhatikan gerak gerik Mila. Rupanya, wanita itu sedang mengambil makanan.

Setelah mengambil nasi dan lauk, Mila duduk disofa sambil menikmati makanannya. Sama sekali tak mengajak El untuk makan bersama.

Elgar yang juga merasa lapar bangkit dari ranjang lalu menghampiri Mila.

"Gue juga lapar. Buruan ambilin makan." Titah Elgar sambil duduk disebelah Mila..

Mila berdecak lalu meletakkan piringnya. Dengan malas beranjak dari sofa dan mengambilkan makanan untuk Elgar.

Mereka berdua makan sambil diam. Elgar berkali kali menoleh ke arah Mila. Wanita itu biasanya banyak omong, tapi kali ini hanya diam.

"Rendangnya kurang, ambilin lagi." Elgar menyodorkan piringnya kearah Mila.

Lagi lagi Mila menghentikan makannya untuk mengambilkan El rendang.

"Ambilin gue minum." Titahnya lagi saat Mila baru saja duduk dan hendak meraih piringnya yang ada diatas meja.

Mila berdecak kesal lalu menatap Elgar. "Sekali kali, ambil sendiri kenapa." Mila ingin sekali menangis. Tak tahukah Elgar jika sejak tadi dia jalan tertatih tatih karen luka dikakinya? Dasar pria tak peka. Bahkan luka yang tampak jelas saja dia tak tahu. Apalagi luka dihati Mila. Luka tapi tak berdarah.

Elgar mengerutkan kening. Selama menikah, belum pernah Mila menolak perintah ataupun kemauannya. Elgar meletakkan piringnya lalu beranjak menuju kulkas dan mengambil air mineral disana.

"Buat lo." Elgar meletakkan sebotol air meniral didepan Mila. Membuat wanita itu seketika menatap aneh ke arah Elgar. Pasalnya, selama ini, belum pernah Elgar memberikan perhatian walau sekecil ini padanya.

Setelah makanan mereka habis, Mila segera bergegas naik keranjang. Dia tak peduli El masih mau nonton tv atau yang lain. Hati dan raganya sama sama sakit. Setidaknya tidur bisa mengurangi sakitnya.

Tapi baru saja hendak tertidur, sebuah lengan besar memeluknya dari belakang. Rasanya sangat nyaman. Seberapa marahnya pun dia pada El. Diperlakukan seperti ini membuat hatinya berdebar. Setidaknya, El masih mau memeluknya zaat dirinya sedang tak bisa dipakai. Biasanya El tak pernah mau datang saat dirinya datang bulan. Apakah seperti ini rasanya sentuhan penuh kasih sayang, bukan sentuhan penuh naffsu, batin Mila.

Tapi euforia itu tidak lama. Karena tiba tiba telapak tangan kekar itu meremass remass dadanya.

"El, aku sedang datang bulan." Protes Mila sambil memegangi punggung tangan El agar berhenti.

El berhenti meremass dadanya. Tapi berganti menciumi telingan dan lehernya.

"El...." Mila menggeliat geliat untuk menjauhkan lehernya dari serbuan El.

"Gue gak bodoh."

Seketika Mila diam. Apa maksud ucapan El barusan. Jangan jangan....

"Lo gak datang bulankan? Lo period setiap pertengahan bulan. Bukan akhir bulan." Tekan Elgar tepat ditelinganya. Saat hendak pulang tadi, El tak sengaja mendengar obrolan orang tentang gajian. Dia jadi ingat, kalau sekarang akhir bulan. Jadi tak mungkin Mila datang bulan. Kesal karena Mila sudah menipunya, akhirnya dia kembali lagi.

"Masih mau nyangkal? Apa perlu gue periksa sekarang juga?" Ancam Elgar dengan tangan mulai bergerak menyusuri bagian inti Mila. Pria itu menyibakkan daster Mila dan menyusupkan tangannya ke celah cd sang istri.

"Lo udah berani bohongin gue. Sebagai hukumannya, malam ini gue bakal habisin lo sampai besok pagi gak bisa jalan." Tangan Elgar mulai bergerilnya di bagian inti Mila. Bermain main disana sedikit kasar hingga membuat Milla beberapa kali melenguh dan menggelinjang.

"Gue bakal bikin lo menjerit semalaman." Bisik El di telinga Mila hingga membuat wanita itu merinding.

"Uhh....El udah El." Ujar Mila dengan nafas terengah engah. El terus saja mengobrak abrik intinya. Mengeluar masukkan jarinya dengan cepat hingga Mila kelonjottan tak karuan.

Elgar tak mau menghentikan aksinya. Dia terus saja mengerjai milik Mila hingga wanita itu mencapai pelepasan pertamanya.

"Gimana, enakkan?" Tanya El sambil tersenyum penuh kepuasan.

Mila memejamkan menikmati pelepasan pertamanya sambil memgatur nafas.

"Auh...El sakit..." Teriak Mila saat El menindih tubuhnya. Dengan sekuat tenanga dia mendorong tubuh El agar turun dari atasnya. Tapi jelas saja Mila tak sanggup, tenaga El lebih besar.

"Lebay, orang gak gue apa apain." Ujar Elgar sambil melotot.

"Kaki aku sakit El, kamu tekan gini." Teriak Mila yang kesakitan.

Elgar akhirnya beringsut dan melihat kaki Mila.

"Kaki lo kenapa?" Tanyanya saat melihat luka dikaki Mila yang mengeluarkan sedikit darah.

Mila bangun lalu meniup niup luka dilututnya agar perihnya berkurang. "Aku tadi keserempet motor."

"Ck, ceroboh sih lo jadi orang. Palingan nyebrang gak lihat lihat." Bukannya simpati, El malah mengomelinya.

Mila seketika menyangkal. Dia lalu menceritakan kronolongi kejadian tadi pagi.

"Janggal sekali." Gumam Elgar dengan dahi mengkerut. "Lo dapat pesan ancaman atau apa gitu gak?"

Mila menggeleng.

"Jangan jangan kerjaan si tua bangka itu. Gue tahu dia orangnya gimana. Dia pasti dendam sama lo."

Mulut Mila menganga. Benarkah ini ulah Pak Bas?

"Kalau ada yang ngancem lo atau apa apa, ngomong sama gue."

Mila langsung mengangguk. Belum peenah dia punya musuh selama ini. Hatinya tiba tiba diliputi perasaan takut. Takut jika sesuatu yang lebih dari tadi pagi menimpanya.

1
Elina
sedih banget 🤧, cerita yang bagus
L A
Ku menangis 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
L A
Biasa
Nenk Oky
akhir nya gk happy ending, kan kasian aku sampai nangis sendirian
Jennymanullang
/Cry//Cry//Cry/sedih
Venuz Jupiter
nangis Bombay,ikutan potek hati Eike😭😭
Mamiyah
makanya jd orang egois klu begini trus gigit jari dong 🤣🤣🤣🤣🤣
Mamiyah
itu kan setingan othooorrrr🤭🤭🤭🤭
tintrim listiani
otewe
tintrim listiani
karyamu kerenn semua thor...
Ely
Luar biasa. Bagus cerita nya. Ringan, ada sedih, senang. ada.cinta, rindu, tangis tawa
ada.Elgar, Mila
Bzaa
kerennnnnn😘😍💕
Bzaa
segera otewe...
sukses sll ya tor, kopi sudah terkirim 😘
St Olip
Luar biasa
Bzaa
Edgar menolong nya PK pamrih nih
Bzaa
pasti nyai Mila ☺️
Sa Tokkin
Luar biasa
Salsa Sal
secinta itu Mila sama Elgar, sayangnya cinta Mila buat orang yang salah, Elgar gak pernah anggap Mila, duh sakit banget ya jadi Mila...
Salsa Sal
sedih banget jadi Mila, cuma dimanfaatin doang sama Elgar /Cry/
Mimin Switnawati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!