Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.
"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.
"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"
"Apa aja?" tanya Zia.
"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.
Follow IG Author : @smiling_srn27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. BERSIKAP ANEH
"Dari mana aja lo, Heav? Gue pikir lo nggak masuk hari ini?" tanya Agam. Melihat Heaven baru datang dengan raut wajah sedikit cerah, mungkin suasana hatinya sedang sangat baik saat ini.
"Abis dihukum tadi!" Heaven meletakkan tasnya kemudian duduk dengan santai.
"DI HUKUM?"
Sontak semua sahabatnya menatap Heaven dengan raut wajah terkejut, apa mereka tidak salah dengar tadi. Seorang Heaven baru saja mendapat hukuman, apa seseorang yang berani menghukumnya tadi masih hidup sekarang. Berbagai pertanyaan muncul di benak mereka, sedikit tidak percaya dengan apa yang di katakan Heaven barusan.
Heaven menyadari semua orang di dalam kelas kini menatap penasaran sekaligus tidak percaya padanya. "Apa lihat-lihat!" bentak Heaven mendelik tajam, langsung membuat semua mengalihkan pandangannya takut.
"Nggak salah dengar gue, lo kan paling anti sama yang namanya hukuman!" ujar Nanda tidak percaya.
Semua juga tahu kalau Heaven paling anti sama hukuman, bagaimana mau dihukum kalau gurunya saja takut padanya. Cowok itu memang cukup berani menentang guru yang mencoba membuat masalah dengannya. Tapi sangat jarang ada guru yang marah padanya karena dia termasuk murid yang rajin, meski sikapnya pada orang lain sedikit dingin.
"Gue telat, terus gue dihukum. Emang apa salahnya?" cetus Heaven.
"Itu dia masalahnya, nggak biasanya lo mau dihukum karena telat. Biasanya juga lo milih manjat tembok samping," ujar Nanda.
"Terserah gue dong mau lewat mana!" balas Heaven tidak peduli.
Awalnya memang Heaven ingin manjat tembok samping, tapi ia mengurungkan niatnya saat melihat cewek yang sudah berani mengganggu pikirannya entah sejak kapan itu akan mendapat hukuman. Hanya karena cewek itu Heaven memilih ikut dihukum bersama, sudah cukup satu minggu saja ia mencari keberadaan cewek itu di hampir seluruh area sekolah ini.
"Iya deh terserah lo," ucap Nanda. Menelungkupkan wajahnya ke meja dengan tangan terlipat sebagai bantalan, tidak peduli lagi dengan apa yang ingin dilakukan Heaven.
"Molor mulu lo, masih pagi juga." Tangan Agam mulai mengusik ketenangan hidup Nanda, mungkin sebentar lagi akan terjadi peperangan antar keduanya.
"Anjir sakit nyet!" Nah kan, Nanda mulai kesal saat Agam beberapa kali menyentil pelan telinganya. Agam hanya terkekeh namun tetap enggan menyudahi sikap jahilnya.
"Aneh banget sikap lo!" ucap Gala melihat Heaven tersenyum tipis entah memikirkan apa.
"Aneh kenapa?" Heaven menatap cowok datar di sampingnya dengan kening berkerut, menunggu kali ini tebakan apa yang akan dikatakan olehnya.
"Pipi sama telinga lo merah!" Seperti bisa membaca pikiran Heaven, Gala berhasil membuatnya salah tingkah.
Heaven memegang kedua pipinya, matanya mengerjap saat merasa pipinya memang sedikit memanas.
"Tapi gue bohong!" ucap Gala langsung mendapat pelototan dan pukulan maut dari Heaven.
"Sialan lo!" umpatnya.
"Bangun woy, Bu Trisha dateng!" ucap Agam membangun Nanda.
Tentu saja Nanda yang playboy kelewat bodoh langsung mendongak dengan mata terbuka lebar, setelah mendengar nama guru kesayangannya.
"Mana Bu Trisha?" tanya Nanda dengan mata berbinar seterang mentari pagi.
Agam menahan tawa melihat kebodohan sahabatnya, Nanda memang sangat menyukai guru satu itu. Bukan karena cara mengajar atau pelajarannya, melainkan karena kecantikan guru itu. Otak minimnya semakin berkurang kalau sudah menyangkut perempuan cantik, sampai tidak menyadari kalau saat ini bukan jadwal pelajaran Bu Trisha.
Seorang guru masuk ke dalam kelas, bukan Bu Trisha melainkan Pak Kadri. Guru matematika paling membosankan di seluruh jagat raya menurut Nanda dan sebagian murid lainnya. Bukan hanya karena cara mengajarnya saja, orangnya pun juga sangat membosankan. Terlalu kaku dan tidak pandai mencairkan suasana, membuat mereka tidak bisa dengan mudah memahami materi dan rumus-rumus yang diajarkan.
Wajah Nanda cerah mendadak berubah seratus delapan delapan puluh derajat menjadi masam dan tak mengenakan untuk di pandang. Dengan mata setengah menyipit, ia melirik tajam Agam yang sedang menutup mulut menahan tawa. Sahabatnya yang satu ini memang tidak ada manfaatnya sama sekali, kalau bisa tolong tenggelamkan saja dia di palung mariana.
*********
"Handa bangun ih, istirahat!" pekik Icha membangunkan Handa yang tidur sejak pelajaran pertama tadi.
"Apa sih Cha, berisik banget mulut lo." Handa mengerjapkan matanya dengan susah payah, namun sedetik kemudian menutup kembali matanya dengan kepala tergeletak malas di atas meja.
Icha kembali menggoyangkan tangan Handa ke kiri dan ke kanan, agar bisa membuat gadis itu bangun. "Udah istirahat Maemunah, katanya lo laper belom sarapan."
Handa langsung membuka matanya lebar mendengar ucapan sahabatnya, rasa kantuk mendadak hilang dari matanya setelah mendengar kata istirahat. "Hah beneran udah istirahat?" tanya Handa penuh antusias.
Bayangan bakso, seblak, mie ayam ceker, bakso aci, rawon, gorengan, perkedel, risol, rendang dan makanan enak lainnya sedang menari-nari di atas kepala, hingga membuatnya meneguk saliva yang mulai membanjiri rongga mulutnya.
"Iya cepetan katanya laper." Icha menarik tangan Handa dan Zia, untuk segera menuju kantin.
"Eit tunggu dulu!" Handa mengambil foundation di dalam tas, kemudian memoleskan ke berapa titik yang nampak menghitam di area wajahnya akibat kurang tidur.
"Kelamaan banget sih Nda." Kini Zia ikut angkat bicara, karena memang sudah merasa lapar sejak tadi pagi.
"Tunggu bentar gue mau hilangin kantung mata sialan ini dulu," ucap Handa sembari meratakan foundation di bawah matanya.
Malu juga kalau ke kantin dengan kantung mata panda seperti itu, apa lagi di sana pasti ada mantannya. Ah tidak, mau ditaruh di mana wajahnya nanti. Setidaknya itulah yang di pikirkan Handa, meski yang melihatnya tidak pernah menilai gadis itu jelek dari segala sisi.
"Nggak usah dandan juga lo tetep cantik Handa, mantan lo nya aja yang bego!" celetuk Icha. Dia tidak tahu saja, kalau ucapannya tadi malah membuat hati Handa semakin terasa ngilu.
"Tapi buktinya dia jalan sama Kak Dela kemarin huaaa...!" Handa berteriak menangis.
"Udah udah nggak usah nangis lagi, capek Icha dengernya!" Icha memegang kepalanya frustasi jika melihat Handa dalam keadaan seperti sekarang ini. Karena Handa yang biasanya bersikap seperti orang dewasa baginya, bisa berubah menjadi kekanakan dalam waktu sekejap.
"Nggak usah dipikirin lagi Handa, prasangka lo juga belum tentu bener!" Zia mencoba menenangkan gadis itu, tapi yang terjadi malah sebaliknya.
Handa semakin menangis.
"Udah ah capek gue nangis mulu," ucap Handa sambil menghapus air matanya.
"Lah emang siapa yang nyuruh lo nangis markonah?" Icha menggerutu melihat kelakuan absurd sahabatnya.
"Ya udah kita ke kantin!" Seperti tidak terjadi apa-apa, Handa langsung menarik kedua sahabatnya menuju kantin.
Sampai di kantin Handa mengedarkan pandangan mencari sosok yang sangat tidak ingin dilihatnya. Handa menghela nafas lega, saat mengetahui kalau tidak ada sosok Agam maupun para sahabatnya di sana.
"Biar gue aja yang pesen, lo berdua mau pesen apa?" tanya Icha menawarkan diri.
"Hm kayaknya seblak enak, tapi gue pesen bakso aja deh, yang pedes mampus. Minumannya es jeruk!" pesan Handa.
Icha memutar bola matanya malas, mencoba memaklumi Handa yang memang sedang sangat aneh akhir akhir ini.
"Nggak boleh, ntar lo sakit perut!" Sontak Zia melarang, tentu ia tidak ingin sepupunya kenapa kenapa.
"Biarin aja sih, lo nggak kasihan apa sama gue?" Handa menekuk wajahnya, memohon pada Zia agar mau mengizinkan dirinya menyantap bakso super pedas kesukaannya.
"Justru itu gue kasian sama lo, tapi ya udahlah terserah lo aja. Gue samain aja Cha tapi jangan yang pedes ya," pesan Zia.
Icha mengacungkan jempol kemudian pergi menuju tempat penjualan, untuk segera memesankan semua makanan yang diminta sahabatnya.
*********
"Kantin yuk laper gue!" ajak Nanda pada ketiga sahabatnya.
"Emang kapan perut lo pernah kenyang?" celetuk Gala. Bukannya apa, saat masih jam pelajaran tadi Nanda sudah mengemil makanan ringan hingga menghabiskan dua bungkus. Dan sekarang hebatnya cowok itu kembali merasa lapar.
"Ya pernah lah. Perut gue juga punya kapasitas kali!" protes Nanda.
"Gue liat lo nyemil banyak tadi!" ucap Agam yang memang duduk di samping Nanda.
"Itu kan nyemil, bukan makan. Bukan makan namanya kalau belum makan nasi!" ucap Nanda dengan nada sombong.
"Paham gue mah, lo makan mie aja peke nasi!" sahut Heaven terkekeh.
"Kenzo?" pekik Agam heran. Melihat kedatangan sahabatnya yang sudah satu minggu ini di skors.
"Hi, long time no see!" sapa Kenzo. Mendekat lalu bersalaman ala cowok dengan para sahabatnya, wajahnya terlihat lebih cerah dari satu minggu sebelumnya. Mungkin mendapatkan skors dari sekolah bukanlah sesuatu yang menyedihkan bagi seorang Kenzo.
"Berangkat lo ternyata, mana nih oleh olehnya buat gue?" tanya Nanda dengan antusias.
"Oleh-oleh apaan?" Kenzo mengernyit bingung.
"Yakan lo abis jalan jalan kemarin," ujar Nanda menaik turunkan alisnya.
"Gue kerja bantuin Papa, bukan jalan-jalan bego!"
Satu minggu ini Kenzo memang mengikuti Papa nya pergi perjalanan bisnis, karena jika tetap di rumah sudah pasti Mama akan curiga. Dia dan Papa nya memang sepakat merahasiakan skors yang di terima Kenzo, dengan cara mengajak Kenzo pergi ke luar negeri.
"Sama aja, gue 'kan udah pesen kemaren." Nanda memutar bola matanya malas, karena gagal mendapatkan oleh-oleh dari luar negeri. Padahal Nanda sendiri bisa memperoleh dari ayahnya yang juga seorang pengusaha. Tapi tetap saja rasanya akan berbeda jika mendapatkannya secara cuma-cuma, apalagi dari sahabatnya sendiri.
"Udah jam berapa nih, kok lo baru dateng?" tanya Agam heran.
Ajaib memang. Kenzo baru datang setelah jam istirahat tiba, dan hebatnya lagi tidak ada yang menyadarinya. Kelakuan anak Clopster memang beda.
"Gue lupa kalau hari ini udah masuk sekolah, daripada gue dimarahin Nyokap mending gue berangkat." Kenzo menyengir lebar, memperlihatkan sederet giginya yang rapi. Mama nya memang sedikit galak, tapi itu hanya berlaku jika ia sulit diatur.
"Pantes aja Tante Shena galak gitu, orang anaknya aja model beginian. Tapi meskipun galak gitu juga tetep aja cantik sih menurut gue!" Nanda tersenyum jenaka, tentu saja langsung mendapat pelototan maut dari Kenzo.
"Kalian ke kantin aja dulu, ada yang perlu gue bicarakan sama Kenzo!" ucap Heaven menginterupsi semuanya.
Gala, Agam dan Nanda langsung pergi meninggalkan kelas. Mereka tidak menanyakan apa yang ingin dibahas, karena mereka sudah tahu apa yang akan dibicarakan Heaven pada Kenzo. Apa lagi kalau bukan tentang cowok yang membuat Kenzo di skors selama satu minggu itu.
*********
Siapa tahu ada yang nungguin datangnya Kenzo yakan?