Kost Putri menceritakan tentang kehidupan anak-anak perantauan yang menyewa sebuah rumah kost-kost-an milik Nyak Tatik.
Berbagai ragam sifat, sikap, budaya dan bahasa bersatu di rumah Kost Putri. Kisah asmara, lucu, sedih dan bahagia ada di Kost Putri.
Bagaimana ceritanya?
Welcome to Kost Putri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon de'rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12# Di jambret membawa nikmat
Halomoan tertunduk dalam saat berhadapan dengan Nyak Komariah. Nyak Komariah menatap Halomoan yang terlihat sangat malu dihadapan nya.
"Lu ngapain gue tanya Moan. Kok lu kaga pake baju lari-larian begitu?" Tanya Nyak Komariah kepada Halomoan, di ruang tamu nya.
"Halomoan mengangkat wajah nya sesaat. Ia menatap Nyak Komariah, lalu ia menunduk lagi.
"Kalau sempat anak cewek gue ngeliat lu begitu, gimana Moannnn? Untung gue yang liat, gue udeh hapal bentukan nye. Kalo anak gadis gue gimane? apa kaga kepengen cepet kawin ntar?"
Halomoan masih menundukkan wajah nya.
"Jangan lu ulangin lagi ye Moan. Kalau gue yang ngeliat kaga apa-apa dah. Ikhlas bener gue. Apa lagi bentukan nye kek timun Afrika. Demen gue Moan. Tapi, jangan sampe anak-anak gue liat." Ucap Nyak Komariah lagi.
Halomoan mulai menangis tersedu-sedu.
"Lah, lu nape jadi nangis Moan?" Tanya Nyak Komariah.
Tangisan Halomoan pun semakin kencang.
"Moan! nape luuuu..!" Tanya Nyak Komariah lagi.
"Gak papa aku Nyak. Cuma, rugi aja kenapa Enyak yang liat." Ucap Halomoan.
"Et dahhh...! dikit doang Moan!" Ucap Nyak Komariah.
Agus dan Bambang yang mengintip dari luar ruang tamu pun terkekeh sampai perut mereka merasa tegang.
"Gak lagi-lagi aku Nyak. Sumpah aku Nyak. Jera aku Nyak. Apa lagi Enyak yang pertama kali yang nengok Ucok ku. Rugi kali aku Nyak." Ucap Halomoan sambil mengusap air matanya.
"Nape jadi elu yang rugi Moan?" Tanya Nyak Komariah.
"Nyak udah kisut kek gitu, enak kali Nyak nengok batang bringin ku." Ucap Halomoan.
"Bener-bener kurang ajar lu ye Moan!" Bentak Nyak Komariah.
"Bu-bukan kek gitu Nyak." Halomoan mengangkat kedua tangan nya saat melihat Nyak Komariah mengangkat gagang sapu nya.
"Lu bilang gue kisut! kurang ajar bener lu. Gue kaga pake baju juga lu bakal perkosa gue Moan!" Nyak Komariah terlihat murka.
"Ampun Nyak. Aku gak maksud kek gitu loh.." Ucap Halomoan sambil berancang-ancang untuk menghindari gagang sapu Nyak Komariah mendarat di kaki nya.
"Keterlaluan lu!"
Jebrettttttt..!
"Amponnnn Nyakkkkkkkk!" Pekik Halomoan di sela tangisan nya.
..
Butet memandangi Cempaka yang sedang asik dengan tugas kuliah nya di ruang tamu kost-kost-an. Ingin sekali Butet bertanya tentang hubungan Cempaka dengan Rozi. Tetapi, Butet merasa malu. Karena, dia tidak punya hubungan apa pun dengan Rozi.
Tetapi, rasa penasaran Butet pun, tidak bisa di bendung lagi.
"Eh, Cem..!"
Cempaka mendongakkan wajah nya dan menatap Butet.
"Aku mau nanyak dulu sama kau." Ucap Butet lagi.
"Nanya apa Tet?" Tanya Cempaka.
"Kau pacaran ya sama bang Rozi?" Tanya Butet penasaran.
Cempaka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya apa enggak? yang jelas lah jawaban mu." Ucap Butet.
"Enggak Butet, kenapa gitu?" Tanya Cempaka.
"Gadak, aku nanyak aja." Ucap Butet sambil bersungut-sungut.
"Kamu teh naksir sama A' Rozi?" Tanya Cempaka.
Butet terkejut saat cempaka bertanya perasaan nya kepada Rozi.
"Ma-mana ada!" Ucap Butet.
"Saya teh tahu, kamu naksir dengan A' Rozi. Sudah jangan bohong atuh." Ucap Cempaka.
"Eh sebentar ya, aku baru ingat ada tugas ku. Aku selesekan lah di kamar dulu." (Red- Selesekan-selesaikan) Ucap Butet sambil beranjak ke kamar nya.
Cempaka hanya menatap Butet yang pergi menghindari pertanyaan nya. Setelah Butet masuk ke kamar nya, Cempaka pun menghela napas panjang. Memang benar apa yang di bilang Butet. Cempaka menyukai Rozi. Dan sepertinya Rozi pun menyukai dirinya.
Sudah beberapa hari ini Rozi mengajak nya keluar untuk berkencan. Tetapi, Cempaka terus menolak lelaki itu. Cempaka takut, bila kedekatan nya dengan Rozi, akan melukai hati Butet.
Awalnya, Cempaka hanya mengira bila Butet hanya bercanda saja, bila Butet menyukai Rozi. Tetapi, setelah Cempaka mendengarnya sendiri dari apa yang di sampaikan Sri, Cempaka yakin sekali bila Butet benar-benar menyukai Rozi.
Sri sering kali mengingatkan Cempaka akan pentingnya keharmonisan di rumah kost ini. Sri takut bila salah satu bertengkar hanya gara-gara lelaki. Akan membuat suasana di rumah kost itu tidak lagi senyaman saat ini.
Dan tampak nya Butet pun kini sudah mengetahui perasaan Cempaka kepada Rozi. Dari kemarin Butet terlihat menghindari Cempaka. Baru malam ini lah, mereka duduk bersama. Itu pun karena Butet sendiri yang duduk di depan Cempaka.
..
Sri sedang memperhatikan tukang martabak yang sedang membuatkan martabak pesanan nya. Sesekali Sri menelan salivanya saat tukang martabak menaburkan isian kedalam martabak itu.
"Berapa Mas?" Tanya Sri, saat tukang martabak menyerahkan pesanan nya yang sudah jadi.
"20.000 Mbak."
Sri mengeluarkan dompetnya untuk membayar martabak itu.
Tiba-tiba saja dompet Sri di sambar oleh seorang yang tak dikenal dengan kabur dengan memacu sepeda motor nya dengan cepat.
Sri yang terkejut hanya bisa menatap punggung penjambret yang telah merampas dompetnya.
"I-i-itu!" Ucap Sri yang terlihat shock.
Tiba-tiba saja seorang menyusul dengan memacukan sepeda motornya mengejar penjambret itu.
Sri hanya bisa terduduk dan mulai menangis.
Suasana mulai rame. Beberapa pelanggan martabak pun, ikut mengejar penjambret itu.
"Mas, bagaimana ini?" Tanya Sri yang bingung akan membayar pesanannya dengan apa.
Dewa memepet motor penjambret itu. Lalu, dengan kakinya yang panjang, ia menendang motor penjambret itu. Dewa dan penjambret itu pun sama-sama terjatuh di aspal.
"Jambretttttt..! Teriak Dewa untuk mengundang massa.
Masa pun berdatangan. Penjambret itu pun berusaha untuk lari. Sedangkan terlihat dompet Sri tergeletak di atas aspal. Dewa memungut dompet itu dan ikut mengejar penjambret yang hampir saja lolos.
"Ampun Bang! ampun Bang!" Ucap Penjambret itu dengan memohon.
Massa pun turun tangan, dengan beringas mereka mulai menghajar penjambret itu. Dewa yang merasa kasihan pun, mulai melerai dan memberitahukan bahwa dompet yang di jambret, sudah di tangannya.
Penjambret itu pun di bawa ke Rt setempat dan dibina disana. Sedangkan Dewa, kembali ke warung martabak untuk melihat keadaan Sri.
Sesampainya Dewa si warung martabak, Dewa melihat Sri yang sedang duduk di bangku pelastik di samping warung martabak, sambil menangis. Tampak beberapa orang Ibu-Ibu mencoba menenangkan Sri.
"Uang ku nang dompet kabeh, terus piye sesuk aku tuku mangan?" (Red- Uang ku di dompet semua, terus gimana besok aku beli makan?)" Sesal Sri sambil mengusap air matanya.
"Sri." Panggil Dewa.
Sri menoleh ke arah Dewa yang sedang memarkirkan Sepeda motornya.
"Mas Dewa!" seru Sri. Lalu, gadis itu berlari kearah Dewa dan memeluk Dewa dengan erat.
"Mas, aku di jambret!" Ucap Sri sambil menangis di dada Dewa.
Deggggg...!
Jantung Dewa berdegup kencang saat Sri memeluk dirinya. Dengan ragu, Dewa mengusap punggung Sri. Lalu, ia mengeluarkan dompet Sri dari balik jaket nya.
Sri terpana saat melihat Dewa memegang dompet miliknya.
"Loh kok dompet ku ada sama Mas Dewa?" Tanya Sri.
"Aku yang tadi mengejar jambret nya Sri." Ucap Dewa sambil menyerahkan dompet itu kepada Sri.
Sri menyambut dompetnya dengan suka cita dan tersenyum lega. Tetapi, kebahagiaan nya pun langsung sirna saat melihat tangan Dewa yang berlumuran darah.
"Mas, tangan mu knopo Mas?" tanya Sri sambil meraih tangan Dewa dan memperhatikan luka-luka di tangan Dewa.
"Kenapa Mas!" Desak Sri.
Dewa tersenyum dan menatap gadis manis yang tampak sangat khawatir kepadanya.
"Tidak apa-apa. Hanya terjatuh, tadi saat mengejar jambretnya." Ucap Dewa.
Sri menatap mata Dewa dengan seksama. Dewa membalas tatapan Sri dengan tatapan yang teduh.
"Ya Allah, kok le apike wong iki." (Red- Ya Allah, kok baik banget orang ini.) Batin Sri.
"Sudah, aku tidak apa-apa. Ayo aku antarkan pulang. Kebetulan aku tadi lewat, ingin mampir ke kost-kost-an kalian. Ternyata aku melihat kamu disini." Ucap Dewa.
"Tapi, nanti aku tak bersihkan luka mu ya Mas." Ucap Sri.
Dewa tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Ayo." Ucap Dewa.
Sri tersenyum malu. Lalu, ia menyambut tangan Dewa. Dan mengikuti langkah kaki Dewa dari belakang.
Suasana panik berubah menjadi suasana romantis yang menjadi tontonan warga. Semua mata tersihir bak sebuah drama yang pemain utamanya adalah Dewa dan Sri.
"Mbakkkkk! Mbakkkk! Martabaknya belum bayar!" Seru pedagang martabak.
"Ealah, wong iki ganggu wae!" ( Red- Ealah, orang ini mengganggu saja.) Gumam Sri sambil melepaskan genggaman tangannya dari tangan Dewa.
Sri pun bergegas hendak menghampiri pedagang martabak itu. Dengan cepat Dewa menahan tangan Sri.
"Biar aku yang bayar." Ucap Dewa.
"Gustiiiiiiii... iki mesti jodohku!" (Red- Tuhannnn.. ini pasti jodohku!)
Gumam Sri dengan hati yang berbunga-bunga.
terimakasih buat author /Pray//Pray/
lihat kelakuan si Butet