Sequel dari Sang Pemilik Cinta
Sebelumnya, mohon maaf karena cerita ini banyak mengandung bawang, karena memang saya membuat karya ini seperti nano nano, ada sedih, bahagia, komedi, dan kebucinan seorang suami pasa istrinya.
Novel ini bukan mengedepankan tentang poligami atau pelakor, tetapi ini tentang psikologi Mario yang di hantui rasa bersalah pada adik kembarnya semasa remaja, juga tentang seorang gadis bernama Inka yang broken home, psikologi seorang anak korban perceraian di usia yang sama.
Kemudian, mereka menikah karena kesepakatan yang saling menguntungkan.
Mario yang tak percaya dengan ikatan pernikahan dan memilih live together bersama pacar-pacarnya, di jodohkan oleh sang ayah dengan anak sahabat ayahnya. Mario menolak dan lebih memilih menikahi Inka, teman dari istri sahabatnya yang baru sekali bertemu.
Di tengah pernikahan yang mulai adanya benih-benih cinta, mereka di uji dengan ujian yang membangkitkan psikologi masa lalu keduanya muncul.
Jadi, siapkan mental kalian dan hanya yang berhati baja, yang bisa membacanya sampai end.
Terima Kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada alasan untuk tidak menyayangimu
Dua minggu sudah Mario dan Inka melewati harinya setelah menyandang status suami istri. Mereka masih tinggal di mansion Andreas. Laras masih tidak rela ditinggalkan Inka, wanita paruh baya itu sudah sangat terpincut menantunya, ia seperti memiliki anak perempuan dan Andreaspun mendukung sikap istrinya yang tidak membolehkan Mario dan Inka pindah ke apartemennya.
Sejak menikah, hidup Mario lebih teratur. Pulang kerja tepat waktu, banyak waktu berkumpul dengan kedua orangtuanya dan tidak lagi keluyuran atau sekedar nongkrong di cafe maupun club. Hal itu membuat Laras dan Andreas senang. Kedua orangtua Mario tidak menyangka, Inka mampu merubah kebiasaan buruk putranya itu.
Inka membantu Sukma yang sedang memasak didapur. Tiba-tiba tangan kekar itu melingkar dipinggang Inka, "masak apa sayang?" Dagu Mario ditempelkan pada bahu kanan Inka.
Sukma tertunduk malu melihat kedua majikannya mesra. "Kak, malu ih ada Sukma." Lirih suara Inka, memperingatkan sang suami. Mario menoleh ke arah Sukma, "lo pengen diginiin? Minta sama Ujang sana" Mario tersenyum meledek, melihat Ujang juga baru berada di dapur untuk mengembalikan kunci mobil Mario yang telah selesai dibersihkannya.
"Ih enak aja, saya sama Ujang ga ada hubungan apa-apa den." Kata Sukma mendelik.
"Ih lagi siapa yang mau sama situ." Ucap Ujang yang tak kalah sinisnya.
"Iya juga ga apa-apa, ga ada yang larang," Mario tergelak dan berkata lagi, "daripada lo berdua jomblo terus."
"Kak..ih.." Siku Inka menyenggol perut Mario, memberi isyarat untuk tidak bersikap seperti itu.
"Ih amit-amit saya mah, mending jomblo terus deh," ucap Sukma lagi.
"Ih saya juga mending sama pembantu sebelah tuh, lebih bohay daripada situ tipis." Jawab Ujang tak mau kalah.
Sukma langsung menjejal mulut Ujang dengan batu ulekan yang berisi cabai ditangannya, mengingat saat ini Sukma sedang melakukan aktifitas itu. "Ini mulut, ga disekolahin."
"Awwww.. Sukma pedes... Huuuhaaaa.. huuhaaa." Ujang berlari terbirit-terbirit dan tetap dikejar Sukma sambil mengacungkan 'muntu' nya. "Rasain!" Sukma tertawa.
Mario dan Inka pun tertawa terbahak-bahak melihat aksi Sukma dan Ujang yang seperti kucing dan anjing.
Mario memperhatikan lekat istrinya yang sedang tertawa, pasalnya Inka jarang seperti itu. "Cantik," ucap Mario sambil mengelus pipi mulus Inka yang masih berada dalam dekapannya. Inka langsung terdiam mendengar ucapan Mario.
"Kok diem, ga ketawa lagi." Mario menggoda Inka.
"Ga ada yang lucu lagi," jawab inka.
Mario gemas, lalu menggigit leher Inka. "Aww... kak, udah kaya Edward Cullen aja sih kamu."
Mario tergelak, "abis kamu gemesin."
"Malu ih, nanti diliat Sukma."
"Yaudah kita pindah ke apartemen aja yuk, supaya bisa berduaan terus."
Inka menggeleng, "mama lagi sakit kak, kasihan kalau ditinggal."
"Hmm.. menantu yang baik." Mario mencubit pipi sang istri. Mario mengendurkan pelukannya, "aku lihat mama dulu ya." Inka tersenyum dan mengangguk. "Tunggu.." Tangan Mario di cekal, lalu Inka berkata lagi, "tolong bawain ini juga buat mama." Inka menyodorkan segelas susu untuk ibu mertuanya.
Mario menerima dan tersenyum, "terima kasih istri." Inka membalas dengan senyum manisnya, "sama-sama suami."
Kemudian Mario membalikkan lagi badannya, "oiya, susu buat aku mana?"
"Emang kamu suka? biasanya kamu kan minta dibikinannya kopi." Inka menatap suaminya.
"Aku emang ga suka susu sapi," ucap Mario menatap gelas ditangannya.
"Aku sukanya susu kamu, kemasannya lebih kenyal." Mario berkata disertai gerakan tangannya yang sedang meremas.
"Ih..." Inka menimpuk Mario dengan jeruk nipis yang sedang ia pegang.
"Aww.. ampun." Mario berlari cepat menulusuri tangga. Inka tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan Mario.
Sekarang hubungan keduanya benar-benar seperti pasangan suami istri yang saling mencintai. Mario sering menunjukkan perhatian-perhatian kecil dan Inka juga tidak pernah menolak memberikan Mario jatah setiap malamnya bahkan pagipun tak jarang Mario menginginkannya lagi.
Ceklek.. Mario membuka pintu kamar Laras. "Ma, ini susunya." Mario meletakkan gelas itu disamping ranjang. Andreas setia menemani istrinya yang sedang terserang maag akud.
"Inka dimana yo?" Tanya Laras yang berusaha bangun dan bersender pada dinding ranjang.
"Masak, dibantu Sukma."
"Yo, tetap tinggal disini ya," pinta Laras. "Iya ma, Inka juga ga mau ninggalin mama," jawab Mario.
"Kamu beruntung dapet istri seperti Inka yo," ucap Andreas yang sedang membantu istrinya meraih gelas yang berisi susu itu untuk diminumnya.
"Iya pa." Mario tersenyum.
"Lalu kapan peresmian butiknya Inka?" Tanya Laras.
"Sabtu depan ma, semoga mama sudah lebih baik ya. Inka maunya sampai mama pulih dulu, supaya mama bisa hadir."
"Oh.. Sweet sekali istrimu."
Tak lama pintu kamar Laras terbuka lagi, "mama.. sarapan buburnya dulu yuk." Inka membawa senampan makanan dan camilan untuk ibu mertuanya.
"Hmm.. kamu bawa makanan banyak banget, sayang. Mama belum bisa makan banyak."
Inka duduk di tepi ranjang, "mama makan sedikit-sedikit, yang penting perut mama ga boleh kosong. Sedikit-sedikit tapi sering. Okey." Senyum Inka. Andreas dan Mario hanya melihat interaksi Laras dan Inka yang sudah seperti ibu dan anak kandung.
Andreas menghampir Inka dan mengelus rambutnya, "terima kasih, sayang."
Mario yang melihat kedua orangtuanya begitu menyayangi Inka, membuat hatinya terenyuh. "Tidak ada alasan untukku untuk tidak menyayangimu juga, In." Batin Mario.