"Ganteng banget, pasti burungnya gede."
Penulis gila yang masuk ke dalam novel orang lain, karena malas berurusan dengan plot alay. Dia mengadopsi man villain dan menikahi second male lead.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tsunder
Suara grasak-grusuk membuat Sky terusik dan bangun dari tidurnya. Dia mengucek matanya sebentar, melihat Langit yang sudah bangun tapi kesulitan bergerak. Sky berdiri dengan hati-hati takut membangunkan Yola yang kelelahan, dia mendekat ke sisi brangkar dengan tampang datarnya.
"Udah bangun lo." Ucap Sky.
Langit menatap Sky, bibir pucat dan keringnya bergerak seperti ingin bicara. Tapi tidak ada suara yang keluar, Sky merasa bingung dan langsung memencet tombol darurat untuk memanggil Dokter.
Tidak lama berselang Dokter dan beberapa perawat datang. Mereka memberikan kondisi Langit, Dokter melepaskan alat bantu nafas dan menggantinya dengan yang lebih kecil.
"Kondisi pasien tetap tidak bisa dikatakan sembuh meskipun sudah membaik, Pasien harus segera mendapatkan transplantasi paru-paru tunggal. Jika di biarkan lebih lama, mungkin pasien harus melakukan transplantasi paru-paru ganda." Ucap Dokter menerangkan, Sky yang mendadak jadi wali merasa kikuk.
"Dimana bisa mendapatkan pendonor paru-paru?." Tanya Sky.
"Biasanya akan ada keluarga dari korban kecelakaan atau memiliki riwayat penyakit kronis, yang mendonasikan organ dalam jenazah yang masih baru. Kita bisa memeriksa kecocokan antara pendonor dan pasien, jika cocok maka proses transplantasi bisa langsung dilakukan." Ucap Dokter.
"Selama menunggu pendonor yang cocok, apa dia bisa sekolah seperti biasa?." Tanya Sky, dia harus mengambil alih peran Yola.
"Kalo gue ngga tanya, nanti Yola pasti merepet ngga berenti." Batin Sky.
"Tentu boleh, selama tidak melakukan aktivitas berat. Pasien juga dilarang berkelahi, karena kondisi paru-parunya sangat rentan." Jawab Dokter.
"Apa ada obat yang bisa membantu saat asmanya kambuh?." Tanya Sky, dia tidak pernah melihat Langit memiliki obat asma.
"Meskipun yang dialami pasien bukanlah asma, melainkan kerusakan paru-paru akibat terlalu banyak menghirup asap panas. Rasa sesak yang bisa saja dialami bisa di cegah dengan obat asma, anda bisa menembusnya di apotik." Ucap Dokter, memberikan resep.
"Terimakasih banyak Dok." Sky mengangguk mengerti.
Dokter pun pergi setelah perawat mengganti cairan infus milik Langit, Langit sejak tadi diam mengamati. Melihat Sky yang ada di sana dan Yola yang terlihat ketiduran dengan wajah kelelahan.
Langit sudah merasa jauh lebih baik setelah perawat memberinya air minum, dia merasa nafasnya lebih plong meskipun masih berat.
"Lo yang anter gue ke sini?." Tanya Langit.
"Ya menurut lo siapa lagi? asal lo tau gimana paniknya Yola, waktu jemput lo di sekolah tapi katanya lo udah dianter pulang karena gelud. Sampe rumah lo udah sekarat dan nafas lo pendek, Yola nangis seharian gara-gara lo tau ngga. Apa susahnya lo ngasih kabar, meksipun lo ngga anggep dia. Dia itu udah anggep lo anaknya, pengertian dikit lah." Sky mengomel, dia tidak suka melihat Yola menangis.
"Gue cuma ngrasa sesek kaya biasanya, gue bawa tidur karena biasanya juga sembuh." Jujur Langit.
Sky terdiam, teringat cerita Yola jika Langit hidup miskin. Sebenarnya dia ingin memaki, tapi cukup kasihan karena Langit sedang sakit saat ini. Dia harus bisa menahan diri, takut Yola jadi semakin khawatir nantinya.
"Selama ini lo minum obat apa? lo beneran berobat apa ngga?." Ketus Sky, malas perhatian tapi dia penasaran.
"Gue cuma uap oksigen setiap sebulan sekali, gue ga minum obat apa-apa." Lirih Langit, terlihat malu.
"Heh.. gue udah cari tau kronologi lo sama temen sekolah lo itu. Dari cctv lo keliatan bawa kresek isi baju, dan dia yang ngajak lo ribut. Sebenernya lo itu lagi apa dengan baju-baju yang lo bawa itu?." Sky berbisik, ingin tau kebenaran dari mulut Langit sendiri.
"Gue jual baju biar dapet duit." Langit membuang muka, malas berkontak mata dengan Sky.
"Duit? kalo itu lo yang dulu oke lah, tapi sekarang Yola udah kasih lo uang jajan dan pengobatan. Apa masih kurang sampe lo masih jualan?." Sky tidak habis pikir.
"Gue cuma habisin stok yang ada." Jujur Langit.
"Terus alasan lo kalah kenapa? bukannya selama ini lo terkenal jago gelut ya, lo kan berandalan yang punya pengikut dimana-mana." Sarkas Sky.
"Karena gue emang lagi ga sehat aja, lagian gue ngga nyangka orang kaya lo mau dengerin gosip." Sinis Langit, membalas dengan lirih.
"Sialan lo___
"Langit?!."
Pekikan Yola membuat ucapan Sky terpotong, Sky menoleh ke belakang. Melihat Yola berjalan cepat ke arah brangkar, matanya masih berkaca-kaca dan dengan cepat memeluk Langit dengan erat.
Yola menangis karena lega dan khawatir, dia masih saja mengira Langit akan mati. Yola menangis sambil mengomel, omelan yang sama seperti yang dikatakan Sky tadi.
Langit terdiam mematung, tidak tau harus merespon bagaimana. Pertama kali di peluk oleh pacar orang, bahkan di depan pacarnya langsung.
"Ngapain lo liatin gue? mau gue peluk juga?." Sinis Sky.
"Aneh." Lirih Langit.
"Hahaha, gue lebih gasuka liat cewe gue nangis. Karena lo udah bikin cewe gue nangis, tenangin dia atau gue cabut oksigen lo." Sky mengancam sambil tertawa sinis.
Langit menatap Sky dengan rumit, dengan kaku tangannya terulur untuk menepuk punggung ramping Yola. Hatinya sedikit menghangat karena ada yang mengkhawatirkannya, tapi dia masih gengsi untuk mengakui itu.
Selesai menangis dan mengomel, Yola masuk kamar mandi untuk mandi dan ganti baju. Sky di tinggal berdua dengan Langit, mereka jadi canggung dan kikuk.
"Bukannya hubungan kalian itu aneh." Celetuk Langit.
"Sibuk banget lo ngurusin hidup gue." Ketus Sky.
"Lo ngga marah liat cewe lo peluk cowo lain di depan mata lo, sebenernya kalian ini pasangan apa bukan?." Langit jadi penasaran.
"Emang lo cowo? Dimata gue sama Yola lo itu cuma manusia yang punya burung dan berjembut." Sinis Sky.
Langit hanya melirik sinis lalu diam, dia jadi teringat dengan masa kecilnya dulu. Saat dia tinggal di rumah mewah karena Ibunya menjadi pembantu di rumah itu. Dia masih sangat ingat dengan jelas karena kenakalannya, dia membakar satu rumah dan membunuh banyak orang.
Karena ulahnya itu, dia terkena penyakit paru-paru yang cukup parah. Dia juga harus menerima kenyataan jika teman masa kecilnya itu membencinya. Sudah sering Langit menyerah untuk bertahan, tapi entah kenapa dia tidak kunjung pergi dari dunia ini.
"Kenapa lo selamatin gue?." Lirih Langit, memecah keheningan.
"Karena Yola mau lo selamat." Jawab Sky.
"Lo hidup cuma buat Yola? padahal lo bisa pura-pura gagal dan biarin gue mati, dengan begitu dendam lo lunas dan gue bisa pergi dari dunia ini." Lirih Langit, memeluk lututnya sendiri.
"Jadi lo mau mati?." Sky menatap dengan dingin.
"Iya." Jawab Langit.
Sky menatap Langit yang menyedihkan, padahal dulu sebelum dia serumah. Dimatanya Langit sangatlah menyebalkan, tampangnya selalu menantang dan terkesan arogan. Tapi lihat ini, dia bahkan terlihat sangat menyedihkan dan merasa lelah untuk sekedar bernafas.
Benci banget sama karakter Yola dibikin cepet matii aja thor.