NovelToon NovelToon
Melting The Iced Princess

Melting The Iced Princess

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mumu.ai

Sekuel dari Bunga dan Trauma.

Jelita Anindya memutuskan pindah ke desa tempat tinggal ayah dari papanya, sebuah desa yang dingin dan hijau yang dipimpin oleh seorang lurah yang masih muda yang bernama Rian Kenzie.

Pak Lurah ini jatuh cinta pada pandangan pertama pada Jelita yang terlihat cantik, anggun dan tegas. Namun ternyata tidak mudah untuk menaklukkan hati wanita yang dijuluki ‘Iced Princess’ ini.

Apakah usaha Rian, si Lurah tampan dan muda ini akan mulus dan berhasil menembus tembok yang dibangun tinggi oleh Jelita? Akankah ada orang ketiga yang akan menyulitkan Rian untuk mendapatkan Jelita?

follow fb author : mumuyaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mumu.ai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maafkan Aku

Rian duduk termenung di ruang kerjanya di pagi menjelang siang itu. Ucapan Kakek Doni masih terngiang-ngiang di kepalanya, sebuah cerita rumit dari keluarga Kakek Doni.

“Katanya Kakek, cerita Jelita ini rumit banget. Kira-kira apaan…” gumam Rian.

Berbagai spekulasi terlintas dipikiran Rian. “Apa jangan-jangan… papa mamanya Jelita DP dulu sebelum nikah?”

Rian kemudian langsung menggeleng kencang kepalanya, menolak pemikirannya barusan. “Nggak mungkin. Kakek Doni keluarga terpandang. Kakek juga pejabat dulunya. Orang tua Jelita juga orang berpendidikan, mamanya aja dokter hebat di kota sana. Nggak mungkin seperti itu.”

Masih sibuk dengan pikirannya, pintu ruangannya yang semula tertutup kini terbuka tiba-tiba tanpa diketuk sebelumnya, dan hal ini membuat Rian sedikit terkejut.

“Kenapa masuk tiba-tiba? Kenapa nggak ketuk dulu?” tanya Rian beruntun pada seseorang yang masih berdiri di depan pintu.

“Maaf, Mas. Nadya kira nggak ada orang di dalam,” jawab orang itu dengan suara lembut.

“Memangnya di depan nggak ada si Adam?” tanya Rian lagi.

Nadya menggeleng pelan. “Meja depan kosong, Mas. Cuma ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu di dekat pintu. Mereka bilang nggak lihat Mas Rian sejak tadi, makanya Nad kira ruangan Mas Rian kosong. Maafin Nad, Mas Rian kalau Nad udah lancang.”

Rian hanya menghela nafas kasar. Ia tidak beranjak dari kursinya, tidak juga menyuruh gadis itu untuk masuk ke dalam. Dari posisi duduknya ini Rian bertanya, “Ada perlu apa Mbak Nadya kesini?”

Dengan senyum manis nan ayunya, Nadya melangkah, sangat anggun namun tetap saja, tidak bisa menggetarkan hati Rian.

“Nadya bawa ini untuk makan siang Mas Rian,” ucapnya sambil meletakkan rantang yang dibawanya ke atas meja Rian. Ternyata Rian tidak menyadari jika sedari tadi gadis itu menenteng rantang di tangannya.

“Nggak perlu repot-repot, Mbak Nadya,” ucap Rian dengan nada bicara yang tidak enak bercampur malas. Namun tentu saja Nadya tidak mempedulikannya. Ia bahkan membuka tutup rantang itu dan menyajikan masakannya ke depan Rian.

“Nad nggak repot kok, Mas Rian,” jawabnya dengan senyuman khas milik Nadya.

“Silahkan dimakan, Mas,” lanjut gadis itu.

“Nanti saja, Mbak. Belum jam istirahat. Saya juga masih ada kerjaan,” tolak Rian halus. Dengan rasa kecewa, Nadya kembali menutup makanannya. 

Sakit yang dirasakan oleh Nadya karena lagi-lagi mendapatkan penolakan dari pria yang disukainya, namun gadis itu tidak ingin menampakkannya. Ia bahkan tersenyum untuk menutupi kekecewaannya.

Sembari Nadya yang menutup kembali rantangnya, Rian menyibukkan dirinya dengan membaca kertas-kertas yang ia ambil sembarangan. Ia bolak-balik kertas itu seakan dirinya serius membaca setiap tulisan yang tertulis ditiap lembar.

“Mas… Nadya boleh tanya sesuatu?” tanya gadis itu pelan.

“Hmm…”

“Mas Rian dekat… sama Mbak psikolog itu?” tanya Nadya pelan, namun terdengar keraguan disetiap kata yang keluar dari bibirnya.

Pertanyaan itu berhasil membuat gerakan Rian yang ingin membolakkan kertas itu terhenti. Ia bahkan mengalihkan pandangannya dari kertas yang ada di tangannya dan menatap Nadya yang tengah berdiri di depan mejanya, namun kepala gadis itu menunduk, tidak berani menatap ke arahnya.

“Kenapa Mbak Nadya bertanya seperti itu?” tanyanya selidik.

“Tidak ada, Mas. Hanya saja… kemarin dan tadi Nad banyak mendengar ucapan-ucapan orang kampung tentang Mas dengan Mbak psikolog itu,” ujar Nadya.

“Ooh…” Sebuah respon yang tidak diharapkan oleh Nadya, yang semakin membuat rasa penasarannya bertambah.

Hening kembali mengisi ruangan itu. Hanya terdengar suara-suara orang berbincang di luar sana. Rian masih dengan aktivitasnya dengan berpura-pura membaca sebuah dokumen asal yang diambilnya. Hingga akhirnya kembali suara pelan Nadya menghentikan keheningan.

“Mas Rian…” panggil Nadya pelan.

Rian tidak menjawab, tetapi telinganya jelas menangkap suara yang lembut itu, namun kali ini terdengar rapuh. Ia menahan napas sejenak, mencoba menyiapkan diri, meski hatinya sudah menebak arah pembicaraan ini.

“Nadya yakin… kalau Mas Rian pasti tahu,” ucap Nadya dengan suara yang bergetar, kepala masih tertunduk. “Selama ini Nad… Nad suka sama Mas Rian.”

Rian mengangkat kepalanya, menatap gadis itu. Nadya tidak berani mengangkat wajahnya, namun kedua tangannya yang saling meremas memperlihatkan betapa gugup dan takutnya ia saat ini. Rian hanya diam, menunggu kelanjutan dari ucapan Nadya.

“Apa nggak bisa, Mas?” tanya Nadya lirih. “Sedikit saja… Mas Rian ngasih kesempatan buat Nadya. Biar Nadya bisa masuk… ke hati Mas Rian.”

Ucapannya terdengar seperti bisikan putus asa dan penuh harap, tapi sangat sadar bahwa harapan itu mungkin tidak punya tempat.

Rian menelan ludah. Ia tahu, kalau ingin mendekati Jelita, hal pertama yang harus ia lakukan adalah meluruskan salah paham dengan Nadya. Itu sudah pasti. Namun ia tak menyangka bahwa momen itu datang hari ini, secepat ini, ketika dirinya bahkan belum menyiapkan kata-kata yang tepat.

Apa pun yang ia ucapkan nanti… tetap akan menyakiti Nadya. Dan itu membuat dadanya terasa berat.

“Mbak Nadya…” Rian memanggil pelan, mencoba menjaga nada suaranya tetap lembut.

Nadya mengangkat sedikit wajahnya, tapi hanya sebatas memastikan bahwa Rian memang akan menjawab.

“Saya tahu kalau Mbak Nadya punya perasaan sama saya. Saya hargai itu… sungguh,” ucap Rian dengan hati-hati. “Tapi maaf… saya nggak bisa membalas perasaan Mbak Nadya. Hati saya sudah menemukan pemiliknya.”

Nadya mendesah pendek, nyaris tak terdengar. Ia kembali menunduk. Tidak ada suara, tetapi beberapa detik kemudian, suara tangisan lirih mulai keluar, halus seolah ia berusaha menahannya mati-matian. Air mata jatuh satu per satu, membasahi meja di depannya.

Rian hanya bisa terduduk kaku. Ada sesal yang menusuk di dadanya. Ia tidak ingin menyakiti siapapun, tapi ia juga tahu, memaksakan perasaan hanya akan menambah luka.

Nadya perlahan mengangkat kepalanya. Wajahnya basah, memerah, matanya sembab. Wajah yang biasanya ceria kini tampak seperti anak kecil yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

Rian hampir saja goyah melihatnya, tapi ia menguatkan hati, memastikan dirinya tidak memberi harapan lagi yang bisa melukai gadis itu lebih dalam.

“Apa… dia itu Mbak Jelita?” tanya Nadya tersedu.

Rian diam. Hanya sunyi yang terdengar di antara mereka. Pada akhirnya, ia mengangguk pelan, namun cukup bagi Nadya untuk melihatnya.

Tangisan Nadya pecah lagi, kali ini lebih nyaring. Ia menutup mulutnya dengan tangan, seakan tak ingin tangisnya terdengar lebih keras.

Tanpa berkata apapun lagi, ia berlari keluar dari ruangan. Suara langkah kakinya menggema di gedung kelurahan, lalu hilang.

Rian terduduk lemas di kursinya. Dadanya ikut terasa sesak, meski bukan karena cinta yang tak terbalas, melainkan karena ia harus menjadi penyebab seseorang terluka.

Namun ia tahu, ini langkah yang harus ia ambil. Demi dirinya. Demi Nadya. Dan demi gadis yang kini menempati hatinya.

"Maafkan aku."

*****

Hai hai terima kasih karena masih setia dengan cerita author. Rencananya untuk cerita Jelita-Rian akan author update setiap hari di malam hari, sedangkan untuk cerita Zakiah-Rian akan author update di siang hari.

doakan authot istiqomah, ya 🤭

Btw jangan lupa like, komen, vote nya. Senin lho ini 😅😅

Sesajen juga jangan dilupakan. 🫶🫶🫶🥰

1
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
ya allah cabe merah 1 kg hampir 80
cabe setan 1 kg 90
rawit 1 kg 70.... ya allah.....😭😭😭😭😭 bawang merah 1 kg 50
mumu: kak disini cabe merah 150 sekilo 😭😭
total 1 replies
😇😇
udah main princess princess aja, pak lura 😂😂
Supryatin 123
🤣🤣🤣papa fadi terlalu overprotektif lnjut thor 💪💪
cahaya
gagal maning gagal maning 🤣🤣🤣
Esther Lestari
belum apa2 papa Fadi sudah posesif gitu sama anak ceweknya🤭.
Rian harus siapkan mental menghadapi papa Fadi dan kakek Doni
😁
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
bukan siap siap mantu,,, tapi siap siap ngasih pelajaran dulu smaa calon mantu...🤣🤣🤣
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
mampuuuuuusssssssss udah bilang gak boleh duluan..... rian siap siap loe dibogem mentah sama si papa keren kece badai abis....🤣🤣🤣
Esther Lestari
Pak Lurah aja digosipin sama warganya🤭
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
klo d kampung y begitu cepet nyebar gosip harus tebal telinga
Supryatin 123
seruuu ceritanya ❤️❤️❤️
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Hary Nengsih
lanjut
cahaya
good 👍👍
Lyana
nice thor
Esther Lestari
semoga retensinya bagus thor dan cerita Jelita berlanjut
Esther Lestari
istirahat dulu Jelita,tenangkan pikiran baru cerita dgn kakek Doni.
NNPAPALE🦈🦈🦈🦈
emaknya kalo ngamuk ngalahin papa fadi,,, papa fadi aja tunduk sama kanjeng ratu ibunda mama bunga jelita tercinta...🤣🤣🤣🤣🤣
mumu: anak mapala jangan dilawan 🤭🤣🤣
total 1 replies
Esther Lestari
Apakah mama Bunga akan datang menemui Jelita🤭.

Pak Lurah tolong ya diperjelas, statusnya Nadya buat pak Lurah itu apa. Jangan sampai warganya bergosip lagi lho😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!