Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Ratih di kamarnya bersama pangeran Naga Seta----Sang pangeran yang tak mengenakan mahkotanya seperti di singgasana, hanya mengenakan bawahan celana ala pemimpin Nusantara jaman dulu.
Naga Seta tengah duduk di ranjang berdua bersama Ratih.
Kamar Ratih yang disiapkan sebagai permaisuri lebih luas dengan teras yang menghubungkan langsung ke taman, Ratih setuju jika menikahi pangeran Naga Seta demi keamanan desanya.
"Pangeran...bagaimana dengan rakyat tak berdosa itu? Apa kita kembalikan?" tanya Ratih.
Ratih menginginkan Rakyat Desa Cempaka dan Desa di sekitarnya----agar di kembalikan. Pangeran Naga Seta bangkit berdiri lalu menghela napas.
Naga Seta berdiri mengarah taman dengan kedua tangan di belakang, rupanya dirinya memikirkan sesuatu---karena Ratih bukan siluman melainkan manusia, jadi Ratih tak bisa membaca isi pikiran Naga Seta.
"Apa kau tak bisa, mengembalikan mereka sesuai keinginanku?" tanya Ratih kepada sang Pangeran.
Posisinya Ratih masih duduk di atas ranjang empat tiang dan Pangeran berdiri menatap taman, Ratih ikut berdiri tubuhnya masih belum mengenakan perhiasan apapun.
"Aku tak bisa membicarakannya sekarang," kata pangeran dengan lirih.
Tangan Ratih yang kecil menepuk bahu kekar sang Pangeran, Ratih menatap wajah Pangeran yang tampan dengan rahang yang tegas, hidung yang mancung, di tambah kulitnya yang putih halus seperti mutiara.
Ratih berdiri tepat di samping Naga Seta membuat sang Pangeran menoleh ke samping menatap Ratih, manusia yang fana-----dengan tubuh yang akan hancur.
"Ratih...," ujar Pangeran lirih.
Tangan Naga Seta yang kekar menyentuh kedua bahu Ratih yang kecil, wajah Naga Seta seolah seperti belenggu dan ada yang di simpannya.
"Kamu membuatku dalam dilema Ratih," ujar Naga Seta.
"Apa yang kau sembunyikan Pangeran?" tanya Ratih tangannya menyentuh pipi Naga Seta, pipi dengan rahang yang tegas.
Keduanya berdiri di depan pintu kamar yang mengarah langsung ke kamar, keduanya saling menatap.
Ratih melihat jelas mata Naga Seta meski berwujud manusia---matanya kadang berubah menjadi seperti reptile hewan melata.
Kali ini Ratih berusaha untuk tak takut karena dirinya harus terbiasa dengan Naga Seta, meskipun kadang dirinya merasa jijik dan geli.
"Pangeran aku setuju untuk jadi istrimu, suami istri tidak akan ada kebohongan." Ratih bicara membuat Naga Seta mengeluarkan air mata.
Ratih segera menghapus air mata Naga Seta dengan jari-jarinya yang lentik dan indah, "kamu pernah menghapus air mataku, sekarang aku akan lakukan hal yang sama."
"Apa yang terjadi jika aku katakan...Tak bisa lagi mengembalikan mereka?" tanya Pangeran Naga Seta, hal ini membuat senyum di bibir Ratih yang manis hilang.
Alisnya langsung terangkat heran melihat Naga Seta mengatakan itu, dalam hatinya Ratih bertanya. Mengapa.
"Aku tahu pertanyaanmu Ratih," sahut Naga Seta.
Ratih hanya menarik napasnya naik dan turun, matanya yang bulat seolah mempertanyakan semuanya.
Naga Seta juga mengerti akan hatinya Ratih, dan tak akan bisa menjawabnya sekarang.
"Ratih aku---" ucapan Naga Seta berhenti saat tangannya mau menyentuh Ratih.
Gadis manusia ini menghindar dengan halus, seolah dirinya jengkel dengan keputusan Naga Seta----Tak seperti perjanjian mereka di ruang Balairung.
Memang benar bangsa Siluman, jin dan Setan tak bisa di percaya. Mereka termasuk Mahkluk yang ingkar, dan Ratih meruntuki kebodohannya telah setuju untuk menikah dengan Pangeran Naga Seta.
"Pergilah Pangeran, Malam ini adalah pernikahan kita."
Ratih bicara dengan mendengus kecewa, lantaran tak sesuai kesepakatan.
Isi Kesepakatannya adalah Pangeran Naga Seta berhenti mengirimkan air bah dan bencana pada dusun Cempaka dan desa di sekitarnya.
Sekaligus mengembalikan tawanan yakni penduduk desa, tapi nyatanya---hanya bencananya saja di hentikan---tapi penduduk desa tetap di tawan.
Ratih terdiam tak percaya ini, menatap sosok kekar bertelanjang dada, berambut panjang penuh wibawa di hadapannya.
Gadis ini langsung membuang wajah, lalu menyuruh Pangeran pergi.
"Pergilah Pangeran aku mau bersiap untuk pernikahan kita---kau juga harus bersiap kan?" ujar Ratih yang berjalan kembali ke ranjang empat tiang.
Tubuhnya duduk di sana dengan kepala yang sakit, tubuhnya lemas.
Naga Seta hanya menatap Ratih, gadis ini tak mau mendengar penjelasan apapun darinya karena terlihat sudah amat kecewa.
Lantaran Naga Seta tak bisa menepati satu janjinya yakni mengembalikan warga desa, padahal Ratih mau menikahinya, menjadi pendamping sekaligus permaisurinya---jika Pangeran Naga Seta mau mengembalikan warga desa.
Ratih meruntuki nasibnya, dirinya menjadi permaisuri gaib-----hidup di bawah air selamanya.
Sungguh ini bukalah keinginannya. Tapi mengingat sang ibu sudah hidup lebih baik membuat Ratih tenang.
Sang Pangeran mau mendekati Ratih, tapi dirinya tahu dan bisa membaca situasi dari kekuatan gaib yang di milikinya.
Bisa melihat jika Ratih saat di dekati saat ini akan mengamuk dan marah, itu sangat manusiawi. Jadi sang Pangeran hanya menyatukan kedua tangannya lalu merubah wujudnya menjadi ular putih.
Ular putih itu menuju keluar kamar, meninggalkan Ratih seorang diri di dalam kamar dengan ukiran bunga dan ranjang empat tiang.
Ratih menangis dengan sendu.
Dua ekor ular sungai berwarna coklat datang dari arah pintu, lalu berubah wujudnya menjadi dayang---yang mengenakan kemben dan jarik batik.
Di tangan keduanya membawa kendi, perhiasan dan pakaian warna merah sebagai simbol pernikahan.
Di Asia atau jaman dulu untuk menikah biasa mengenakan baju warna merah sebagai simbol ke beruntungan dan keceriaan.
"Gusti Putri, mari."
Dayang itu masuk meletakan perhiasan baju dan segala macam perlengkapan, untuk mempersiapkan calon permaisuri mereka menikah.
"Aku menikah demi desaku, Desaku agar aman dari bencana sekaligus kedamaian antara dua alam," batin Ratih yang hanya menurut saat para dayang menyuruhnya mandi kembang dulu, baru bisa di dandani.
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.