Kisah Lyla, seorang make-up artist muda yang menjalin hubungan diam-diam dengan Noah, aktor teater berbakat. Ketika Noah direkrut oleh agensi besar dan menjadi aktor profesional, mereka terpaksa berpisah dengan janji manis untuk bertemu kembali. Namun, penantian Lyla berubah menjadi luka Noah menghilang tanpa kabar. Bertahun-tahun kemudian, takdir mempertemukan mereka lagi. Lyla yang telah meninggalkan mimpinya sebagai make-up artist, justru terseret kembali ke dunia itu dunia tempat Noah berada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meongming, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Hari Petunjukan
Sesampainya di venue, suasana sudah ramai. Beberapa panitia festival lalu-lalang, dan para peserta mulai bersiap. Gedung pertunjukan itu megah, dengan poster besar di depannya bertuliskan "Summer Youth Theater Showcase."
Di depan pintu masuk, Juliet berdiri sambil memegangi clipboard.. wajahnya terlihat setengah panik seperti orang pusing. Begitu melihat Lyla dan Noah yang baru datang, ia langsung menghampiri.
"Hey! Kalian ke mana aja sih, kenapa lama banget?!" serunya.
Lalu matanya turun, menatap tangan mereka yang masih saling menggenggam.
Lyla terkejut. "Ah—!" buru-buru ia melepaskan tangan Noah dan tertawa kikuk. "Maaf, Kak… Tadi… halte-nya penuh, jadi agak nunggu lama."
Juliet menghela napas, lalu melotot setengah frustrasi. "Aduh! Udah, ayo masuk! Udah mepet banget waktunya—kita belum dicek wardrobe dan blocking!"
Noah hanya tersenyum menenangkan. "Tenang, Juliet. Kita siap."
"Ya siap, siap, tapi jangan bikin aku stres duluan!" Juliet mendengus, lalu berbalik sambil jalan cepat ke dalam.
Lyla dan Noah saling melirik, lalu menahan tawa kecil sebelum mengejar Juliet ke dalam gedung.
Di ruang persiapan belakang panggung, semua anggota sibuk. Ada yang berlatih vokal, ada yang mengecek kostum, ada juga yang mondar-mandir mencari properti.
Lyla berdiri di depan cermin panjang, baru saja menyelesaikan dandanan tokoh terakhir. Ia mengusap keringat di pelipisnya dengan tisu, napasnya terengah... wajahnya kelelahan tapi tetap tersenyum puas.
Dari belakang, Noah datang menghampiri.
"Ini untukmu," katanya pelan, menyodorkan susu kotak dingin "Kamu baik-baik aja?"
Lyla menoleh, kaget tapi tersenyum. "Wah, makasih..." Ia menerima dan langsung meminum seteguk. "Aku nggak apa-apa kok, cuma… ya gitu, hectic."
Noah masih menatapnya, matanya penuh khawatir.
Lyla tertawa kecil, lalu menepuk pundaknya. "Sekarang giliran kamu. Duduk, Tuan Noah. Akan aku ubah kamu jadi bintang hari ini."
"Aku? Bukannya aku udah bersinar dari lahir?" godanya sambil duduk di depan cermin.
Lyla mengangkat alis, lalu pura-pura menghela napas dramatis. "Wah, bintangnya kayaknya agak sombong ya. Harus dikurangi cahayanya dikit."
Mereka tertawa bersama, di tengah hiruk-pikuk yang perlahan mulai terasa seperti awal dari sesuatu yang istimewa.
Lyla mulai merias wajah Noah dengan penuh ketelitian. Tangannya bekerja cekatan, tapi pikirannya melayang jauh. Dalam hati, ia berdoa semoga hari ini berjalan lancar, dan mungkin… ada satu-dua agensi yang melihat hasil kerja kerasnya. Siapa tahu ini jadi jalan pembuka untuk mimpinya.
Sementara itu, Noah hanya diam memperhatikan wajah Lyla yang begitu fokus, sesekali menggigit bibir saat mengarsir alis atau memoleskan sedikit bedak ke hidungnya. Cahaya lampu ruangan membuat rambut Lyla tampak berkilau.
Tanpa pikir panjang, Noah tiba-tiba mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Lyla yang sedang memegang kuas.
"Terima kasih..." ucapnya lembut, senyum hangat merekah di wajahnya.
Lyla tersentak. Jarak mereka begitu dekat. Ia bisa merasakan napas Noah, bahkan bisa menghitung bulu matanya dari posisi itu. Wajahnya langsung memerah, tapi dia tak bisa berpaling.
"A-aku... aku belum selesai," gumamnya gugup, berusaha menarik tangannya tapi tak terlalu keras.
Noah hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa, dan itu membuat jantung Lyla berdetak makin cepat.
Namun momen itu buyar seketika.
"Hey! Kalian ngapain sih! Cepat! Kita dipanggil buat siap-siap" Teriakan Juliet dari balik pintu membuat mereka berdua tersentak.
Lyla langsung berdiri dan pura-pura sibuk merapikan kuas, wajahnya masih merah.
*
Sorotan lampu panggung menyorot ke tirai yang masih tertutup. Di baliknya, deretan siswa dari klub teater berdiri berbaris, sebagian melafalkan naskah dengan suara nyaris tak terdengar, sebagian lagi hanya diam menunduk, berusaha menenangkan diri.
Noah berdiri di urutan kedua, wajahnya pucat, bibirnya mengatup tegang. Jemarinya menggenggam naskah yang sudah lusuh padahal ia sudah hafal luar kepala.
Juliet berdiri di depan mereka semua, seperti komandan perang sebelum maju ke medan tempur.
"Hei! Kita udah latihan keras buat ini! Jangan sampai gugup sekarang!" serunya dengan suara penuh semangat. "Lakukan seperti saat latihan terakhir. Percayalah, kalian pasti bisa!"
Suasana mulai lebih hidup, tapi Noah masih terlihat tegang.
Lyla yang berdiri tepat di sampingnya mencuri pandang ke arahnya. Ia bisa merasakan betapa gugupnya Noah, bahkan dari napasnya yang terdengar tak beraturan.
Tanpa berkata apa pun, Lyla perlahan mengulurkan tangannya lalu menggenggam tangan Noah di sisi tubuhnya yang tersembunyi dari pandangan teman-temannya.
Noah menoleh cepat, terkejut. Tapi saat matanya bertemu dengan wajah Lyla yang tetap menatap lurus ke depan, matanya melembut. Ia tak berkata apa pun, hanya mengeratkan genggamannya pelan.
Sekilas, Noah menarik napas dalam. Dan untuk pagi itu, ia merasa damai.
Lyla masih menatap ke depan, tapi hatinya berdebar... bukan karena gugup, tapi karena tangan mereka masih saling menggenggam.
