Awalnya Erina Jasmin di tuduh mencuri dompet milik pelanggan di kafe di mana dia bekerja. Dia di laporkan oleh manajer kafe dan di pecat oleh atasannya. Erina kesal karena di tuduh mencuri dompet milik pelanggan yang ternyata Erika Gladys perempuan pemilik dompet itu.
Alih-alih tidak di laporkan pada polisi, Erina di tawari sebuah kesepakatan untuk menjadi istri pengganti seorang kaya. Dia awalnya menolak, tapi karena Erika Gladys menawarkan uang banyak untuk membantunya membiayai ibunya dalam pengobatan di rumah sakit.
Karena wajah Erina Jasmin dan Erika Gladys sangatlah mirip bagai di pinang di belah dua. Maka misi yang di tugaskan Erika pada Erina pun di jalankan, menjadi seorang istri dari Kenzio Pahlevi Abraham. Lalu, apa intrik masalah yang akan di hadapi oleh Erina setelah menjadi istri pengganti Erika yang hidupnya memang untuk bersenang-senang saja dengan beberapa selingkuhannya.
Dan apakah Erina dan Erika sebenarnya saudara kembar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Drama Di Mulai
Di bandara, Erika melepas Erina. Sebelum pergi, laki-laki yang menggandeng perempuan seksi itu menatap Erina dengan senyum di bibirnya. Erina sendiri merasa canggung dengan tatapan laki-laki bersama Erika itu.
"Erina," ucap Erika menatap gadis yang mirip dengannya, diam sesaat.
"Ya." Erina menjawab pelan masih menatap Erika.
"Aku tinggal kamu di sini, kamu tahu pasti apa yang harus di lakukan. Datang ke alamat tersebut yang aku berikan padamu, penampilanmu harus di jaga. Aku suka tampil seksi dan menarik, kamu harus berpakaian lebih baik biar mereka tidak curiga padamu," ucap Erika menatap Erina dengan serius.
Erina diam, wajahnya menunduk melihat penampilannya yang biasa saja. Erika sudah memberikan baju-baju padanya, ada beberapa baju yang sesuai dengan dirinya. Tentu hanya itu yang akan di gunakanya ketika pulang ke rumah suami dari Erika.
Setelah berbicara sebentar, Erika pergi dengan laki-laki yang di gandengnya. Wajahnya sangat senang sekali, dia menoleh ke belakang pada Erina yang masih diam di tempatnya sambil tersenyum kecil penuh kepuasan.
Erina mengambil foto yang semalam dia lihat, foto keluarga yang harmonis. Ada Erika dan Kenzio di sana, di depannya seorang anak laki-laki berusia lima tahun duduk di samping perempuan tua dengan senyum kecil dan bahagia. Gadis itu menarik napas panjang, seakan sesak hatinya menatap foto keluarga tersebut.
"Ini mulai perjalananku di dunia baru yang berbeda dan bukan milikku," gumam Erina.
Dia pun keluar dari bandara menunggu taksi menghampiri, hanya butuh satu menit Erina menunggu. Mobil taksi datang menghampiri dan menawarkan jasanya.
"Kemana nona?" tanya sang supir taksi ketika Erina sudah masuk ke dalam taksi.
"Ke jalan mawar nomor enam belas," jawab Erina.
Sang supir melihat layanan ponselnya, melihat rute jalan mawar. Dia tampak terkejut rute jalan itu cukup jauh, melihat ke belakang dari kaca spion dan berbicara lagi pada Erina.
"Itu cukup jauh nona, apa anda dari bepergian jauh?" tanya sang supir.
Erina diam sejenak, tapi kemudian tersenyum kecil dan mengangguk.
"Aku pulang dari jalan-jalan keluar negeri, dan kembali ke rumah suamiku," jawab Erina.
Di sinilah drama panjang yang akan di mulai dia mainkan, setelah sampai di rumah yang di tuju drama kehidupan akan di jalaninya. Seorang gadis yang mencoba menjadi seorang istri tanpa menikah. Gadis itu menghela napas panjang.
Sang supir tidak bertanya lagi, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Melirik kembali pada Erina melalui kaca spion.
"Nona sepertinya saya sangat familiar dengan wajah anda," kata supir itu memulai pembicaraan lagi.
"Oh ya? Di mana anda melihat saya?" tanya Erina dengan sedikit gugup dan cemas namun dia berusaha bersikap tenang.
"Emm, sepertinya anda itu istri dari pengusaha sukses yang pernah muncul di televisi," jawab supir.
"Oh ya? Waah, suamiku ternyata terkenal juga ya. Hahah!"
"Ya, kebetulan saya suka sekali menonton acara bisnis. Jadi saya sedikit tahu tentang suami anda, ya walau pun dari layar kaca. Heheh," ucap sang supir lagi.
Erina hanya tersenyum lagi, meski dia gugup dengan tanggapan sang supir. Dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan omong kosong itu, karena dia tidak mau jika terus berbicara akan mencurigakan dirinya.
Perjalanan yang membutuhkan hampir dua jam karena kemacetan di setiap jalan utama, kini akhirnya mobil taksi itu berhenti di sebuah jalan komplek perumahan mewah dan besar. Erina membayar ongkos taksi sesuai tarif, beruntung Erika memberikannya yang saku meski tidak banyak.
Entah apa yang akan dia lakukan, berdiri sejenak menatap jalanan sepi karena memang jalan itu hanya di lalui oleh mobil-mobil pemilik rumah mewah di komplek tersebut.
"Aku harus apa? Apakah aku harus jalan kaki menuju rumah itu? Kupikir mobil taksi itu akan berhenti di depan rumah itu, ternyata aku harus jalan lagi.
Baru dia berpikir sejenak, bingung harus bagaimana. Sebuah mobil berjalan pelan, pengemudinya memperhatikan Erina dari dalam mobil lalu berhenti dan membuka kaca jendela.
"Erika?" sapa seseorang pengemudi mobil BMW hitam.
Erina awalnya diam saja tanpa menoleh ke arah sumber suara, tapi kemudian dia pun tersadar kalau kini dirinya adalah Erika. Senyumnya mengembang menatap pengemudi mobil.
"Hai," sapa Erina melambaikan tangannya, koper masih di pegang tangan satunya.
"Kamu mau pulang?" tanya sang pengemudi.
"Iya," jawab Erina singkat.
Pengemudi BMW hitam itu pun membuka pintu mobil, melambaikan tangan pada Erina agar masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu tampak ragu untuk masuk, tapi berpikir sejenak akhirnya dia pun masuk juga.
Sang pengemudi memperhatikan gadis di sampingnya, menatap dengan lekat dan senyum kecil mengembang. Erina sedikit gugup di perhatikan dengan seksama oleh laki-laki itu. Dia menoleh dan tersenyum kecil.
"Kenapa kamu tidak meminta di jemput oleh supir?" tanya laki-laki itu.
Erina diam, dia sedang mencari jawaban agar jawabannya itu tidak aneh dan menimbulkan keheranan dari laki-laki di sampingnya.
"Aku tadi baru turun, dan mau menelepon supir. Tapi kamu menawarkan tumpangan, jadi kupikir tidak perlu merepotkan supir. Heheh," jawab Erina, tawa kecilnya hanya untuk menutupi kegugupannya.
"Emm, begitu ya. Tapi, aku senang kamu ikut menumpang pulang di mobilku. Kapan-kapan setelah ini, kita keluar jalan yuk?"
"Eh, jalan?" tanya Erina sedikit gugup, bingung.
"Iya, seperti biasa. Suamimu tidak perlu tahu," ucap laki-laki itu dengan wajah penuh harap, menoleh pada Erina lalu tersenyum.
Wajahnya mendekat dan hendak mencium pipi Erina, gadis itu pun terkejut dan reflek menjauh. Membuat kaget laki-laki di sampingnya.
"Kenapa? Kamu kok menghindar? Bukankah kita sering melakukannya?"
Erina diam saja, benar-benar dia kaget dan syok dengan sikap laki-laki itu. Wajahnya sedikit tegang, tapi untungnya mobil itu berhenti tepat di depan rumah mewah yang cukup besar dan berlantai dua.
Sejenak Erina diam menatap rumah mewah itu dan beralih pada laki-laki di sampingnya. seseorang muncul dari pintu pagar itu melihat mobil berhenti dengan dahi berkerut. Erina masih diam di tempatnya, kaca mobil di buka.
Senyum kecil masih tersungging di wajah laki-laki yang mengantarnya tadi.
"Nyonya Erika? Anda pulang?" sapa seorang perempuan muda pada Erina.
Erina menolah lalu menatap perempuan muda itu, dia buru-buru membuka pintu mobilnya dan segera keluar. Hendak langsung pergi tapi kemudian dia menatap pengemudinya.
"Erika?"
"Terima kasih tu..."
"Nyonya, ayo masuk. Den Gio selalu mencari nyonya," kata gadis muda yang ternyata pembantu.
Pembantu itu melihat pada laki-laki dalam mobil dan berucap sopan.
"Terima kasih tuan Aldo telah mengantar nyonya," kata pembantu itu.
"Hmm, ya. Katakan pada nyonyamu itu, aku akan menghubunginya, hahah!"
Setelah berkata seperti itu, mobil pun berlalu. Erina menatap kepergian mobil BMW tersenyum, pembantu itu mengambil koper Erina lalu membawanya.
"Aku benar-benar tidak percaya, kehidupan Erika sungguh membuatku syok terapi."
_
_
*****
bagaimana kl mereka jatuh hati...
sampai kapan bs menghindar dr hubungan suami istri?
ato Nadia?