Viona mendapati sang mama yang tiba-tiba menikah lagi tanpa persetujuan darinya, membuat gadis itu menolak tegas dan menentang pernikahan itu. Ia yang awalnya sangat membenci ayah barunya karena usia sang ayah tiri jauh lebih muda dari ibunya, kini justru kepincut ayah tiri nya sendiri. Yuk kepoin bagaimana ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Tegar
Viona terpaku, matanya terbelalak penuh ketidakpercayaan saat mengetahui bahwa sang mama, satu-satunya keluarga yang ia miliki, kini telah tiada. Tubuhnya terasa ringan, seolah-olah jiwanya tercabut dari raga, dan seketika ia pingsan dalam pelukan Steven. Steven, dengan refleks cepat, memeluk dan membopong Viona ke ruangan perawatan untuk diperiksa.
"Sisil, tolong temani Viona, aku akan mengurus prosesi pemulangan jenazah Rossa," ujar Steven dengan nada yang tertatih, mencoba tegar demi Viona. Sisil mengangguk lemah, air matanya tumpah untuk kesedihan yang juga ia rasakan. "Viona pasti hancur sekali, Sisil," bisiknya sendu.
"Tante Rossa adalah segalanya bagi Viona." Sisil berlutut di sisi Viona yang belum sadar, tangisannya berderai.
Selesai mengurus pemulangan jenazah, Viona dan Sisil mengiringi Rossa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dengan tangan gemetar, Viona melemparkan bunga demi bunga ke atas liang kubur. Setiap helai tanah merah yang menyentuh peti mati semakin mengubur kedalamannya. Air mata Viona membasahi pipi, penuh dengan kehilangan mendalam yang memilukan. "Dunia ini tampak telah berakhir," gumam Viona lirih, suaranya serak oleh kesedihan. "Saat Mama pergi meninggalkanku untuk selamanya." Bunga-bunga berhamburan di atas makam Rossa, simbol dari cinta abadi yang tidak akan pernah layu.
"om, aku ijin menginap di sini." kata Sisil setelah keadaan rumah sepi dari orang orang yang datang melayat.
"iya, Sisil. Aku senang kamu menginap di sini." sahut Steven.
Sisil akan menginap untuk menemani Viona, Viona pasti butuh teman untuk berbagi, setidaknya meski hanya untuk malam ini. Apalagi selama ini Viona hanya tinggal bersama sang ibu, satu satunya keluarga yang Viona miliki.
"mama, kenapa mama pergi meninggalkan aku? kenapa mama tidak membawaku ikut bersamamu?" tangis Viona luruh, dia menangis dengan memeluk lututnya. Berusaha mencari sandaran untuk hatinya yang rapuh.
"sabar, Vio. Sabar! Semuanya sudah di atur sama Tuhan. Kita tidak tahu rencana Tuhan apa? kita ambil hikmahnya saja." ucap Sisil mencoba menenangkan hati sahabatnya.
Viona tersenyum pahit, ia merasakan seakan dunia tidak adil untuknya. "bagaimana bisa aku harus bersabar, Sisil. Aku sendiri. Sejak kecil, Tuhan tidak memberiku kebahagiaan selain dari mama. Dan sekarang Tuhan juga mengambil sumber kebahagiaanku. Bagaimana aku bisa bertahan dengan keadaan seperti ini?"
Sisil mendekat, ia langsung memberikan pundaknya kepada Viona sahabatnya. Memang berat berasa di posisi Viona. Mungkin saja kalau Sisil berada di posisinya, dia juga akan merasakan hal yang sama. "Vio, tante Rossa sudah memberikan tanggung jawabnya kepada om Steven, kamu harus percaya sama dia. Kamu bisa mendapatkan kasih sayang darinya." kata Sisil. "Di sini juga ada aku. Aku akan menemani hari hari kamu. Kita akan selalu temenan." tambahnya.
Viona hanya menangis dalam dekapan hangat Sisil. Ia tak punya lagi kekuatan untuk berucap. Beban hidupnya terasa berat di saat kehilangan sang mama.
Dunia terus berputar, meski kehilangan telah melanda hati Viona. Namun Viona harus terus tegar dan menjalani hidupnya.
Dua hari berlalu, Viona harus bisa move on dari kesedihannya.
Sesuai amanat dari Rossa, Steven pun memegang janji almarhumah istrinya untuk selalu menjaga Viona. Dia harus bisa memenangkan hati gadis itu agar bisa nurut kepadanya.
"Vio, sampai kapan kamu akan bolos sekolah? masa depan kamu tidak akan berhenti sampai di sini hanya karena kamu kehilangan mama kamu. Jika mamamu melihatmu seperti ini, dia pasti akan bersedih." ucap Steven.
"iya, aku akan bersekolah! Aku tidak akan mengecewakan mama!" sahut Viona.
Pagi, itu Viona sudah siap berangkat ke sekolah. Tampilannya rapi, Gadis itu sudah tidak lagi membuka kancing bajunya. Ia mulai menghormati kata kata Steven sebagai ayah tirinya.
"ayoo kita sarapan." kata Steven datar.
Viona nurut, dia tak banyak bicara. Entah darimana Steven bisa mendapatkan makanan lagi itu, Viona tak bertanya. Apakah Steven memesan atau memasaknya. Viona acuh dan tak perduli.
Suasana di ruang makan hening, tak ada pembicaraan di antara keduanya. Keduanya sama sama bersikap dingin dan acuh.
"ayo, aku antarkan ke sekolah!" kata Steven.
Viona tak banyak bertanya, dia langsung nurut dan langsung masuk mobil. "Vio, aku harap kau jangan sungkan terhadapku. Aku adalah ayahmu meksipun hanya ayah sambung. Ingat, Viona! mama mu sudah memberikan haknya terhadapku."
"iya!" sahut Viona datar.
Sesampainya di sekolah, Teman teman Viona datang dan menyampaikan duka cita.
"Vio, kita menyampaikan duka cita atas kepergian mamah mu!" ucap Alex.
"iya, terimakasih!" sahut Viona datar.
"oh ya Viona. Ayoo kita makan yuk!" kata Sisil. Sisil berniat untuk menghibur Viona yang terlihat bersedih. Memang tidak mudah bagi Viona untuk melupakan kesedihannya saat di tinggal sang mama.
"tapi, aku sudah sarapan, Sil, di rumah." sahut Viona.
"yah, padahal aku sengaja lo dari rumah tidak sarapan, supaya aku bisa sarapan sama kamu di sini." kata Sisil dengan wajah murung.
"kalau gitu, nanti siang kita rame rame makan di kantin, biar Vio gak sedih lagi." Timpal Alex.
Viona menarik sudut bibirnya, ia memaksakan senyumnya agar terlihat baik-baik saja di depan teman-temannya. "terima kasih teman-teman. aku baik-baik saja kok! tenang saja!" sahutnya berusaha santai,
"Nah seperti itu dong, senyum sedikit!" Timpal April.
Teman-temannya tertawa di dalam kelas itu membuat suasana kelas menjadi hangat sehingga meredam kesedihan Viona. Viona sangat bersyukur di tengah kesedihannya teman-temannya hadir untuk sekedar menghiburnya.
Akan tetapi tidak semua teman terlihat senang dan menghiburnya, seperti halnya Cindy, gadis itu terlihat tidak suka Apalagi di saat Alex selalu memberikan perhatiannya pada Viona. Hatinya merasa panas bagai di aduk aduk! Cindy tidak suka jika Alex dekat dekat dengan Viona.