Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Cerita Cindy
Pelan-pelan Olivia membuka matanya, dia mulai duduk, betapa terkejutnya Olivia, saat melihat Brian sedang berdiri didepannya.
Brian yang tadinya sudah bernafsu, kini terpaksa dia harus meredamkan nafsunya.
"Om, kenapa disini ?" tanya Olivia terkejut, karena tidak biasanya Brian berada dalam kamarnya.
"Om...Om, cu, cu, cuma ingin membangunkan mu, iya ingin membangunkan mu." Brian gelagapan, dia gugup dan hampir saja tidak punya alasan.
Olivia mengernyit, dia berpikir untuk apa Papa tirinya itu membangunkannya, sedangkan belakangan ini Brian tidak pernah seperti ini.
"Untuk apa Om ?" tanya Olivia lagi, dia seperti curiga pada pada Papa tirinya itu.
"Om hanya ingin bertanya, dimana Mamamu, karena dari tadi Om tidak melihat Mamamu." Brian beralasan, memang tadinya dia memanggil Nyonya Sera, tapi karena melihat Olivia tidur telentang dengan pakaian terbuka, dia berubah pikiran.
"Tapi tidak mesti aku, Bibi 'kan ada, kenapa Om tidak tanya sama Bibi ?" Olivia seperti mengintimidasi Brian.
"Om juga sudah mencari Bibi, tapi tidak ada, mungkin Bibi keluar membeli sesuatu, makanya Om ingin bertanya padamu.
Olivia berpikir sesaat. "Ada benarnya juga, wajar kalau dia menanyakan sama aku." Pikirnya.
"Gitu ya, aku tidak tau kemana Mama, sekarang Om keluar dulu, aku mau mandi !" Usir Olivia.
"Iya, iya, Om keluar sekarang." Brian segera berbalik dan keluar dari kamar Olivia.
"Sialan, tubuhnya begitu mulus, dan seksi, aku harus mendapatkannya, dan aku harus segera bisa mengambil alih apa yang sudah Sera ambil dari Anak ingusan itu." Gumam Brian dalam hatinya.
Brian sebenarnya tidak perlu takut pada Olivia ataupun Sera, tapi dia takut mengganggu Olivia, Sera akan marah dan dia akan diusir dari rumah ini.
Kalau dia sampai di usir sudah pasti Brian tidak akan lagi bisa berjudi dan mabuk-mabukan karena sekarang ini semua uang yang dia dapat itu dari Sera.
Brian tidak akan diam seperti sekarang ini, dia akan memikirkan rencana untuk merebut semuanya dari Sera.
Keesokan harinya. Cindy membuka matanya, dia lihat Nenek Mirna masih berbaring ditempat tidur yaitu disisinya, lalu Cindy menoleh kesebelah kiri, dia melihat tempat tidur yang ditempati oleh Devan sudah tidak ada penghuninya.
Cindy melirik kesemua arah, namun devan tetap tidak ada. Cindy segera bangun, dia turun dari tempat tidur, Cindy melangkah kebelakang gubuk dan membasuh mukanya disumur.
Selesai membersihkan muka, Cindy kembali masuk kedalam gubuk, dia mencari Devan.
"Kamu cari apa ?" tanya Nenek Mirna ya g sudah terbangun, dan melihat Cindy seperti mencari sesuatu.
"Lelaki itu, dia tidak ada ditempat tidur." Jawab Cindy membalikkan tubuhnya menghadap Nenek Mirna.
Nenek Mirna tersenyum, karena mendengar Cindy menyebut Devan lelaki itu, padahal kemaren Cindy hanya berdua dengan Devan digubuk, tapi keduanya tidak saling berkenalan.
"Devan, namanya Devan, bukan lelaki itu, tadi dia keluar." Nenek Mirna melihat tadi, karena Nenek Mirna sudah terbangun dari tadi, ketika dia sholat subuh.
Devan juga bangun karena dia juga sholat subuh, dan setelah itu Devan tidak tidur lagi, dia ingin berjalan-jalan ditepi pantai.
"Kok Nenek tau nama dia ?" tanya Cindy mengernyit pada Nenek Mirna.
"Hahaha, Nenek tidak seperti kamu, cuek, setidaknya tanyalah siapa namanya, kita disini seperti keluarga, kita tidak tau kapan ataupun tidak bisa kembali selamanya." Nenek Mirna tertawa, sama sikap Cindy.
"Maaf Nek, Cindy baru kenal sama dia,jadi Cindy masih malu, apa lagi dia laki-laki." Jawab Cindy.
"Sudah tidak apa-apa, kita harus saling membantu, kita saling membutuhkan, disini hanya ada kita bertiga sekarang, tidak ada yang lain, jadi kita harus saling melengkapi." Ujar Nenek Mirna lagi menasehati Cindy.
"Iya Nek, aku keluar dulu ya." Cindy keluar dari gubuk dan menuju tepi pantai.
Nenek Mirna hanya mengangguk, dan menggeleng kepala dengan sifat Cindy.
Sebenarnya Cindy gadis yang ramah dan mudah diajak ngobrol, tapi Cindy harus waspada karena dia belum mengenal Devan sebelumnya, juga baru aja bertemu, itu pun karena Devan hanyut ke pulau.
Ditepi pantai Cindy melihat Devan sedang berdiri memandang kelaut lepas.
Devan sudah sehat kembali, dia sudah seperti saat belum kecelakaan, namun beberapa goresan masih membekas ditubuhnya.
Devan memakai baju peninggalan suami Nenek Mirna, karena bajunya sedang dijemur.
Cindy melangkah pelan, dia menghampiri Devan yang berdiri memandang laut.
Laut yang begitu luas membentang, tidak ada satu perahu pun yang terlihat dari pandangan mata Devan.
"Lautnya sangat indah, udaranya segar, airnya begitu tenang, tapi tidak memberikan ketenangan hati." ujar Cindy berdiri disisi kiri Devan.
Devan menoleh, mantap Cindy, wajah yang begitu cantik, walaupun tanpa polesan, ditambah lagi angin yang bertiup menerpa surai Cindy.
"Iya, sangat indah, tenang, damai, tapi mengapa tidak bisa memberikan ketenangan dihati seseorang ?"Devan menanggapi ucapan Cindy.
"Aku Cindy," Cindy mengulurkan tangannya pada Devan, yang kembali menatap laut.
Devan menoleh lagi, dia menyambut uluran tangan Cindy padanya. " Aku Devan," jawab Devan juga mengenalkan dirinya.
Setelah memperkenalkan diri, tangan keduanya terlepas, Cindy membalikkan tubuhnya, berjalan sembari berbicara, sedangkan Devan mengikuti Cindy dari belakang, dia mendengarkan cerita Cindy.
"Aku berada disini, karena aku dibuang oleh Ibu tiriku, tiga tahun telah berlalu, aku masih disini, pulau ini tidak terjamah oleh orang, harapan untuk kembali sangat tipis, bahkan tidak mungkin."
"Nenek Mirna, saat aku pertama disini, dia sudah 12 tahun disini, ditambah kehadiranku tiga tahun, sekarang kamu juga disini, namun tidak tau sampai kapan kita akan tetap disini," lanjut Cindy lagi.
Devan yang mengikuti dari belakang, dia hanya diam mendengar cerita Cindy, hingga sampai disebatang pohon yang sudah lama tumbang.
Keduanya duduk disana, pandangannya menghadap kelaut lepas.
"Oh ya, kamu berasal dari mana ?" tanya Cindy dengan mata masih menatap laut.
"Aku dari kota J," jawab Devan pandangannya sama seperti Cindy juga menatap laut.
"Aku berasal dari kota B, Papa dan Mamaku meninggal, saat itu aku baru berumur 15 tahun lebih, dan aku dibuang kepulau ini, karena aku memergoki Ibu tiriku berselingkuh."
"Berapa umurmu ?" tanya Cindy, sekarang Cindy tidak malu lagi dan seperti sudah akrab dengan Devan.
"Aku sekarang 27 tahun," jawab Devan, matanya tidak menoleh, dia masih memandang laut.
"Pekerjaanmu apa ?" tanya Cindy lagi.
"Kenapa tanya pekerjaan, aku belum mengenal sangat gadis ini, apa aku harus memberitahu pekerjaanku, tapi bagaimana kalau dia dan Nenek Mirna Pura-pura baik, pada suatu saat mereka menyandera ku dan meminta tebusan, kalau tau aku punya kekayaan, tidak, lebih baik aku bohong aja, nanti kalau dia benar-benar baik, aku akan memberitahunya." pikir Devan.
Bersambung.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..