NovelToon NovelToon
Netherworld Spirit Realm

Netherworld Spirit Realm

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Persahabatan / Roh Supernatural
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.

Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.

Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.

⚠️pict : pinterest ⚠️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Tanpa memberi kesempatan untuk bertanya, ia melangkah mundur dan berdiri tegak di tengah arena batu.

Gu Tian memberi senyuman kecil dari samping. “Saran dariku: kalau kalian mau hidup, bekerjalah sama. Tapi hei, kadang mati sendiri juga lebih terhormat.”

Yin Lian menarik napas dalam dan menatap dua rekannya.

“Kita harus cepat putuskan. Satu lawan satu jelas bunuh diri. Kalian lihat sendiri, dia bukan manusia biasa.”

Ling Shu menoleh cepat, “Aku setuju. Tapi kita juga belum tahu gaya bertarung satu sama lain. Bagaimana bisa kita selaras dalam waktu singkat?”

Yue Xian tetap tenang. “Kalau kita ragu, kita kalah. Setidaknya dalam kelompok, kita punya peluang untuk bertahan beberapa menit.”

Yin Lian mengangguk mantap. “Aku akan maju di garis depan. Martial Soul-ku adalah Phantom Shadow Spirit. Aku bisa bergerak cepat dan menyerang dari titik buta.”

Yue Xian menyusul, suaranya tetap dingin tapi tegas. “Aku akan menahan ritme pertempuran dari tengah. Celestial Moon Orb Spirit milikku mampu mengganggu konsentrasi dan aliran energi musuh.”

Ling Shu mengangguk pelan, tatapannya lembut tapi mantap. “Aku akan mendukung dari belakang. Dengan Jade Butterfly Spirit, aku bisa memperkuat kemampuan kalian dan melemahkan musuh perlahan.”

Mereka saling bertukar pandang. Tak perlu banyak bicara lagi.

“Kita bertiga. Bersama,” ujar Yin Lian.

Mereka berjalan menuju tengah arena.

Zhou Wuchen mengangkat satu alis, senyum tipis menghiasi wajahnya seolah telah menebak jawaban mereka sejak awal.

“Bertiga, ya? Baik.”

Ia menjentikkan jarinya ke udara. Lingkaran batu putih di bawah kaki mereka mulai menyala—bukan lagi putih biasa, melainkan merah darah, seperti menyambut para korban yang akan dikorbankan. Aura menakutkan meledak dari tubuh Zhou Wuchen, membuat seluruh arena seketika berat dan sunyi. Tekanan spiritual itu menyerang langsung ke dalam jiwa mereka, membuat napas tercekat dan jantung berdetak jauh lebih cepat dari normal.

Dari kejauhan, Gu Tian melipat tangan dan menyandarkan tubuh pada tiang batu besar di samping arena. Ia menyunggingkan senyum kecil yang entah menghibur atau mengejek.

“Waktunya kalian melihat apa arti sebenarnya dari ‘Infernal’…”

Yin Lian maju satu langkah ke depan. Udara di sekitarnya bergelombang saat bayangan hitam merayap dari bawah kakinya. Dalam sekejap, sosoknya terbelah menjadi dua—ilusi bayangan yang bergerak bersamaan dengannya, sulit dibedakan mana asli mana palsu. Mata tajamnya mengunci Zhou Wuchen.

Yue Xian berdiri di tengah, memanggil Orb Bulan Peraknya yang berputar mengelilinginya perlahan. Cahaya dari orb itu lembut namun mengancam, membuat riak energi kecil muncul di udara. Setiap gerakan orbs tersebut seolah menciptakan denyut yang memengaruhi ritme sekitar.

Ling Shu menutup matanya sejenak. Di belakangnya, kupu-kupu giok terbentuk perlahan dan mulai beterbangan mengelilingi rekan-rekannya. Sayap mereka mengeluarkan kilau hijau yang memberi efek regenerasi dan peningkatan fokus.

Zhou Wuchen tetap tidak bergerak. Tubuhnya seperti gunung—tidak bergeming, tidak terpengaruh. Tapi senyumnya sedikit melebar.

“Tunjukkan padaku... bahwa kalian pantas disebut monster.”

Dan pertempuran dimulai.

Begitu Zhou Wuchen melangkah ke tengah arena, suasana langsung berubah. Tanah di bawah kaki sedikit bergetar, seolah mengenali siapa yang berdiri di atasnya. Tanpa satu kata pun, sang guru mengangkat tangannya ke atas.

Tujuh spirit ring muncul mengelilingi tubuhnya:

💛 Dua kuning. 💜 Dua ungu. 🖤 Tiga hitam.

Aura berat menyebar cepat, membuat udara seolah terhisap keluar dari ruang terbuka. Cahaya dari spirit ring-nya menari-nari di tanah berbatu, menciptakan bayangan panjang di bawah kaki para murid.

Ling Shu bergerak pertama. Ia melangkah pelan ke depan, kedua telapak tangannya terangkat. Dua spirit ring kuning menyala pelan, dan dari punggungnya, Jade Butterfly Spirit muncul—kupu-kupu kristal berwarna pink lembut dengan cahaya hangat yang menyebar pelan.

Aura tenang muncul di sekelilingnya, seperti embusan angin musim semi. Sayap kupu-kupu itu berkibar, menyebarkan partikel halus yang memeluk rekan-rekannya dengan pelindung tipis dan energi pendukung.

Yue Xian tidak tinggal diam. Ia berdiri dengan punggung tegak, mengangkat satu tangan. Dua spirit ring, satu kuning dan satu ungu, naik perlahan. Di depan tubuhnya, Celestial Moon Orb mengambang—bola perak kehijauan yang tampak seperti bulan yang tertutup kabut tipis.

Aura mengalir dari tubuhnya, dingin dan terkontrol, seperti air yang menekan permukaan tanpa benar-benar meledak. Ia tidak bicara, tapi tatapannya mengatakan segalanya—tenang, siap, dan fokus.

Dan kemudian, semua mata beralih pada Yin Lian.

Gadis itu menatap arena sejenak sebelum menghela napas pelan. Dengan satu gerakan ringan, ia memanggil martial soul-nya: Phantom Shadow Spirit. Sosok gelap muncul dari balik bayangannya, samar seperti kabut malam yang tak bisa disentuh. Energinya pekat—perpaduan ungu tua dan hitam pekat yang menciptakan kontras mencolok dengan warna biru aura alami miliknya.

Tiga spirit ring muncul bersamaan.

💜💜💜

Tiga-tiganya berwarna ungu. Sepuluh ribu tahun. Tak ada satupun yang kuning.

Dai Yushen memicingkan mata. “Serius...?” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. “Semua ring-nya… ungu?”

Zhou Wuchen bahkan menghentikan langkahnya. Tatapannya terpaku, bukan karena tak percaya, tapi karena rasa tertarik yang mendalam.

“Tiga cincin sepuluh ribu tahun. Spirit ring pertamamu ungu…” gumamnya. “Luar biasa. Bahkan monster sekalipun akan berpikir dua kali untuk mencobanya.”

Ia menoleh ke arah Gu Tian sambil mengangkat alis.

“Bagaimana, Gu Tian? Dia setahun lebih muda darimu tapi satu tingkat lebih tinggi. Apakah kau merasa kalah?”

Gu Tian tak menunjukkan rasa tersinggung. Ia hanya tersenyum, menyandarkan tubuhnya ke tiang batu terdekat.

“Kalau yang menyalipku secepat itu, sebut saja dia komet. Aku sih masih menikmati pemandangan di belakang.”

Zhou Wuchen tersenyum tipis tapi tidak melanjutkan komentarnya. Sorot matanya kembali fokus ke tiga murid di depannya.

Yin Lian sendiri tidak bereaksi terhadap perhatian itu. Ia hanya menarik keluar belati pendek berbilah biru gelap dari sarung di pahanya. Gerakannya ringan, tapi penuh kepastian.

Pisau itu sederhana, tak ada ukiran atau lambang sekte. Tapi ia memegangnya dengan cara berbeda—bukan sekadar senjata, tapi seperti sesuatu yang bermakna.

“Senjata ini bukan karena aku tak punya yang lebih kuat… Tapi karena aku berjanji tidak akan menunjukkan yang sebenarnya.”

Satu sisi bibirnya terangkat sedikit. Tidak sombong. Hanya... yakin.

Gu Tian, yang menyaksikan dari sisi arena, menatapnya dengan senyum heran. “Dia nggak main-main ya…”

Ling Shu mendekat ke posisi samping kanan Yin Lian.

“Aku jaga kalian. Tapi jangan harap aku bisa tahanin semua serangan sendirian.”

Yue Xian di sisi kiri hanya menjawab pelan, “Asal kamu jangan tumbang duluan.”

Yin Lian tersenyum kecil.

“Kita mulai saat aku buka jalan.”

Aura dari ketiganya mulai menyatu, membentuk formasi segitiga seimbang—penyerang, pengendali, dan pendukung.

Zhou Wuchen menurunkan tangannya. Cincin roh pertamanya mulai menyala, dan tekanan spiritual langsung melonjak. Udara berdesir, seperti akan runtuh.

1
MARQUES
thor cerita nya bagus tapi pas baca selalu ada kata yang terulang terus bukan 1 bab tapi hampir semua bab tolong di revisi ulang thor biar yang baca enak dan nyaman 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!