Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 012. Perdebatan Kecil di Kamar Jenderal Wang
"Apa kamu yakin anak laki-laki itu bisa mengobati penyakit suamiku, Mingyu?" tanya Yin Chao Xin masih belum yakin.
Chen Mingyu tidak bisa langsung menjawab pertanyaan istri Tuan Jenderal itu. Sedangkan dia juga sebenarnya belum yakin secara penuh akan kemampuan Zhao Jinlong. Itulah makanya dia bingung mau jawab apa pertanyaan junjungannya itu.
"Kamu sudah tahu sendiri kalau Wang Bao Zhen, suamiku sedang tertimpa penyakit hebat," kata Yin Chao Xin lagi di saat Chen Mingyu masih terdiam. "Sudah banyak tabib terkenal dan hebat yang telah mengobatinya, tapi belum juga kunjung sembuh sampai sekarang."
"Sekarang kamu membawa seorang anak kecil yang katamu hendak mengobati suamiku," lanjut Yin Chao Xin. "Apa kamu hendak bermain-main dengan junjunganmu, Chen Mingyu?"
"Maafkan saya, Nyonya Jenderal," kata Chen Mingyu bernada takut semakin menghaturkan sikap hormatnya. "Saya tidak bermaksud demikian."
"Paman, sebaiknya suruh kembali saja Saudara Zhao Jinlong itu ke keluarganya!" pinta Wang Chun Hua bagai memberi keputusan, tanpa bermaksud mengusir, meski nada suaranya agak kesal. "Nanti orang tuanya mencarinya, Paman juga yang akan repot."
Ketika Wang Chun Hua berkata demikian dan dapat didengar oleh Zhao Jinlong, barulah anak laki-laki berumur 12 tahunan itu mulai menghiraukan keadaan.
Pertama Zhao Jinlong memandang Wang Chun Hua. Sepintas memandang, bocah laki-laki 12 tahunan itu sudah bisa mengetahui kalau gadis kecil yang namanya belum dia kenal itu bukanlah tergolong gadis yang angkuh atau sombong, meski dia seorang bangsawan.
Zhao Jinlong bisa memaklumi bahwa Wang Chun Hua sampai bersikap demikian karena terdorong oleh rasa tidak percayanya jika Zhao Jinlong mampu menyembuhkan ayahnya.
Alasannya sudah dapat ditebak, yaitu karena Zhao Jinlong hanyalah seorang anak kecil yang tidak punya pengalaman berarti dan tidak bisa apa-apa.
Demikian pula sikap yang ditunjukkan sang istri Jenderal Wang saat Zhao Jinlong beralih memandang wanita yang masih tampak muda itu. Sikapnya sama dengan putrinya.
Sedangkan Zhao Jinlong amat memaklumi akan hal itu.
Tapi, eh..., saat Zhao Jinlong memandang pada Nyonya Yin, wajah wanita itu ada sedikit kemiripan dengan bundanya, Yin Huang. Sehingga beberapa helaan napas lamanya dia terkenang akan bunda tercintanya itu.
Namun sepertinya Zhao Jinlong tidak ingin dulu terlalu memikirkan hal itu semua. Tidak ingin memikirkan dulu sikap kedua ibu dan anak itu, tidak ingin dulu memikirkan kemiripan wajah Nyonya Jenderal dengan wajah bundanya, Yin Huang.
Pula Zhao Jinlong tidak ingin menerangkan tentang siapa dirinya, kemampuannya dalam ilmu pengobatan, atau keterangan yang semisal.
Zhao Jinlong hanya ingin cepat-cepat mengobati Jenderal Wang Bao Zhen. Karena menurut hasil pemeriksaannya tadi kalau penyakit yang diderita sang jenderal memang sudah parah.
Oleh karena itu, setelah memandang kedua ibu anak itu, dia lantas berkata bernada penuh sopan santun kepada Yin Chao Xin.
"Bolehkah saya memeriksa Tuan Jenderal sekarang, Nyonya?"
"Maaf, Nak, saya harap kamu tidak kelewat batas dalam bergurau," kata Yin Chao Xin bernada ketus bercampur kesal, menolak permintaan Zhao Jinlong.
"Kalau kamu ingin minta sedekah, saya akan berikan," lanjut Nyonya Jenderal masih ketus. "Tapi tolong, jangan ganggu kami di sini! Suami saya sedang sakit keras."
"Nyonya, penyakit Tuan Jenderal sudah semakin parah," kata Zhao Jinlong lagi menerangkan, tak bosan untuk meyakinkan. "Kalau tidak cepat disembuhkan sekarang, bisa merenggut nyawa Tuan Jenderal lebih cepat lagi."
"Jadi, Nyonya, tolong biar saya memeriksa Tuan Jenderal terlebih dahulu," lanjut Zhao Jinlong terus membujuk, "baru nyonya bisa menilai, apakah saya pantas mengobati Tuan Jenderal atau tidak."
"Kamu sepertinya keras kepala juga, Zhao Jinlong!" kata Wang Chun Hua setengah menghardik, jelas sekali kekesalannya setelah berdiri dari tempat tidur dan menghadap ke arah Zhao Jinlong.
"Sebaiknya kamu pergi saja dari sini!" perintah Wang Chun Hua jelas mengusir. "Bualanmu tidak akan laku di sini!"
★☆★☆
Zhao Jinlong terdiam sejenak seraya menatap gadis cantik berwajah oval itu seolah mempertimbangkan perintahnya. Lalu kembali beralih memandang pada Yin Chao Xin yang masih menatap kesal kepadanya.
Wanita cantik yang masih tampak muda itu sama sekali tidak ada gelagat ingin menahannya. Bahkan sikapnya seperti menyetujui ucapan putrinya yang memerintahkan dirinya agar keluar saja dari kamar ini.
Sedangkan Chen Mingyu yang masih berada di ruangan itu tampak diam saja. Tapi sikapnya seperti serba salah.
Mau membujuk Nyonya Jenderal agar Zhao Jinlong biar mengobati Jenderal Wang Bao Zhen terlebih dahulu, dia tidak punya bukti kuat akan kehebatan Zhao Jinlong dalam dunia medis.
Mau mencegah Zhao Jinlong agar jangan pergi dulu, biar dia menunjukkan kehebatannya dulu dalam hal ketabiban, jelas dia tidak berani.
Kalau sudah begitu situasinya....
"Baiklah," kata Zhao Jinlong akhirnya memutuskan. "Saya akan meninggalkan tempat ini, Nyonya."
Lalu Zhao Jinlong merapatkan kedua telapak tangannya di depan dadanya sambil sedikit menundukkan kepalanya. Terus berkata penuh rasa hormat dan sikap sopan santun.
"Maaf kalau saya sampai mengganggu ketenangan Anda sekalian."
"Tunggu!" seru Nyonya Yin mencegah kepergian Zhao Jinlong yang hendak berbalik menuju pintu keluar.
Zhao Jinlong terpaksa urung untuk berbalik. Terus memandang pada Yin Chao Xin dengan tatapan tidak mengerti.
Sedangkan Yin Chao Xin, setelah mengambil beberapa keping uang logam, lalu dia melangkah menghampiri Zhao Jinlong.
Begitu telah sampai di depan anak laki-laki itu, nyonya muda itu mengangsurkan tangan kanannya yang menggenggam beberapa keping uang pada Zhao Jinlong, terus berkata.
"Ini ambillah sedikit pemberian dari saya, Nak!"
Nada suaranya tidak ketus lagi seperti tadi, tapi terdengar datar. Seperti masih kesal atas sikap Zhao Jinlong tadi yang dianggapnya lancang.
"Maaf, Nyonya Jenderal, saya belum mengobati Tuan Jenderal," Zhao Jinlong hanya memandang tangan Yin Chao Xin yang memegang kepingan uang logam sekilas, terus memandang ramah pada nyonya muda itu. "Jadi saya belum pantas menerima upah."
"Ini bukan upah atas kamu berbuat sesuatu," kata Yin Chao Xin menerangkan. "Tapi ini pemberian dari saya secara suka rela. Sepertinya kamu membutuhkannya."
"Maaf, Nyonya, bukan saya tidak membutuhkan uang," kata Zhao Jinlong menolak secara halus seraya terus tersenyum santun. "Tapi saya masih punya perbekalan. Jadi saya belum bisa menerima pemberian nyonya."
"Tidak usah malu kalau kamu memang butuh uang," kata Wang Chun Hua masih sedikit ketus nada suaranya sambil menghampiri Zhao Jinlong. "Kami pasti akan memberikannya, tidak usah kamu pake membual segala."
"Kami juga tidak akan mempermasalahkannya kalau kamu datang ke sini memang butuh uang...."
"Maaf, Nyonya, maaf, Nona Muda, saya permisi."
Kemudian Zhao Jinlong segera berbalik dengan sedikit cepat, tanpa ada ketersinggungan dalam sikapnya. Terus melangkah menuju pintu, hendak tinggalkan tempat ini.
Sedangkan Nyonya Yin dan Wang Chun Hua hanya saling pandang melihat perbuatan Zhao Jinlong. Mereka juga tidak memaksa bocah itu untuk menerima pemberian dari mereka. Lebih lagi tidak ada niat mencegah kepergian Zhao Jinlong.
Namun baru saja dua langkah Zhao Jinlong berjalan....
"Biarkan anak itu menunaikan tugasnya! Jangan kalian membiarkannya pergi!"
Seketika terdengar suara dari arah tempat tidur bernada menegur. Meski suaranya terdengar lemah dan sedikit pelan, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang yang ada di ruangan itu.
Serta-merta semua orang yang ada di situ selain Zhao Jinlong menoleh ke sumber suara. Sedangkan Zhao Jinlong terpaksa berhenti melangkah. Terus berbalik dan ikut memandang ke arah sumber suara pula.
Dan tidak pake lama, mereka semua mendapati Jenderal Wang Bao Zhen yang ternyata telah mendusin. Mungkin saja dia terbangun karena terpengaruh oleh keributan kecil di ruangan ini.
Semua orang memandang padanya, namun lelaki yang sebenarnya gagah itu cuma menatap satu orang, yaitu bocah Zhao Jinlong.
Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Jenderal Wang Bao Zhen saat menatap Zhao Jinlong, namun tatapannya yang sayu seakan menyiratkan sebuah harapan baik untuknya.
★☆★☆★