DEWI Dari LEMBAH IBLIS

Raja Ji mempunyai kediaman sendiri di ibu kota. Letaknya setengah jam perjalanan ke istana menggunakan kereta kuda. Jika menggunakan kuda sendiri bisa lebih cepat lagi.

Rumah-rumah yang menjadi tetangganya juga bukan dari kalangan biasa. Kebanyakan dari mereka merupakan bangsawan kelas atas.

Rumah itu sebenarnya merupakan hadiah dari kaisar setelah Raja Ji memenangkan peperangan dengan bangsa asing.

Di kediaman Raja Ji tidak mempekerjakan banyak pelayan. Semua pelayan dan pengawal berjenis kelami lelaki. Tidak seorangpun wanita yang tinggal disana.

Kepala pelayan yang bertugas disana berusia lima puluh tiga tahun. Mempunyai rumah sendiri yang tidak jauh dari kediaman Raja Ji. Beliau akan datang setiap pagi buta dan pulang saat malam hari.

Ada sekitar dua puluh pelayan dan pengawal yang bekerja disana. Sebagian dari mereka tinggal disana. Ada rumah khusus yang sudah dipersiapkan untuk para pengawal dan pelayan. Jadi meski mereka tidak pulang ada kamar yang bisa mereka tempati.

Hari ini Raja Ji tiba di kediamannya. Semuanya menyambut dengan gembira.

"Selamat datang kembali Tuan," ucap mereka dengan serempak saat Raja Ji turun dari kudanya.

Raja Ji hanya mengangguk dengan raut wajahnya yang terlihat datar. Tanpa berbasa basi ia lansung berlalu menuju bangunan yang ia tempati. Ada dua pengawal yang mengikutinya dari belakang. Keduanya juga memiliki wajah yang terlihat datar seperti Raja Ji.

Setelah tiba di depan kamarnya , Raja Ji meminta keduanya untuk kembali ke kamar masing-masing.

Struktur rumah Raja Ji tidak jauh beda dengan rumah bangsawan pada umumnya. Ada beberapa bangunan yang dibangun secara terpisah. Setiap bangunan memiliki kegunaan masing-masing.

Sayap kanan memiliki dua bangunan. Bangunan pertama merupakan ruang tamu. Jika ada tamu yang datang berkunjung , Raja ji akan menemuinya di sini. Selain ada ruang tamu ada juga dua kamar yang disediakan untuk tamu yang ingin menginap. Sejauh ini hanya dua sahabatnya yang pernah menginap di kamar tersebut.

Bangunan lainnya merupakan ruang kerjanya.

Sayap Kiri juga memiliki dua bangunan. Satu sebagai gudang senjata dan satu bangunan lagi ada beberapa kamar yang disediakan untuk anggota keluarganya.

Bangunan yang ada di tengah merupakan tempat tinggalnya. Selain kamar tidur ada kamar mandi dan juga kamar untuk bersantai.

Sebelum dua pengawal itu kembali ke kamarnya Raja Ji meminta itu salah satu dari mereka agar memanggil pelayan mengisi air di dalam kamar mandinya. Yang sebenarnya tanpa ia suruh sudah dua pelayan yang mengisinya.

Sebenarnya Raja Ji memiliki kolam pemandian sendiri, namun ia terlalu malas. Jadi lebih baik mandi dikamar mandi saja.

Selesai mandi Raja Ji istirahat sebentar sebelum pergi ke istana untuk melapor. Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang, hari ini ia terlalu lelah. Tak butuh waktu lama untuk terlelap dalam mimpi.

Setelah bangun tidur Raja Ji bersiap untuk ke istana. Setibanya di istana, Raja Ji tidak langsung menghadap Kaisar Wang Ming. Namun mendatangi kediaman Ibu Ratu.

"Apa Ibunda Ratu ada didalam? " tanya Raja Ji pada kasim yang berjaga diluar.

"Maaf Raja Ji . ...Yang Mulia Ratu pergi ketaman bersama putri ."

Akhirnya raja Ji menyusul ke taman. Ratu memang lebih suka menggunakan waktu luangnya untuk bersantai di taman.

Ada berbagai jenis bunga ditanam disana. Di tengahnya ada kolam kecil yang berisi ikan hias.

Raja Ji berjalan dengan langkah lebar. Ternyata yang ada ditaman bukan hanya ratu dan putrinya , namun yang mulia kaisar beserta semua saudaranya berkumpul bersama.

Dari kejauhan raja Ji sudah mendengar suara nyaring adik bungsunya yang tak lain Putri Wang Chu Ran.

Putri Wang Chu Ran saat ini masih usia delapan tahun. Anaknya ramah dan suka mengerjai para pelayannya. Berbanding terbalik dengan sang Kakak Putri Wang Yuwan. Keduanya memiliki sifat yang berbeda jauh.

Putri Wang Yuwan hanya berbeda dua tahun dengan Raja Ji. Saat ini ia sudah menjadi seorang istri dan juga ibu dari putrinya yang berusia empat bulan.

Putri Wang Yuwan sebenarnya tinggal diluar istana mengikuti sang suami. Mendengar Kakak keduanya tiba dari perbatasan, Putri wang yuwan bergegas datang membawa putranya.

"Ehm...ehmm..."

"Gege Ji!" pekik putri wang Chu Ran begitu melihat kakanya datang.

Bahkan sampai berlari menghampirinya. Tidak sampai disitu, Putri Wang Chu Ran juga melompat kedalam pelukan Raja Ji. Mau tidak mau , Raja Ji menggendong Putri wang Chu Ren ala koala.

"Sudah besar kok masih manja," goda Raja Ji sambil tersenyum. Bibir Putri Wang Chu ran langsung mengerucut .

"Mei mei kangen sama Gege. Sudah lama gege tidak pulang ke rumah," keluh Putri Wang Chu Ran dengan cemberut.

"Maaf...Gege memang masih banyak tugas. Tapi kali ini Gege memiliki banyak waktu luang sebelum memulai pekerjaan," hibur Raja Ji dengan lembut. Perlakuan yang pernah diterima orang lain selain anggota keluarganya.

Raja Ji Membawa putri Wang Chu Ran mendekati keluarganya yang lain.

"Salam hormat Kaisar...Ibu Ratu," sapa Raja Ji pada kedua orang tuanya.

"Duduklah. Akhirnya Kamu pulang juga," sambut Kaisar wang Ming dengan lembut.

"Terima Kasih Kaisar."

"Pada siapa kau bersikap sopan seperti itu? Kita sedang tidak berada di luar. Panggil saja Ayah seperti biasa."

Semua tersenyum mendengarnya. Kaisar Wang Ming memang sangat hangat pada keluarganya. Diluar konteksnya menjadi seorang kaisar, ia juga ingin merasakan hangatnya keluarga seperti lainnya.

"Gege," panggil putri Wang Yu Wan yang duduk disamping sang suami. Suami putri Wang Yu Wan seorang menteri keuangan. Menteri termuda dari semua menteri.

"Dimana keponakan cantikku?' tanya Raja Ji dengan hangat. Ia memang sudah lama tidak kembali ke ibu kota. Bahkan pernikahan adiknya sendiri ia harus menumpas musuh diperbatasan. Sekarang ia tahu jika sang adik memiliki seorang putri yang masih berusia empat bulan.

"Tidur di kamar. Apa gege baik-baik saja?"

"Tetap tampan seperti biasa," gurau Raja Ji dengan tersenyum.

"Mei-mei sudah memiliki suami yang tampan. Sekarang mana hadiahnya?"

"Ada di rumah. Mei-mei bisa bawa Menteri Wei untuk berkunjung kesana. Tapi ini buat keponakan tersayangku."

Raja Ji mengambil tiga buah Giok dari dalam sakunya. Selain untuk putri dari Putri Wang Yu Wan, ia juga memberikan pada keponakan yang lain. Hal itu membuat Putri Wang chu Ran cemburu.

"Punya Mei-mei mana?"

"Waduh...Gege lupa."

"Ayah!" rengeknya pada Kaisar Wang Ming.

"Jangan goda lagi," tegur kaisar Wang Ming sambi tersenyum.

"Baiklah...Nanti ikut gege pulang ke rumah."

"Siap!"

Semua tertawa melihat tingkah laku Putri Wang Chu Ran yang menggemaskan. Kaisar Wang Ming dan sang Ratu sangat bersyukur melihat anak-anaknya bisa rukun. Kebersamaan seperti ini yang selalu ia inginkan. Mereka berharap sampai kapanpun mereka bisa saling sayang dan saling menjaga seperti ini.