Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Alisa menggoda Ruben
Penjual pasar tak mampu berkedip ketika Jingga membeli begitu banyak sayuran dan daging dijongko miliknya yang hampir ludes.
"Ini uangnya, dan kembaliannya untuk bapak saja," ucap Jingga sambil memberikan uang sepuluh lembar kepada pedagang.
"Terima kasih, neng geulis. Semoga rejekinya melimpah selalu," ucap bang Udin sambil tersenyum dan menerima uang sepuluh lembar.
Setelah urusan dipasar selesai, Jingga berhasil melarikan diri dari kejaran para preman yang hendak melecehkan harga diri dan martabat wanita, Jingga sudah menyiapkan seluruh bahan-bahan persediaan makanan didapur. Ia pun segera bergegas kemansion utama Karindra dengan tas belanjaan yang dia bawa.
Jingga meletakan berbagai macam sayur-mayur untuk dia olah menjadi matang dan tak ketinggalan dia memakai celemek berwarna merah muda, lalu Ia mulai mencuci bersih sayuran segar, lalu ia mulai memotong tipis-tipis sayuran berwarna hijau, dan daging yang sudah ditumis.
Siulan merdu diiringi senyuman manis Jingga membuat pria yang berstatus suami sirihnya ini melihat dan mencium bau aroma masakan yang menggugah selera makannya.
Perlahan Ruben pun menghampiri Jingga dari arah belakang, ia memeluk Jingga dengan erat, menempelkan dagu kebahu sang istri, dan mendengus aroma khas wanitanya.
Perasaan nyaman dan tenang mereka bisa rasakan sesaat, namun dibalik pintu besar tersebut mata bulat Alisa tertuju pada mereka, lalu ia pun mengempalkan kedua tangannya. Dia merasa kesal dengan sikap Ruben yang sedang bermesraan dengan istri sirihnya.
"Dia itu hanya istri sirih, tapi kenapa istri sirih seperti dia menjadi ratu dihati Ruben. Aku tidak akan pernah biarkan Jingga untuk mengambil Ruben terlalu lama. Aku akan segera membuat kamu menderita disini," batin Alisa.
Perasaan cemburu menggerogoti di relung hati Alisa terdalam, ia kecewa dengan sikap Ruben yang selalu mesra dan manis bersama Jingga sedangkan Alisa dibuatnya harus merasakan pedih bagai tertusuk pedang yang sangat panjang.
"Awas kamu Jingga, aku akan pastikan kamu menderita disini dan tak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan lagi," imbuhnya dalam hati.
Di sudut lain, mereka berdua saling curi pandang penuh rasa cinta, lalu Ruben mengecup jenjang leher putih milik Jingga, sehingga Jingga merasa terbuai.
Ruben pun berbisik." ayo buat anak yang banyak."
"Jangan gila kamu, mas Ruben ini didapur," keluh Jingga.
Tanpa basa-basi lagi Ruben pun segera menggendong tubuh Jingga bagai Koala yang tak sabaran untuk memadu kasih mesra didalam kamar sempit dipaviliun tanpa memperdulikan lagi Cctv yang tergeletak didepan matanya.
Napas mereka memburu saat ciuman yang sangat memabukkan itu terus terjadi tanpa lagi memperdulikan beberapa maid yang mulai berbisik-ria
"Idih, pembantu simpanan bos. Kok bisa tidak tahu malu disini?" tanya Bi siti
"Pakai susuk kali ya, jadi pak Ruben terpikat oleh kecantikan dia," seloroh inem.
Pembantu lain datang bernama Ijah." Hus! Kalian ngapain sih ngomongin Jingga. Tidak baik berburuk sangka pada orang lain."
"Ini tidak berburuk sangka, ini nyata. Harusnya bi Ijah lihat si Jingga yang kecentilan sama pak Ruben," ucap inem.
"Sudahlah, kita tidak berhak ikut campur. Tugas kita disini masih banyak, lebih baik sekarang kalian bersih-bersih pada area lain," ucap bi Ijah.
"Oke," ucap serempak.
*
*
Setelah malam bergelora dan panas yang Jingga dan Ruben lakukan sebagai pasangan suami-istri.
Tak terasa waktu bergulir begitu cepat, seperti biasa dipagi yang buta, Jingga kini sudah terbiasa untuk membersihkan seluruh area mansion dan paviliun milik kediaman Karindra, Bahkan Jingga hari ini bersiap diri untuk mengundurkan diri dari kantor Arga sesuai keinginan sang suami.
"Sebaiknya aku turutin saja deh keinginan mas Ruben untuk mengundurkan diri dari kantor Arga supaya aku lebih dekat dengan mertuaku yang galaknya harus dibasmi," ucap Jingga sambil mengambil tas dan pergi.
***
Di lain sisi,
Alisa merasa panas ketika tadi malam dia merekam semua adegan panas itu dalam memorinya, ia tak bisa terima dirinya sebagai istri sah dari Ruben Karindra tidak diberi nafkah batin, layaknya suami-istri sedangkan kepada istri sirih, Ruben selalu memberikan nafkah batin.
"Aku tidak bisa terima," ucap Alisa sambil membanting semua alat make up.
Alisa menatap jendela sambil menghela napasnya, ia melihat kearah bawah dan yang terlintas sesosok wanita yang sedang tergesa-gesa memanggil ojek online
"Itu gadis miskin, sialan! baguslah dia pergi. Itu artinya aku bisa menggoda Ruben," ucap Alisa.
Alisa yang merasa harga dirinya tersakiti, memilih berbagai lingerie yang menawan dan cantik untuk dia pakai.
"Ini saja deh," ucap Alisa sambil menunjuk lingerie berwarna merah.
Setelah ia memilih warna yang mencolok, ia pun duduk dimeja rias dengan tersenyum smirk, lalu mengoles bedak tabur berwarna kecoklatan dipipi mulusnya, tak lupa ia juga mengoles lipstik tebal berwarna merah jambu, lalu ia juga mengambil botol kecil, hingga dia mencelupkan dan mengoleskan dibulu mata lentiknya untuk menarik perhatian sang suami.
Setelah selesai berdandan ria, ia pun menuju dapur untuk membuatkan Ruben secangkir kopi panas, lalu ia pun segera menuju paviliun dengan langkah kaki yang tergesa- gesa.
Klik!
[Pintu kamar terbuka]
Alisa melihat Ruben yang masih mendengkur halus membuat dia merasa semakin terpesona akan wajah karismatiknya.
Alisa pun dengan percaya diri yang penuh menghampiri Ruben yang terlelap dalam mimpi.
"Ini kesempatan aku merayu dia, aku yakin dia akan terbuai dengan pesona kecantikan aku yang paripurna ini," ucap Alisa sambil meletakan kopi dinakas.
Alisa duduk disamping Ruben tertidur pulas, ia mengelus wajah Ruben yang tampan, lalu mulai mengecup kening Ruben, pipi Ruben, dan mulut tipsnya yang belum pernah ia cicipi sebelumnya.
Ruben menggeliat karena merasa terusik akan apa yang sedang Alisa lakukan padanya, perlahan mata Ruben mulai terbuka lebar dan terperanjat melihat ada Alisa dengan jarak yang sangat dekat di wajahnya.
"Ish! apa yang kamu lakukan disini?" tanya Ruben dengan nada ketus.
"Aku ini kan istri kamu yang sah, tapi kenapa kamu malah tidur bersama istri sirihmu disini. Aku kemarin malam kesepian, dan aku juga melihat kamu sedang memadu kasih dengan istri sirihmu. Hati aku hancur dan kamu harus tanggung jawab," ucap Alisa.
"Tanggung jawab, gimana?" tanya Ruben sambil menelan ludah.
"Aku juga ingin malam pertama bersama kamu. Kamu itu suamiku harusnya kamu memberikan nafkah batin untukku, bukan hanya untuk si Jingga yang hanya istri sirihmu,"
"Kamu jangan bandingkan dirimu dan Jingga yang sudah jelas berbeda! bagiku Jingga segalanya. Dia wanita yang aku cintai bukan kamu," ucap Ruben. sambil berdiri dan meninggalkan Alisa seorang diri.
Ruben sama sekali tak ingin menyentuh Alisa, meskipun tadi memang sedikit tergoda akan penampilan Alisa yang begitu menarik perhatiannya. Namun cintanya yang begitu besar pada Jingga hingga mampu mengalahkan semua hawa napsu yang ada pada dirinya.
TBC
(To Be Continue)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, komentar. Terima Kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh