Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Seseorang itu menarik Kayla masuk ke sebuah kamar.
"Ada apa, Ren? Kenapa kamu narik aku?" tanya Kayla heran pada sepupunya itu.
Dia lega saat menyadari Irenelah yang menariknya, dia sempat berpikir ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah bibinya.
"Sssttt!" Irene mengacungkan telunjuknya di bibir Kayla.
Kayla mengernyitkan dahinya melihat sikap sang sahabat.
"Kay, aku mau cerita sesuatu, penting!" ujar Irene tegas.
Irene mengajak Kayla duduk di atas tempat tidurnya. Kayla hanya mengikuti langkah Irene. Di dalam hatinya bertanya-tanya tentang hal apa yang akan diceritakan oleh Irene sehingga dia membawa Kayla diam-diam masuk ke kamarnya.
"Kay, aku mau minta tolong sama kamu," ujar Irene mengawali pembicaraan.
"Tolong apa, Ren?" tanya Kayla masih bingung.
Irene pun menceritakan kejadian beberapa bulan yang lalu.
Flash back on
"Ren, Ayah mau ngomong!" panggil Wisnu pada putrinya yang berada di dalam kamar.
Dengan langkah gontai, Irene mengangkat kakinya menuju ruang keluarga.
Di sana telah duduk Ayah dan Ibunya.
"Ada apa, Yah?" tanya Irene bingung melihat raut wajah Ayah dan Ibunya yang tampak tegang.
"Duduk!" titah Wisnu tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Irene.
Irene pun duduk di samping ibunya, dia diam duduk menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut sang Ayah.
Dia mencoba berpikir tentang kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
Seketika suasana ruang keluarga pun mendadak hening. Wisnu dan Lina masih hening, mereka tengah berpikir bagaimana cara menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi pada putri satu-satunya.
"Ren," suara bariton khas Wisnu pun mulai terdengar.
Irene pun mengangkat dagunya, dia memandangi Ayah dan Ibunya secara bergantian.
"Saat ini, perusahaan kita sedang berada dalam krisis."
"Ayah sudah berusaha mencari investor untuk mempertahankan perusahaan dengan berbagai cara, tapi.-" Wisnu menggantung ucapannya.
Irene masih diam menunggu kelanjutan perkataan ayahnya.
"Tapi ayah tidak bisa menemukan solusinya, kecuali satu hal."
Wisnu menghela napasnya panjang.
"Apa, Yah?" tanya Irene takut.
"Ayah memiliki seorang sahabat, dia seorang pengusaha juga sama seperti ayah. Perusahaannya sudah besar, dia mau membantu kesulitan yang saat ini ayah alami dengan satu syarat,--" Lagi-lagi Wisnu menggantung ucapannya.
"Syarat apa, Yah?" tanya Irene semakin penasaran dengan inti pembicaraan ini.
"Dia memiliki seorang putra yang masih kuliah, teman ayah ingin menjadikan putranya sebagai penerus perusahaan itu. Namun, putranya tidak berminat meneruskan usaha orang tuanya kecuali ayahnya bisa menemukan seorang gadis yang mau menikah dengannya tanpa mengenalinya," ujar Wisnu menyelesaikan ucapannya.
"Apakah Ayah ingin, Irene menikahinya untuk membantu perusahaan?" tanya Irene kecewa pada ayahnya.
Wisnu dan Lina menundukkan kepalanya, mereka sadar saat ini mereka tengah mempertaruhkan masa depan putrinya.
"Tapi, Yah. Aku belum kenal dia," bantah Irene tidak setuju.
"Sayang, kamu akan hidup bahagia bersamanya. Mereka orang kaya," bujuk Lina.
Irene sangat kecewa pada orang tuanya.
"Irene nggak mau!" teriak Irene tak setuju.
Irene berlari menuju kamarnya, dia benar-benar merasa hancur dengan keputusan yang diambil oleh orang tuanya.
Keuangan Perusahaan milik Wisnu semakin merosot, dia akan kehilangan segalanya jika tak bisa mendapatkan suntikan dana dari beberapa investor.
Wisnu dan Lina terus membujuk putrinya hingga akhirnya Irene menyetujui permintaan kedua orang tuanya.
Flash back off.
"Jadi, ini alasan kamu mendadak menikah?" tanya Kayla merasa kasihan pada sepupunya.
Irene mengangguk, dia tak tahu harus melakukan apa. Di samping itu, Irene sudah memiliki kekasih yang sangat dicintainya.
Malam itu Irene menangis meluapkan rasa sesak di dadanya pada Kayla.
Kayla sendiri tak tahu harus berbuat apa, dia hanya mengelus bahu Irene memberi kekuatan agar Irene sanggup menjalani takdir hidupnya.
Malam semakin larut, kediaman keluarga Wisnu pun mulai gelap. Satu persatu lampu sudah dimatikan.
"Kamu pasti capek, ya udah kamu tidurlah." Irene mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
"Kamu yakin?" tanya Kayla.
Irene mengangguk.
"Kamu sabar ya, Ren. Semoga pria yang akan dijodohkan denganmu merupakan pria yang baik." Hanya itu kata-kata yang dapat Kayla ucapkan.
Kayla melangkah keluar dari kamar Irene, hatinya merasa iba dengan apa yang menimpa sang sahabat.
Di dalam kamar, Kayla membaringkan tubuhnya di samping Rayna yang sudah tertidur pulas karena kelelahan.
Kayla menatap langit-langit kamar. Pikirannya mulai berkelana mencari solusi untuk Irene.
"Tuhan, kasihan Irene. Semoga perjodohan ini jalan baginya menuju bahagia," gumam Kayla lalu dia pun mulai memejamkan matanya.
****
Pukul 4.00 subuh, Kayla terbangun dari tidurnya. Dia melihat jam yang tertera di ponselnya.
"Mau subuh, aku harus bangun." Kayla turun dari tempat tidur.
Dia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lalu bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sunat menjelang waktu subuh masuk.
Setelah shalat subuh, Kayla mengganti mukenanya dengan kerudung lebar miliknya, lalu dia keluar dari kamar. Dia melangkah menuju dapur untuk mengecek pekerjaan yang bisa dilakukanya.
"Pagi, Nona," sapa Buk Nur sang PRT yang bekerja di rumah Wisnu.
"Pagi, Bi." Kayla menebar senyum manisnya.
"Ada yang bisa aku bantuin, Bi?" tanya Kayla.
"Nggak usah, Non. Ini pekerjaan saya," bantah Bi Nur.
"Mau masak apa, Bi?" tanya Kayla sambil memegang beberapa sayuran yang tergeletak di atas meja dapur.
Kayla tak menghiraukan bantahan dari sang PRT.
Kayla mulai memotong-motong beberapa sayuran itu. Akhirnya Bi Nur hanya geleng-geleng kepala lalu mengarahkan Kayla apa yang bisa dilakukannya.
"Sayang, kamu udah bangun?" tanya Lina pada Kayla yang terlihat sibuk membantu Bi Nur.
"Eh, Bibi!" seru Kayla.
"Udah, Bi." Kayla masih fokus dengan pekerjaannya.
"Terus, kamu ngapain di sini?" tanya Bibi Lina pada Kayla.
Dia merasa segan membiarkan Kayla melakukan pekerjaan rumah di rumahnya.
"Bantuin Bi Nur, Bi," jawab Kayla.
"Mhm, pekerjaan Bi Nur biar bibi yang bantuin, kamu sana bangunin Irene sama Rayna," perintah Bibi Noer
"Ya udah, Kay naik ke atas dulu ya, Bi." Kayla pamit beranjak menuju kamar.
"Nona Kayla itu rajin sekali, Bu!" puji Bi Nur setelah Kayla tak lagi berada di dapur.
"Iya, tapi sayang takdir tak berpihak padanya," lirih Lina pelan.
"Maksud, Ibu?" Bi Nur mulai penasaran.
"Ah, Nggak apa-apa. Bi, nanti jangan lupa bikin sayur bening kesukaan Rita, ya," ujar Lina mengalihkan pembicaraan.
"Rayna, bangun!" seru Kayla setelah dia berada di dalam kamarnya dan Rayna.
Rayna hanya membalikkan tubuhnya, lalu kembali tidur. Kayla pun mengguncang tubuh adik kesayangannya.
"Rayna, bangun! Udah siang lho!'' ujar Kayla terus berusaha membangunkan Rayna.
"Jam berapa sih, Kak?" tanya Rayna dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Hampir jam tujuh, Dek. Sana bangun, kamu udah shalat subuh belum?" teriak Kayla pada Rayna.
Setelah berjuang membangunkan Rayna, Kayla pun melangkah keluar kamar menuju kamar Irene.
Kayla mengetuk pintu kamar Irene, berkali-kali dia mengetuk pintu tak ada sama sekali balasan dari Irene.
Akhirnya Kayla pun mendorong pintu kamar Irene. Kayla memutar bola matanya saat melihat isi kamar Irene
"Irene!" teriak Kayla panik.