Airilia seorang gadis yang hidup serba kekurangan, ayahnya sudah lama meninggal sejak ia berusia 1 minggu. Airilia tinggal bersama ibunya, bernama Sumi yang bekerja sebagai buruh cuci. Airilia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Aluna yang berstatus sebagai mahasiswa yang ada di banjar.
Pada suatu hari, Airilia kaget mendengar Sumi terkena kanker darah. Airilia yang tidak tau harus kemana mencari uang, ia berangkat ke banjar untuk menemui Aluna, agar Aluna mau meminjamkan uang untuk pegangan saat Sumi masih di rawat dirumah sakit.
Alih-alih meminjamkan uang, Aluna justru membongkar identitas Airilia sebenarnya. Aluna mengatakan bahwa Airilia anak pelakor yang sudah merebut ayahnya. Sumi yang berlapang dada merawat Airilia semenjak ibunya mengetahui ayahnya meninggal karena kecelakaan. Aluna yang menuntut Airilia harus membiayai pengobatan Sumi sebagai bentuk balas budi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Reza datang
Keesokkan harinya, diruang tengah terlihat Sumi dan Airilia sedang makan pagi.
"Bu, kak Luna dimana?mengapa enggak ikut kita sarapan?".
"Kayaknya Aluna masih tidur. Ibu liat dulu, ya". Airilia mengangguk, ia beranjak untuk mengangkat piring kotor ke wastafel.
Sumi masuk ke kamar Aluna, ia melihat Aluna sedang muntah dikamar mandi.
""Luna, kamu kenapa, nak?kamu sakit?bentar, ibu ambilkan balsem". Sumi khawatir melihat Aluna mukanya pucat dan sering bolak balik kamar mandi.
"Ibu cari apa?". Airilia melihat Sumi sedang panik mencari sesuatu.
"Ibu mau cari balsem kayaknya Aluna masuk angin".
"Bu, aku berangkat sekolah, dulu. Assalamualaikum ".
"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan".
Sumi kembali ke kamar Aluna sambil membawa balsem.
"Luna, sepertinya kamu masuk angin, ibu udah bawakan balsem, buka baju kamu biar ibu oleskan". Sumi ingin membuka kancing baju Aluna, namun Aluna mencegahnya.
"Aku enggak masuk angin, tapi aku sedang hamil". Sumi syok mendengar perkataan Aluna bahwa ia tengah hamil.
"Aluna, kamu pasti bercanda, jangan bohong kamu sama ibu?".
"Aku enggak bohong, bu. ini ibu liat kalau enggak percaya". Aluna memperlihatkan perutnya yang sedikit buncit beserta testpack dan photo USG.
"Astaghfirullah...ALUNA". Sumi secara reflex menampar Aluna.
"Anak siapa itu, Aluna?". Sumi menangis didepan Aluna.
"Anaknya mas Reza". Aluna tertunduk, ia tidak mau menatap ke arah Sumi.
"R..eza, Reza suaminya Dinda". Aluna mengangguk, ia merasa bersalah sama Sumi.
"Bu, maafkan aku". Aluna bersimpuh didepan Sumi.
"Luna, bagaimana dengan kuliah kamu?bagaimana dengan impian kamu?".
"Bu, aku di DO dari kampus karna menunggak pembayaran uang semester".
"Bukankah, ibu setiap bulan selalu kirim kamu uang?setiap kamu minta, ibu selalu Kirim dan enggak pernah telat. Kamu di manakah uang itu Aluna?".
"Maaf bu, uangnya buat gaya hidup aku".
"Kamu keterlaluan, ibu banting tulang agar kamu bisa kuliah, sampai-sampai Airilia juga bantuin ibu. Ibu kecewa sama kamu".
Sumi keluar dari kamar Aluna, Sumi menangis dadanya sakit.
"Ya Allah, mengapa engkau menitipkan anak seperti Aluna ke dalam rahimku, sungguh aku enggak kuat?". Batin Sumi.
.
.
.
.
Setelah pulang sekolah, Airilia singgah sebentar ke warung pak Kumis untuk membeli kebutuhan pribadinya dan juga membeli lauk untuk mereka makan.
"Ini, aja neng?". Tanya pak kumis saat menghitung belanjaan Airilia.
"Iya pak, berapa semuanya?".
"Semuanya empat puluh ribu". Airilia memberikan uang Rp.50.000.
"Ini neng kembaliannya". Airilia mengangguk dan berjalan meninggalkan warung pak kumis.
Saat Airilia akan sampai, tiba-tiba Airilia dipanggil oleh seorang perempuan.
"Lia..". Airilia berbalik badan, dan melhat kakak Ririn menghampirinya.
"kak Renata, ada apa?".
"Katanya, kak Aluna pulang, ya?".
"Iya kak, kemarin sore kak Aluna pulang".
"Katanya enggak mau pulang, lah ternyata pulang juga. Cepat banget berubah pikiran". Gumam Renata.
"Oh, kapan-kapan aku kerumah kamu, untuk bertemu Aluna". Airilia mengangguk dan berjalan kembali menuju rumahnya.
Saat sampai dirumah, Airilia melihat pintu rumah terbuka lebar, ia masuk dan melihat seorang laki-laki duduk diseberang Sumi dan Aluna, terlihat mata Sumi bengkak sedangkan Aluna hanya menunduk dan diam.
"Lia, cepat masuk". Sumi mengusir Airilia, agar tidak mendengarkan obrolan mereka.
"Siapa laki-laki tadi?mengapa ibu menangis dihadapan laki-laki itu?apa aku menguping aja, tapi aku takut ibu marah. Lebih baik aku tidur siang". Batin Airilia saat sampai didepan pintu kamarnya.
Diruang tamu, Sumi menangis matanya bengkak, ia tidak menyangka bahwa putrinya akan bernasib seperti dirinya. Aluna akan menikah siri dan menjadi istri kedua.
"Apakah nak Dinda tau, kalau Reza mau menikahi putri saya?". Reza menggeleng, Sumi terdiam, ia tidak mampu lagi untuk mengeluarkan air mata.
"Bu, tolong restui aku dengan Reza. Aku enggak mau anak ini lahir tanpa ayah?".
"Maaf nak Reza, apakah bisa menceraikan Dinda?karna saya enggak mau Aluna menjadi istri kedua, apalagi hanya menikah siri?".
"Enggak bisa, karna Dinda sedang mengandung anak saya". Sumi pasrah, akan takdir putrinya Aluna yang harus menjadi istri kedua.
"Apakah ada cara lain agar Aluna tidak menjadi istri kedua?".
"Ada, dengan cara menggugurkan kandungan Aluna". Sumi syok mendengar jawaban Reza, ia tidak menyangka seorang calon ayah bisa berkata seperti itu".
"Astagfirullah..".
"Bu, mohon restui aku dengan Reza, aku enggak papa jadi istri kedua. Aku enggak mau menggugurkan kandungan, karna aku udah tiga kali aborsi dan rasanya sakit sekali". Sumi mata melotot, ia kaget mendengar Aluna pernah aborsi 3 kali.
"ALUNA..!".
*Bersambung*
