NovelToon NovelToon
LOOTER

LOOTER

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Perperangan / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas / Office Romance / Barat
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

Di dunia dark web, satu nama ditakuti: LOOTER. Tak ada yang tahu identitas aslinya, hanya bahwa ia adalah algojo bayaran dengan keterampilan militer luar biasa. la bisa menyusup, membunuh, dan menghilang tanpa jejak. Kontraknya datang dari kriminal, organisasi bayangan, bahkan pemerintah yang ingin bertindak di luar hukum.

Namun, sebuah misi mengungkap sesuatu yang seharusnya terkubur: identitasnya sendiri. Seseorang di luar sana tahu lebih dari yang seharusnya, dan kini pemburu berubah menjadi buruan. Dengan musuh di segala arah, LOOTER hanya punya satu pilihan -menghancurkan mereka sebelum dirinya yang lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

[KEPALA ULAR TELAH BERGANTI]

Looter menyesuaikan pegangan senapannya, mengangkat setinggi dada saat dia melangkah dengan pasti ke depan. tidak ada yang menyadari perbedaannya. Helm dan perlengkapan tempur Bravo-1 pas di tubuhnya, suaranya pun telah ia rekam dan dipelajari sebelumnya.

Dengan sedikit modifikasi, timnya sendiri tak bisa membedakan bahwa pemimpin mereka telah berganti.

Mereka bergerak dalam formasi, menembus lorong bunker yang remang. Cahaya merah berkedip-kedip di sepanjang dinding, menandakan bahwa sistem keamanan telah di aktifkan. Looter menghela napas singkat. Bukan masalah besar, ini hanya satu dari sekian banyak skenario yang sudah ia antisipasi.

Daru radio, terdengar suara tegas.

"Pembawa Cahaya ke semua tim, laporkan situasi."

Looter menekan tombol di helmnya, menjaga suaranya tetap stabil meski situasi mulai memanas.

"Bravo di sini. Intel salah! Kami menghadapi perlawanan yang berat, tetapi bisa diatasi.... Kami butuh waktu... "

Ledakan kecil terdengar di kejauhan, diikuti suara tembakan yang intens. Salah satu anak buah Bravo berteriak memberi peringatan.

"Mereka mendekat! Lima orang di lorong kanan!"

Looter menoleh sekilas. Sudah diperkirakan. Dia menyeringai di balik helm.

"Lain kali, jika orang-orangnu tidak bisa mengatasinya, biarkan orang lain yang lebih kompeten mengambil alih! Ganti."

Pembawa Cahaya terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab.

"Diterima, Bravo. Bertindak cepat."

Looter memberi isyarat tangan ke timnya menyuruh mereka berpencar dan mengambil posisi tembak. Satu regu maju ke depan, menekan musuh yang berlindung di balik reruntuhan.

"Dua orang di kiri, empat di kanan! Senapan mesin mereka aktif!"

Salah satu prajurit Bravo mengambil posisi dan menembakkan granat ke arah lawan, ledakan mengguncang koridor sempit itu. Debu berhamburan, disertai teriakan musuh yang terluka.

Looter tetap tenang. Sementara yang lain sibuk bertahan hidup, dia melangkah ke arah target utama 'senjata anti-pesawat' yang harus dihancurkan. Begitu tiba, dia merogoh saku dan menarik satu unit bahan peledak C4.

Jari-jarinya dengan cekatan menempelkan alat itu ke badan senjata dan mengaktifkan peledak kontrol.

"Alpha ke Pembawa Cahaya. Muatan terkirim, ganti."

Looter ikut menekan komunikasinya, suara Bravo-1 masih keluar dari mulutnya.

"Payload Bravo terkirim. Ganti."

Sejenak tak ada jawaban. Kemudian suara Pembawa Cahaya kembali terdengar, tajam dan profesional seperti biasa.

"Pembawa Cahaya ke Bravo, lanjutkan pengiriman. Alpha, lanjut ke pusat radar dan bersiap melakukan perbaikan."

Looter melirik sisa timnya yang bertahan melawan sisa pasukan musuh. Tembakan terus berdesing, pantulan cahaya senjata otomatis menyala-nyala di sepanjang lorong. Dia melihat satu orang Bravo terdesak di balik peti amunisi, peluru berterbangan hanya beberapa inci dari kepalanya.

Looter berjongkok di sampingnya, pura-pura peduli.

"Kau masih hidup?" tanyanya sambil menembakkan ke arah musuh, seolah melindungi anak buahnya.

"Nyaris! Aku butuh perlindungan lebih!"

Looter berpura-pura melihay situasi sejenak, lalu berkata dengan suara yang tetap tenang.

"Dengar. Kau harus bergerak maju, jangan diam di tempat. Aku akan menutupi pergerakanmu."

Prajurit itu mengangguk, lalu dengan cepat keluar dari persembunyiannya. Tapi sebelum ia melangkah jauh, sebuah peluru bersarang di lehernya. Dia terjatuh dengan suara gemuruh, tubuhnya tersentak sekali sebelum akhirnya diam.

Looter tersenyum tipis.

"Sayang sekali."

Dengan langkah cepat, ia bergabung kembali dengan tim utama. Mereka mulai bergerak menuju tujuan berikutnya: pusat komunikasi bunker.

Looter masih memimpin dengan efektif. Setiap arahan yang ia berikan membuat timnya tetap percaya bahwa Bravo Bravo- 1 masih hidup dan bertempur di sisi mereka.

"Kita menuju ke pusat komunikasi! Periksa amunisimu, aku tidak ingin ada yang kehabisan peluru di tengah jalan."

Beberapa prajurit memeriksa magasin mereka.

"Bravo-3, kau dan dua orangmu bersihkan ruangan samping. Pastikan tidak ada penyusup yang bisa menghalangi kita."

"Siap, Bravo- 1!"

Looter mengamati mereka bergerak. Setelah cukup yakin semua berjalan sesuai rencana, ia sendiri mulai menyusun langkah berikutnya.

Begitu mereka tiba di pusat komunikasi, Looter melihat layar besar yang menampilkan data bunker. Dengan kecepatan tangannya yang luar biasa, dia menginput beberapa kode rahasia ke dalam sistem. Hanya butuh waktu beberapa detik sebelum kontrol komunikasi bunker mulai berada di bawah kendalinya.

Salah satu prajurit Bravo mendekatinya.

"Bravo Bravo- 1, apa selanjutnya?"

Looter menoleh, menyembunyikan senyum liciknya.

"Kita akan amankan tempat ini. Jangan biarkan siapa pun masuk."

Dan saat itu rencana berjalan sesuai keinginannya. Looter masih berdiri di sana otaknya bekerja lebih cepat menggerakkan tangannya di atas keyboard. Di belakangnya, dua prajurit Bravo masih berjaga.

Telinganya menangkap suara dari radio.

"Alpha ke Bravo, mendekati pusat radar, ganti."

Looter menarik napas dalam, menekan tombol komunikatornya.

"Ini Bravo. Kami menangani alarm dan radio. Kami akan segera menyusul, ganti."

Suaranya tetap stabil, tidak ada celah bagi siapapun untuk mencurigainya. Tapi sementara anak buahnya berpikir mereka baru saja menonaktifkan sistem komunikasi musuh, Looter justru melakukan sebaliknya.

Ia merogoh kalung kecil yang tersembunyi di bawah rompi taktisnya. Dari sana, dia menarik keluar sebuah flashdisk kecil berwarna hitam. Tanpa ragu, ia menancapkannya ke port USB yang tersembunyi di bawah panel kontrol.

Teks-teks asing muncul di layar, menandakan bahwa proses pengunduhan telah di mulai. Looter menatap layar dengan mata dingin.

"Data gudang senjata... sistem distribusi... nama-nama pemasok... dan, tentu saja, akses keamanan bunker ini," gumamnya pelan.

Ia tidak hanya mencuri data operasi bunker ini, tatapi juga daftar klien yang membeli senjata Renoir. ini adalah informasi yang sangat berharga, tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi mereka yang membayar lebih untuk informasi semacam ini.

"95%... hampir selesai," batinnya.

Namun, sebelum unduhan selesai, seorang prajurit Bravo menoleh ke arahnya.

"Bravo-1, ada masalah?" tanyanya dengan nada curiga.

Looter menoleh sekilas, lalu menggekengkan kepala.

"Tidak ada. Pastikan perimeter tetap aman."

Prajurit itu mengangguj dan kembali berjaga. Looter melirik ke layar sekali lagi '100%' flashdisk itu segera ia cabut dan selipkan kembali ke kalungnya. Sekarang, waktunya untuk mundur.

...----------------...

"Pak... pak? kita sudah sampai." ucap sopir taksi menyadarkan Rangga dari lamunannya.

Taksi berhenti di jalan berbatu, beberapa meter dari sebuah bangunan tua yang sudah lama tidak digunakan. Rangga menoleh ke lengannya 03:15 AM dan bergegas keluar dari taksi itu.

Dari luar, tempat itu terlihat seperti bangunan tak berpenghuni. Namun, bagi Rangga, itu adalah gerbang ke aset paling berharganya.

Dia melangkah masuk, mendengar suara angin yang menggoyangkan jendela rusak dan debu yang tertiup dari lantai beton.

Dengan langkah pasti, dia menuju sudut ruangan tempat sebuah lemari besi besar berdiri. Tangannya dengan cepat memasukkan kode rahasia di keypad tersembunyi.

Klik.

Lantai di bawahnya bergerak, membuka akses ke tangga yang menurun ke bawah tanah. Di bawah bagunan ini, tersembunyi sebuah markas pribadi milik Looter. Dibandingkan dengan kondisi luar yang bobrok, tempat ini modern dan penuh peralatan canggih.

Senjata, emas batangan, mata uang berbagai negara, hingga paspor palsu tersusun rapi di lemari baja.

Looter membuka loker logam dan mengambil beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk misi.

- Senapan khusus dengan peredam suara tinggi

- Pisau militer yang sudah terbukti dalam pertarungan jarak dekat.

- Beberapa alat peledak ringan untuk eliminasi skala besar.

-Tiga paspor dengan nama berbeda.

Setelah mengemas semuanya ke dalam tas khusus, dia duduk sejenak di kursi yang ada di ruangan itu. Matanya tertuju pada kotak kayu kecil di rak.

Perlahan, dia mengambilnya dan membuka tutupnya. Di dalamnya, terdapat sebuah kalung dengan liontin kecil. Bukan barang mewah atau langka.

Tapi bagi Rangga, itu adalah pengingat dari kehidupan lamanya, sebelum dia menjadi Looter. Matanya sedikit menyipit sebelum akhirnya ia menutup kotak itu lagi dan mengembalikan ke tempatnya.

Tidak ada waktu untuk nostalgia.

To Be Continued.....

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Kalau dia hantu didunia bayangan, kalau saya istri bayang-bayang didunia fiksi/Hey/
Khabar: 😄😄😄😄😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!