Karya ini menceritakan tentang seorang karakter utama yang di reinkarnasi menjadi semut di dunia fantasy.
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HZ77, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diantara Janji dan Tradisi
Saat mereka berdua kembali ke sarang, koloni menyambut mereka dengan hangat. Seolah mengetahui kabar baik, semut-semut di sekitar mengangkat antena mereka dengan antusias, menyentuh tubuh Livia sebagai bentuk penghormatan.
Di antara kerumunan, sosok ratu semut yang besar dan anggun melangkah maju. Matanya bersinar penuh kebanggaan saat menatap Livia.
"Selamat ya, Livia... Kau telah berhasil berevolusi," ucap ratu dengan suara tenang dan berwibawa.
Di sisi lain, Ryzef hanya bisa mengerutkan alis.
"Livia, bagaimana mereka bisa mengetahuinya?" bisik Ryzef penasaran.
Livia tersenyum kecil. "Sebelum aku berevolusi, aku memberitahu mereka menggunakan feromon," jawabnya santai.
Ryzef mengangguk pelan, masih agak kagum dengan betapa terhubungnya semut-semut ini satu sama lain.
---
Livia dan ratu semut naik ke atas potongan ranting besar yang sepertinya digunakan sebagai panggung untuk berpidato. Sementara itu, Ryzef hanya berdiri di belakang, menunggu.
Sebenarnya, ia ingin berdiri di antara anggota koloni, tetapi Livia memintanya tetap di belakang panggung. Entah untuk apa.
Saat Livia berbicara, ia menjelaskan bahwa evolusinya memiliki efek samping—feromonnya mengalami kerusakan sementara, membuatnya tidak bisa berkomunikasi dengan cara semut pada umumnya selama beberapa hari ke depan. Oleh karena itu, ia berbicara secara langsung kepada mereka.
"Aku harap kalian bisa memaklumi ini," katanya lembut.
Namun, kejutan datang ketika Livia tiba-tiba menunjuk Ryzef untuk maju.
"Dan aku ingin memperkenalkan seseorang kepada kalian," ucapnya. "Ryzef. Dia berhasil mengalahkan seekor katak seorang diri. Dan berkat dialah, aku bisa berevolusi."
Semua mata tertuju pada Ryzef. Ada kekaguman dan ketertarikan di antara semut-semut yang hadir. Sementara itu, Ryzef merasa dadanya menghangat. Bukan hanya karena pujian Livia, tetapi karena rasa bangga yang membuncah dalam dirinya.
Setelah pidato selesai, Ryzef berjalan berdampingan dengan Livia kembali ke ruang istirahat mereka. Anehnya, ia tidak bisa berhenti tersenyum.
Livia menoleh ke arahnya, heran dengan ekspresinya.
"Apa ada sesuatu? Kau tampak senang sekali," tanyanya.
Ryzef terkekeh. "Tentu saja! Kau tadi memujiku di depan banyak semut! Bagaimana aku tidak senang?"
Livia tersenyum, tetapi kali ini ada sedikit ragu dalam ekspresinya. "Aku memang memujimu, tapi... ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, Ryzef."
Ryzef meliriknya dengan rasa penasaran. "Huh? Apa itu?"
Livia menarik napas, lalu berkata dengan nada bercanda, "Kau ingat soal janji pernikahan yang kubicarakan sebelumnya?"
Ryzef mengangguk cepat. "Tentu! Kau bilang aku harus menunggu. Jangan bilang kau sudah berubah pikiran?"
Livia menggeleng. "Bukan begitu... Tapi itu sedikit lebih rumit daripada yang kau kira."
Mereka akhirnya tiba di ruang Istirahat mereka—ruangan yang cukup luas dengan dinding tanah yang dipadatkan, serta tempat tidur dari daun-daun yang tertata rapi.
Setelah mereka duduk, Livia melanjutkan pembicaraan dengan lebih serius.
"Ada ritual khusus yang harus dilakukan sebelum aku bisa menikah. Ritual penobatan ratu," ucapnya pelan.
Ryzef mengangkat alis. "Penobatan ratu? Maksudmu... kau bisa menjadi ratu semut?"
Livia mengangguk. "Semut betina subur seperti aku harus berevolusi menjadi Hive Tyrant Ant dan melewati ritual penobatan. Tapi... masalahnya, sebagian besar kandidat tewas sebelum bisa menjadi ratu. Mereka gugur dalam perang atau mati karena kecelakaan."
Ryzef merasakan ada sesuatu yang aneh dalam nada bicara Livia. Seperti ada sesuatu yang mengganjal.
"Lalu... jika kau berhasil?" tanyanya hati-hati.
Livia menundukkan kepalanya. "Jika aku terpilih sebagai ratu... kita tidak bisa bersama lagi."
---
Suasana ruangan menjadi hening. Ryzef merasakan dadanya mencelos.
"Kenapa tidak bisa?" tanyanya, hampir tidak percaya.
Livia tersenyum pahit. "Karena ratu semut tidak memerlukan pejantan. Telur bisa diciptakan dengan sihir kloning. Jika aku menjadi ratu, aku hanya akan menjadi alat untuk memperbanyak koloni. Aku tidak mau itu terjadi padaku, Ryzef."
Ryzef mengepalkan rahangnya. "Itu tidak adil... Kau sudah berjuang sejauh ini, tapi justru akan diatur oleh koloni?"
Livia mengangguk. "Itulah sebabnya aku meminta bantuanmu, Ryzef."
"Apa yang bisa kulakukan?"
Livia menatapnya dengan serius. "Aku ingin kau bernegosiasi dengan ratu semut. Mungkin ada cara lain, sesuatu yang bisa membuatku bebas dari takdir itu."
Ryzef terdiam. Ia tidak tahu apakah ratu semut akan mau mendengarkannya. Tetapi saat melihat mata Livia yang penuh harapan, ia tahu bahwa ia tidak bisa menolaknya.
"Baik," ucapnya mantap. "Aku akan mencobanya."