Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Memang kenapa? Apa ada yang salah?"
"Saya malu. Pasti Mama Ratmi ...."
"Biarkan saja. Mama dan papa juga pernah muda. Mereka bahkan pernah merasakan lebih dari yang kita lakukan. Aku bersihkan diri dulu baru kita turun untuk sarapan."
Kinara mengangguk. Membiarkan suaminya masuk ke kamar mandi, sedangkan dirinya duduk di tepi ranjang. Menunggu dengan setia. Sebuah dering ponsel membuat Kinara terkejut. Ia melihat ke layar benda pipih itu dan melihat nama Veronica sedang memanggil. Kinara hanya mendiamkan saja sampai dering itu berhenti dengan sendirinya.
Lalu ada sebuah pesan masuk. Dengan penasaran Kinara membaca pesan yang terlihat sebagian di layar.
Sayang, nanti malam temani aku ....
Hanya kalimat itu yang bisa dibaca. Seketika, Kinara merasakan tubuhnya memanas. Ada perasaan lain yang menyusup masuk ke hati dan seolah menciptakan nyeri di sana. Namun, dengan segera Kinara bangkit ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Bersikap seolah tidak ada apa-apa. Lalu keduanya pun turun ke lantai bawah.
Seusai sarapan, kedua orang itu pulang. Sebenarnya jika harus menginap lagi pun, Kinara masih mau. Ia merasa sangat nyaman dengan perlakuan mertuanya. Namun, ia tidak bisa meminta hal itu. Rico berkata bahwa ia mempunyai urusan nanti malam. Bahkan, Rico bilang bahwa kemungkinan besar ia akan menginap di hotel karena urusan tersebut.
Kinara pun tidak bisa membantah atau bertanya lebih lanjut. Namun, ia tahu bahwa Rico pasti akan pergi bersama kekasihnya. Wanita yang mengirimi pesan itu.
"Kalau Anda tidak pulang, bolehkah saya menginap di rumah orang tua saya?" tanya Kinara hati-hati. "Saya di rumah pasti akan merasa kesepian. Saya mohon, hanya untuk malam ini saja. Setelahnya ...."
"Baiklah. Tapi kamu jangan macam-macam."
Raut wajah Kinara berbinara bahagia. Tidak menyangka jika Rico akan secepat itu menyetujui permintaannya. Mobil yang dikemudian Rico pun berbelok arah. Menuju ke rumah Kinara terlebih dahulu.
Kedatangan dua orang itu sontak membuat orang tua Kinara terkejut. Mereka tidak tahu jika putri bungsu dan anak menantunya akan datang berkunjung malam itu. Bahkan, Kinara bilang akan menginap.
Mereka mengobrol hanya sekedar basa-basi saja. Lalu Rico berpamitan pergi karena hari sudah malam.
"Apa Rico memperlakukan kamu dengan baik?" tanya Papa Soni setelah mobil Rico lenyap dari pandangan.
"Iya, Pa. Dia justru memperlakukan aku dengan sangat baik."
"Baguslah kalau begitu. Itu berarti papa tidak salah pilih menantu. Coba kalau kamu menikah dengan Danu, sudah pasti ...." Papa Soni menggantungkan ucapannya.
"Sudah pasti apa, Pa? Kuliah Kak Kinan tidak akan selesai karena tidak ada yang menopang biayanya?" sarkas Kinara.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu?!" sentak Papa Soni dengan mata setengah melotot.
"Bukankah yang aku katakan benar? Bahkan, aku tahu Papa baru saja meminta uang lima puluh juta kepada Rico. Kenapa Papa sangat serakah?"
Entah bagaimana bisa Kinara berani berbicara seperti itu kepada papanya.
"Siapa yang serakah? Papa melakukan itu untuk kebaikan Kinanti agar tidak putus kuliah. Lagi pula, papa juga memang butuh biaya."
"Papa melakukan itu untuk kebaikan Kak Kinan. Semua untuk Kak Kinan. Tapi apa pernah memikirkan kebahagiaanku? Kenapa semua demi Kak Kinan?!" Suara Kinara meninggi. Ia tidak tahu mengapa dirinya merasa menjadi pemberontak seperti sekarang ini.
"Kamu jangan berbicara seperti itu! Jangan menjadi anak yang kurang ajar! Lihatlah, Kinan sama sekali tidak pernah membantah kepada papa!"
"Ya, karena semua keinginan Kak Kinan, dipenuhi. Berbeda dengan aku yang ...."
"Sialan!" Papa Soni mengangkat tangan dan hampir menampar putrinya. Beruntung, Mama Yayuk datang dan segera menenangkan suaminya.
"Masuk kamarmu, Ara. Biarkan papa tenang."
"Tidak! Aku mau pulang saja. Sepertinya aku tidak akan datang ke sini lagi."
Bukannya melarang, kedua orang tua itu justru membiarkan Kinara pergi. Mereka yakin kalau putri bungsunya akan kembali pulang ke rumah suaminya. Namun, ternyata mereka salah.
Kinara tidak pulang ke rumah Rico. Ia justru datang ke restoran tempat Danu bekerja. Melihat kedatangan sahabatnya, seketika Danu menghentikan kegiatannya. Ia bahkan memeluk Kinara dengan sangat erat. Melampiaskan rindu kepada gadis tersebut.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Danu. Ia mengusap air mata Kinara dengan lembut. Menatap sang sahabat yang sudah tidak seceria dulu. "Ayo, ikut aku ke lantai atas."
"Tidak, Nu. Aku tidak mau mengganggu kamu bekerja."
Namun, Danu justru menarik sahabatnya menuju ke lantai atas. Tempat di mana para karyawan beristirahat. Danu mengambilkan makanan dan minuman, tetapi Kinara menolak dengan tegas.
"Ceritakan padaku. Kamu sedang ada masalah apa? Apa suamimu, menyakitimu?" tanya Danu cemas. Kinara menggeleng cepat. "Lalu?"
Kinara pun menceritakan hal yang menimpa dirinya. Tentang ia yang dijual oleh orang tuanya agar Kinanti tetap bisa kuliah. Semua hal diceritakan oleh gadis tersebut. Hal itu pun membuat Danu mengepalkan tangan. Hatinya bergemuruh hebat dipenuhi oleh amarah.
"Pantas saja, Om Soni bersikukuh menikahkanmu dengan pria itu. Aku tidak menyangka kalau Om Soni sejahat itu kepada putrinya. Ini sungguh tidak adil!"
"Danu, sudahlah. Kamu jangan marah seperti ini. Aku hanya sedang berusaha untuk menerima takdir yang sudah digariskan untukku. Hanya saja, setelah Kak Kinan selesai kuliah, aku dan Rico akan bercerai."
Danu menoleh ke arah sahabatnya dan menatap dengan tidak percaya. "Kamu yakin akan bercerai darinya?" tanya Danu memastikan. Kinara mengangguk cepat. "Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Ara."
Jika kamu sudah bercerai dari suamimu. Aku akan menikahimu dan membuatmu bahagia, Ara. Danu berujar dalam hati.
Danu menyuruh Kinara menyimpan nomor ponselnya, tetapi gadis itu menolak karena takut ketahuan suaminya. Danu pun memberi ide. Ia menyimpan nomor ponselnya dengan nama wanita. Yang tentu saja membuat Rico tidak curiga. Setelahnya, Danu pun hendak mengantar Rico pulang, tetapi Kinara menolak dengan cepat.
"Bukankah suami kamu tidak pulang malam ini? Aku hanya mengantarmu sampai depan rumah. Aku janji tidak akan masuk."
Kinara pun ragu. Namun, jujur jika harus pulang sendiri malam ini, Kinara tidak berani. Akhirnya, ia setuju. Selama dalam perjalanan, mereka mengobrol banyak hal. Hati gadis itu merasa lega karena sudah menceritakan semuanya kepada sang sahabat. Memang, selama ini yang mengerti dirinya hanyalah Danu.
"Terima kasih banyak, Nu. Aku masuk dulu."
Kinara bergegas masuk dan membiarkan Danu pergi. Tidak ingin sampai orang rumah tahu kalau ia pulang diantar oleh seorang lelaki. Jika sampai Pak Yanto atau Mbok Nah tahu, sudah pasti mereka akan mengadu dan hal itu tidak baik untuk dirinya.
Akan tetapi, ketika baru saja hendak membuka pintu utama, ada pesan masuk dari suaminya. Kinara pun membuka dengan jantung yang berdebar kencang.
Tunggu hukumanmu setelah aku sampai di rumah.
Jantung Kinara seolah berhenti berdetak ketika melihat video yang dikirim oleh suaminya. Rekaman cctv di halaman rumah tadi. Di mana ia diantar oleh Danu.
Ya Tuhan ... matilah aku!
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂