Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Rasa Sakit
Setelah menunggu beberapa hari akhirnya kami mendapat kabar dari Rhea. Katanya harinilah mereka akan melakukan perjalanannya. Dan karena itu juga aku segera bersiap-siap.
Lise masih tertidur dengan gayanya yang berantakan. Jujur saja membangunkan itu sulit sekali, ini lebih berat dari pada harus mengangkat gunung.
"Lise..."
Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya berkali-kali berharap dia segera bangun, karena aku sudah mencoba membangunkannya dari jam 4 pagi!
Aku harus segera sampai karena tidak enak jika membuat mereka menunggu lama. Dengan cepat aku menggendong Lise gaya tuan putri dan membawanya keluar.
Tapi kali ini dengan otakku yang cerdas ini aku menggunakan peringan pada tubuhnya seperti yang kulakukan pada pedangku. Itu berhasil dia jadi ringan, aku dengan mudah membawanya sambil berlari.
Melewati atap-atap aku melompat-lompat dengan cepat, aku jelas merasakan banyak orang menatapku yang sedang membawa gadis cantik di atas atap.
Dalam waktu kurang lebih sejam akhirnya sampai ke tempat tujuan. Di sana Rhea dan partynya sudah menunggu kami berdua. Rhea dengan armornya terlihat lebih dewasa dari sebelumnya.
Rhea melambai-lambaikan tangannya saat melihat kami. "Oi! Disini!"
Aku berjalan menghampiri mereka. Di sana ada laki-laki dengan otot besar dan tubuh hitam, dengan bekas luka di wajahnya. Di sebelahnya gadis dengan pakaian putih bergaris hijau, rambutnya hijau dengan mata biru. Dan disebelahnya lagi laki-laki kurus dengan wajah tampan berambut pirang.
"Kenapa dengan Lise? Apa dia masih tidur?"
"Yahh... Begitulah, orang ini memang sangat sulit dibangunkan."
Rhea kemudian memperkenalkan anggota partynya satu persatu. Anton si pengguna kapak berbadan besar, Eward si pengguna pedang dan Charlotte si penyembuh cantik. Rhea sendiri adalah petarung jarak dekat juga, pengguna belati. Yang berarti mereka tak memiliki petarung jarak jauh.
Aku heran bagaimana bisa party B Rank tidak memiliki petarung jarak jauh.
Melupakan itu dan kami memulai perjalanan dengan menaiki kereta kuda. Anton di depan mengendalikan para kuda. Aku dan Lise duduk di tempat yang sama, disebelahnya ada Rhea dan Charlotte.
Sejauh perjalanan aku hanya mengobrol bersama Rhea dan Charlotte.
"Rhea, menurutmu berapa lama kita akan sampai ke tempat tujuan?" tanyaku.
"Hmm... Entahlah aku tidak memperhitungkan itu, mungkin sepuluh sampai sebelah hari? Bagaimana Char?" Rhea yang kurang yakin melemparkan pertanyaan ke Charlotte.
"Menurutku mungkin lebih cepat, tergantung bagaimana situasi di jalan. Kita akan semakin lambat sampai jika ada gangguan selama perjalanan."
"Tenang saja, jika ada gangguan aku akan mengatasinya," jawab Lise sambil mengusap-usap matanya.
Aku bisa mempercayakan ini kepada Lise setelah melihat kemampuannya. Menurutku dia harusnya bisa mengatasi ini, termasuk Naga itu.
Mungkin saja Naga itu lebih kuat dari T-Rex kemaren, tapi kurasa Lise berada di level yang berbeda dengan mereka.
Lise kembali menyandarkan kepalanya pada pundakku dan kembali menutup matanya, kelihatannya si Slime rakus ini masih mengantuk.
Dan begitulah kami melanjutkan perjalanan ini.
...---...
Berhari-hari setelah melanjutkan perjalanan akhirnya kereta ini terhenti, Anton pasti menghentikan kereta ini karena ada yang menghalangi.
Aku, Rhea dan yang lain segera keluar dari kereta untuk melihat. Dan yang ada dihadapan kami adalah sekelompok bandit.
Sekitar sepuluh orang dengan pakaian hitam dan menutup wajahnya. Anton mengangkat kapaknya menantang para bandit bertarung, begitu juga dengan Eward yang sudah menarik pedangnya.
Rhea juga mengeluarkan belatinya. Aku dan Lise yang baru saja terbangun, menunggu di belakangan. Karena ada hal yang ingin kucoba, sudah lama kunantikan momen ini.
Dengan cepat Rhea yang yang lainnya langsung melawan para bandit, Anton menyerang beberapa bandit sekaligus dengan kapaknya.
Eward juga hebat dengan pedangnya, namun yang lebih menarik perhatianku adalah Rhea yang begitu gesit melawan para bandit yang jumlahnya lebih banyak dari mereka.
Bandit ini juga tak mau kalah, mereka mengandalkan jumlahnya yang lebih banyak untuk mendapatkan peluang kemenangan.
Aku berpikir sebentar dan melihat situasi, ada satu bandit yang dari tadi tidak banyak menyerang. Ia akan kujadikan sasaranku.
"Noriutsuru..."
Dalam sekejap aku langsung berpindah ke tubuhnya, aku menggunakan pedang yang ada di tangannya untuk memenggal kakinya sendiri.
"Aghhh!"
Sakit! Sangat sakit!
Aku merasakan dampaknya juga, bahkan setelah aku kembali ke tubuhku walau kakiku tidak kenapa-napa tapi rasa sakitnya tetap menjalar seakan kakiku yang terluka. Bandit yang kesadarannya telah kembali juga berteriak kesakitan.
Melihat kami berdua yang kesakitan bersamaan membuat yang lain sedikit penasaran dengan apa yang terjadi, tapi mereka tetap melanjutkan pertarungannya.
Aku yang masih merasakan sakit luar biasa di kakiku kemudian merasa lemas di tubuhku dan terjatuh ke samping. Namun, di tangkap oleh Lise.
"Kau baik-baik saja?" tanyanya, sedikit khawatir.
Lise memegangi tubuhku yang begitu lemas karena rasa sakit. Makin lama makin sakit, kurasa inilah kekurangan dari kekuatanku ini. Aku berpikir ini kemampuan terlalu kuat karena bisa merasuki berkali-kali walau hanya 20 detik dan untuk membunuh juga sangat hebat, walau ada harga mahal yang harus di bayar. Yaitu, menerima rasa sakit yang sama.
Jika saja tadi aku menebas lehernya entah bagaimana rasa sakit yang kurasakan saat kembali ke tubuh ini.
"Tunggulah sebentar, aku akan menyelesaikan ini dengan cepat agar kau bisa beristirahat," ucap Lise memegangi tubuhku. "Kalian semua! Menjauh dari sana!"
Mengikuti perintahnya Lise, Rhea dan yang lain mulai menjauh dari para bandit, membuat bandit itu waspada akan gerakan-gerakan mencurigakan.
"Kalian semua majulah... Akan kuhancurkan semuanya."
Bandit itu kemudian langsung maju menyerang Lise yang masih memegangiku. "Sombong sekali kau bocah!"
"Bilah tipis pembunuh, angin ketajaman."
Lise mengangkat tangannya, terlihat lingkaran sihir di jari mulusnya.
"Wind Scans!"
Angin mulai bertiup kencang, di dalam tiupan angin itu satu persatu kepala para bandit mulai lepas dari tubuhnya. Ada yang mencoba lari, tapi tetap tak bisa lepas.
Setelah selesai membereskan bandit itu, yang lain menetap Lise dengan tatapan sedikit takut karena melihat sisi mengerikannya.
"Ayo, kau harus beristirahat terlebih dahulu," katanya sambil membawaku kembali kedalam kereta kuda.
Aku berbaring di pahanya Lise yang empuk sambil menahan rasa sakit di kakiku. Sungguh berapa lama aku harus menahan rasa sakit ini.
Lise kemudian mengarahkan tangannya ke kakiku, lalu menggunakan sihir untuk menyembuhkannya. Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh.
"Ada apa dengannya?" tanya Rhea.
"Bukan apa-apa, dia hanya mencoba melakukan suatu hal dan malah jadi seperti ini," jawab Lise santai.
Sudah berkali-kali ia mencoba menyembuhkan sampai pada akhirnya rasa sakitnya menghilang sendiri, masih membekas di otakku rasanya. Kedepannya aku harus berhati-hati dalam menggunakan kemampuanku.