NovelToon NovelToon
Asmaraloka

Asmaraloka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Time Travel / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Naik Kelas
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Ketika Romeo dan Tina mengunjungi sebuah museum desa terpencil, mereka tidak pernah menyangka bahwa patung kuno sepasang Dewa Dewi Asmara akan membawa mereka ke dunia lain—Asmaraloka, alam para dewa yang penuh kemegahan sekaligus misteri. Di dunia ini, mereka bukan lagi manusia biasa, tapi reinkarnasi dari Dewa Kamanjaya dan Dewi Kamaratih—penguasa cinta dan perasaan.
Terseret dalam misi memulihkan keseimbangan cinta yang terkoyak akibat perang para dewa dan iblis, Romeo dan Tina harus menghadapi perasaan yang selama ini mereka abaikan. Namun ketika cinta masa lalu dan masa kini bertabrakan, apakah mereka akan tetap memilih satu sama lain?
Setelah menyadari kisah cinta mereka yang akan berpisah, Sebagai Kamanjaya dan Kamaratih mereka memilih hidup di dunia fana dan kembali menjadi anak remaja untuk menjalani kisah yang terpisahkan.
Asmaraloka adalah kisah epik tentang cinta yang melintasi alam dan waktu—sebuah petualangan magis yang menggugah hati dan menyentuh jiwa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Asmaraloka-Studi tour

Kelas 7A

Pagi itu suasana halaman sekolah penuh dengan keramaian. Siswa-siswi kelas 7A sedang bersiap untuk perjalanan studi tour ke Desa Asmaraloka. Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, Bu Meli berdiri di depan barisan, memegang daftar nama dengan clipboard di tangannya.

Setelah selesai membacakan daftar tempat duduk di bus, ia melanjutkan dengan suara tegas namun penuh kehangatan, "Baik, anak-anak, sekarang tolong berbaris dulu ya. Saya akan absen."

Anak-anak segera berbaris sesuai arahan, beberapa terlihat antusias, sementara yang lain tampak masih mengantuk. Setelah selesai memanggil nama-nama siswa, Bu Meli menatap mereka dan berkata, "Ada pertanyaan sebelum kita naik ke bus?"

Keheningan menyelimuti sesaat, hingga tiba-tiba Romeo, dengan wajah polos namun sedikit jahil, mengangkat tangannya.

"Buk!" katanya dengan suara lantang yang langsung menarik perhatian semua orang, "ini sekalian kan satu kamar sama dia?"

Tangan Romeo menunjuk ke arah Tina, yang berdiri tidak jauh darinya. Semua mata langsung tertuju pada Tina.

Sejenak, suasana menjadi hening. Namun, detik berikutnya, tawa meledak di antara para siswa. Beberapa bahkan tertawa sambil memegang perut mereka. Tina, yang awalnya terpaku, kini menatap Romeo dengan mata membelalak. Wajahnya merona merah, campuran antara malu dan kesal.

"Romeo! Apaan sih kamu!" gerutu Tina dengan suara tertahan.

Bu Meli, yang juga berusaha keras menahan tawa, akhirnya menjawab dengan nada sabar, "Romeo, yang sekamar itu nanti dibagi sesuai jenis kelamin, ya. Kamu hanya duduk satu tempat di bus, bukan satu kamar."

Romeo mengangguk dengan senyum penuh kemenangan, sementara teman-teman mereka masih belum bisa berhenti tertawa. Tina menundukkan wajahnya, mencoba menyembunyikan rasa malunya. Dalam hati ia bergumam, Tunggu saja, Romeo. Kamu nggak akan lolos dari balasanku nanti.

Di sisi lain, Romeo hanya berdiri santai, memasukkan kedua tangannya ke saku sambil tersenyum jahil. Baginya, membuat Tina kesal adalah hiburan pagi yang sempurna.

Tina, yang sejak awal sudah gelisah dengan pengaturan tempat duduk, melangkah masuk ke bus dengan raut wajah penuh keluhan. Ia langsung mencari sahabatnya, Dinar, yang sudah duduk nyaman di samping Danan.

"Dinar, gue nggak mau duduk sama Romeo," rengeknya, nyaris putus asa.

Dinar hanya mengangkat bahu santai. "Terus gue gimana? Gue duduknya sama Danan."

Tina mendesah frustrasi. "Mending Danan daripada Romeo."

Danan, yang mendengar percakapan itu, menoleh dengan senyum jahil. "Lagian cuma duduk di bus, Na. Nanti kan sekamar sama Dinar, bukan Romeo." Sebelum Tina sempat membalas, suara Romeo terdengar dari depan bus.

"Agus, ayo cepetan!" Romeo melangkah ke arah Tina, menarik tangannya dengan santai.

"Denger ya, lo duduk di samping gue, bukan di pangkuan gue," ujarnya sambil menyeringai jahil.

Tina mendengus kesal, tapi tak bisa menahan senyum tipis yang mulai muncul di wajahnya. Dinar dan Danan, yang melihat interaksi itu dari belakang, saling bertukar pandang.

"Liat nggak sih?" bisik Danan pelan. "Kayaknya Romeo suka sama Tina."

Dinar mengangguk sambil tersenyum kecil. "Kayaknya sih gitu."

Keduanya tertawa kecil, mengamati tingkah Romeo dan Tina yang seperti kucing dan anjing tapi diam-diam lucu. Di kursi nomor 3, Romeo sudah duduk dengan santai, sementara Tina masih berdiri canggung di sampingnya.

"Lo mau dekat jendela?" tanya Romeo dengan nada datar.

Tina mengangguk pelan, merasa tak ada pilihan lain.

"Yaudah, sana. Gue mau tidur," ucap Romeo sambil menutup matanya.

Tina duduk dengan hati-hati di dekat jendela, berharap perjalanan ini tidak terlalu aneh. Tapi beberapa menit kemudian, ia mulai bosan dan menggoyangkan bahu Romeo.

"Romeo, jangan tidur," katanya sambil tersenyum nakal.

Romeo membuka matanya, menatap Tina tajam dengan wajah setengah mengantuk. "Apaan sih, Agus? Gue mau tidur."

Tina malah tertawa kecil, menikmati ekspresi kesal Romeo.

Sepanjang perjalanan, Tina terus mengoceh tentang hal-hal kecil—pemandangan di luar, rencana selama di Desa Asmaraloka, bahkan tentang teman-teman sekelas mereka. Romeo, yang awalnya mencoba tidak peduli, hanya bisa menghela napas panjang.

"Aduh, Agus, lo ini nggak capek ngomong ya?" keluh Romeo sambil menutup telinganya dengan tangan.

Tina malah tertawa makin keras. Dalam hati, ia merasa perjalanan ini tidak akan seburuk yang ia bayangkan. Sementara Romeo, meski terlihat kesal, diam-diam tersenyum kecil mendengar ocehan Tina yang tanpa henti.

"Lo itu nggak capek apa ngomong mulu?" keluh Romeo sambil memijat pelipisnya.

Tina, dengan senyuman kecil di wajahnya, menjawab pelan, "Enggak."

Romeo menghela napas panjang, mencoba mengabaikan rasa lelah yang mulai menghinggapi dirinya. Tapi di tengah-tengah ocehan Tina yang tiada henti, perutnya mulai berbunyi pelan, tanda lapar yang tak bisa ditahan lagi. Ia menatap Tina yang masih asyik bicara tanpa jeda.

"Mau makan nggak?" tanya Romeo sambil merogoh tasnya, mencari snack yang ia bawa.

Tina menggeleng cepat. "Enggak, gue masih kenyang."

Romeo memutar bola matanya, tak percaya. "Lo beneran nggak lapar? Perjalanan kita masih jauh, lho. Ntar lo pingsan gue yang repot."

Tina terkikik kecil mendengar omelan Romeo. "Santai aja, gue nggak selemah itu."

Namun, Romeo, yang tak mau mendengar alasan lebih lanjut, langsung menyodorkan bungkus snack ke tangan Tina. "Udah, makan aja. Lo ini kebanyakan ngomong, energi lo harus diisi ulang."

Tina mendesah, tapi menerima snack itu juga. "Ih, maksa banget sih."

Romeo hanya mengangkat bahu sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Gue nggak mau ada drama lo kelaparan terus pingsan di tengah jalan. Jadi makan aja."

Tina, sambil membuka bungkus snack itu, melirik Romeo dengan senyum kecil. "Lo perhatian juga ya."

"Jangan ge-er dulu, Agus," balas Romeo dengan nada datar, tapi bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang ia coba sembunyikan.

Sambil mengunyah snack-nya, Tina merasa perjalanan ini mulai terasa lebih menyenangkan. Di sisi lain, Romeo menatap ke luar jendela, berharap perjalanannya dengan Tina tak akan terlalu merepotkan—meskipun, dalam hatinya, ia mulai menikmati celotehan gadis itu.

Setelah beberapa jam perjalanan yang penuh dengan celotehan Tina dan keluhan kecil Romeo, akhirnya bus berhenti di sebuah desa yang bernama Asmara Loka. Para siswa turun satu per satu, membawa barang-barang mereka, lalu berkumpul di depan sebuah gapura megah yang dihiasi bunga-bunga berwarna cerah.

Seorang pemandu dengan pakaian tradisional menyambut mereka dengan senyum hangat. "Selamat datang di Desa Asmara Loka! Sesuai dengan namanya, desa ini dikenal sebagai tempat mencari jodoh," ucapnya, memulai sambutan.

Para siswa langsung ramai berbisik-bisik, saling melirik satu sama lain, sementara beberapa guru tertawa kecil mendengar pernyataan itu.

Pemandu melanjutkan, "Menurut kepercayaan kami, siapa pun yang melewati gapura ini dan ada bunga yang jatuh dari atas, itu pertanda dia akan bertemu dengan jodohnya. Dan kalau kalian tersandung tali asmara—yang tak terlihat—dan bertabrakan dengan seseorang, itu tandanya dia mungkin jodoh kalian."

Sontak, suasana menjadi riuh. Beberapa siswa mulai bercanda dengan teman sebangkunya, ada juga yang pura-pura menghindari gapura.

Romeo, yang mendengar penjelasan itu, melirik Tina di sampingnya. Ia menahan senyumnya lalu berbisik pelan, "Ayo, kita di barisan paling belakang aja."

Tina mengerutkan alis, merasa bingung. "Kenapa harus di belakang?" tanyanya, mengikuti langkah Romeo tanpa sadar.

"Ya siapa tau beneran ada bunga jatuh, kan," jawab Romeo sambil menahan tawa. "Lo nggak mau, kan, tiba-tiba gue jadi jodoh lo gara-gara bunga jatuh?"

Tina memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. "Gue lebih takut lo tersandung tali asmara itu terus nabrak gue. Bayangin aja, betapa ribetnya hidup gue nanti."

Romeo tertawa pelan. "Santai aja, Agus. Kalau beneran ada bunga jatuh, mungkin itu pertanda lo harus lebih banyak diem."

Tina mendengus. "Kalau beneran bunga jatuh buat lo, itu artinya lo harus berhenti nyebelin."

Mereka berdua tertawa kecil, sementara teman-teman mereka mulai memasuki gapura satu per satu, berharap atau takut bunga di atas benar-benar jatuh.

Tina tak bisa melepaskan pandangannya dari pemandangan di sebelah kiri desa. Hutan yang rindang terlihat seperti memiliki kehidupan sendiri. Di kejauhan, dia melihat beberapa orang berpakaian seperti bangsawan, menunggang kuda dengan gerakan anggun.

"Siang bolong begini kok bisa ada yang kayak gitu? Hantu, apa gimana?"pikir Tina, merasa bulu kuduknya meremang. Dia memperlambat langkah, matanya terus mengamati, mencoba memastikan apa yang dilihatnya itu nyata atau hanya imajinasinya.

Romeo, yang menyadari Tina tertinggal, berhenti dan menoleh. "Agus, ngapain lo diem di situ?" tanyanya, sebelum berjalan mendekat. Ia meraih tangan Tina tanpa pikir panjang dan menariknya. "Ayo, jangan kepo, nanti ketinggalan sama yang lain!"

Tina, masih terpaku pada pemandangan di hutan, akhirnya menyerah dan mengikuti langkah Romeo. "Lo nggak lihat tadi? Mereka kayak..."

"Kayak apa? Drama sejarah?" potong Romeo, setengah bercanda. "Udahlah, itu paling figuran buat turis."

...****************...

Sambil berbincang, mereka berjalan melewati gapura desa yang dihiasi bunga-bunga menggantung. Tanpa sadar, langkah mereka tiba-tiba terhenti bersamaan. Kaki mereka seperti tersandung sesuatu yang tak terlihat.

"Eh, apa ini?" seru Tina, kehilangan keseimbangan.

Romeo mencoba menahan Tina, tapi justru mereka berdua terjatuh ke tanah, tersungkur dengan posisi yang konyol. Seketika, bunga-bunga kecil mulai berjatuhan dari atas, melayang-layang di sekitar mereka seperti adegan dalam film.

Tina menatap ke atas dengan mulut ternganga, lalu menoleh ke Romeo yang sudah bangkit sambil membersihkan pakaiannya. "Ini beneran terjadi? Apa kita baru aja..."

Belum selesai Tina berbicara, salah satu teman mereka berseru dari kejauhan. "Woi! Ada bunga jatuh tuh! Wah, kalian jodoh!"

Gelak tawa pun pecah di antara siswa lain yang melihat kejadian itu. Romeo, yang awalnya ingin tetap tenang, akhirnya tersenyum jahil. Dia membungkuk untuk membantu Tina berdiri, lalu berkata dengan nada menggoda, "Yah, kayaknya tali asmara nggak bohong, Agus."

Seketika, wajah Tina berubah serupa tomat matang. "Lo mimpi kali, Romeo!" balasnya, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

Namun, semakin dia menyangkal, semakin teman-temannya bersorak dan menggoda. Romeo hanya tertawa kecil, menikmati situasi canggung itu. "Gue sih santai. Kalau beneran jodoh, ya nggak apa-apa," katanya sambil mengedipkan mata, membuat Tina semakin salah tingkah.

1
sjulerjn29
" kita beneran dewa"😂
sjulerjn29: ya ampun thor suasana kerajaan tp gk ngebosenin .
thor mampir di episode baru ceritaku😊🤭
total 1 replies
HNP
semangat, jangan lupa follback.💪
iqbal nasution
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!