Rere seorang Gadis yang berasal dari keluarga Sederhana dan cukup tapi takdir berpihak kepadanya, dia Yang anak kandung diperlakukan seolah dirinya orang lain, sedangkan orang yang seharusnya tidak menggantikan tempatnya menjadi kesayangan semua keluarganya.
Bagaimanakah kisah hidupnya, akankah dia mendapatkan kebahagian yang dia cari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
Pak Rauf hanya bisa menundukkan kepalanya mendapatkan tatapan seperti itu dari anaknya, dia tidak tahu harus mengatakan apa padanya.
"Sekarang kalian berdua pergi dari rumah ini, aku tidak sudi melihat kalian berdua". Jerit Bu Lastri dengan penuh emosi.
Sedangkan Marsya menatap ibu angkatnya ini dengan tatapan entah apa itu, dia tidak mengerti.
"Baik ibu, Terima kasih sudah membesarkan saya, dan anda tuan Rauf harus memberikan saya penjelasan setelah ini, saya tunggu". Marsya mengambil ketiga kopernya itu dengan kasar dan mendorongnya kedepan, dia menelpon taksi online untuk datang.
Sedangkan Rauf yang melihat anaknya pergi itu, langsung bangkit dan mengejar anaknya, tapi saat dia keluar putrinya sudah tidak ada, dia mengepalkan tangannya dan akan membuat perhitungan pada istrinya itu.
"Kau puas, kau puas, benar aku memang berselingkuh dengan Rana, dan Marsya putriku, itu semua karena aku pikir kau berselingkuh sehingga menghasilkan Aska, jadi ini bukan salahku sepenuhnya". Teriaknya dengan penuh amarah.
Dia adalah kepala keluarga disini apalagi selama ini dia yang membiayai anak dan istrinya sehingga bisa mendapatkan pekerjaan yang pantas, wajar kalau seperti ini.
"Tidak usah banyak bicara Ayah, ayah sendiri tak pernah mendengar kata ibu, dan benar kan, ibuku tidak melakukan yang ibu ayah itu tuduhkan, jangan sampai aku kehilangan sabar, keluarlah dari rumah ini sekarang!! ". Ucap Aska penuh penekanan.
Dia berusaha mengontrol emosinya untuk tidak menghajar ayahnya, dia tidak mau memukul ayahnya lagi.
Sedangkan Pak Rauf kini menatap nyaman keduanya, dia tidak Terima diperlukan seperti ini oleh istri dan anaknya walau dia salah sekalipun, baginya seorang laki-laki itu harus dihormati terutama istrinya.
"Jangan kurang ajar anak sialan, jika bukan saya yang membiayai kamu, kau bukan apa-apa, dan kau tidak akan bisa bekerja dengan bagus seperti ini". Teriak Pak Rauf menunjuk wajah Aska dnegan kemarahan membuncah.
Bahkan urat-urat di lehernya terlihat jelas dan menyembul saking emosinya bahkan wajahnya memerah dan matanya menatap nyalang.
Jika ada mata yang bisa keluar maka mungkin matanya akan keluar dari sana karena pelototan yang tajam.
"Oh ya??, bukankah ayah menganggap aku anak selingkuhan ibu??, kenapa ayah malah membiayai kuliahku, Ayah pikir aku tidak tahu??, itu karena ayah akan menjadikanku sapi perah untuk menutupi semua kebutuhan rumah agar sekolah anak-anak yang ayah banggakan itu sukses?? ". Pukulan telak dari Aska menghancurkan harga dirinya.
Degh..
Perasaannya kini mulai tidak enak, anaknya mengetahui apa yang dia rencanakan selama ini.
Benar yang dikatakan anak sulungnya, dia sengaja menyekolahkan Aska dengan baik agar kelak Aska bisa membantunya menyekolahkan adik-adiknya tanpa perlu merepotkannya, dia hanya memberi tanggungjawab Aska sebagai anak sulung.
"Jangan bicara sembarangan Aska, masalah tanggungjawab itu memang tugasmu sebagai anak tertua di keluarga ini, jadi kalau kau masih mau jadi anak sulung kau harus melakukannya". Ucapnya berusaha tetap tenang dan penuh intimidasi.
" Maaf ayah, tapi sayangnya aku tidak berminat lagi, aku akan membiayai ibuku dan bawah semua anak ayah pergi dari sini". Ucap Aska dengan dingin.
Bu Lastri langsung mengalihkan pandangannya pada putranya itu, dia tidak setuju jika anak lelakinya yang lain juga di usir dari sini, cukup Marsya saja
"Nak, mereka adik-adik mu, jangan yah, cukup Marsya saja, dan lelaki ini, jangan kedua adikmu yang lain".
"Maaf Bu, keputusan ku sudah bulat, jika Rere bisa keluar dari rumah ini dan berdiri sendiri tanpa bantuan kita, maka mereka juga harus melakukannya".
Bu Lastri menatap anaknya dengan nanar, entah apa yang membuat anaknya seolah membalas dendam dan sakit hati, dia tidak pernah tahu apa yang dirasakan anak sulingnya selama ini karena dia terlihat sabar dan tidak banyak protes apapun itu.
"Nak, jangan seperti ini, mereka adik-adik kamu". Bujuknya dnegan wajah memelas.
"Maaf Bu, selama ini aku sudah mengalah terlalu banyak, aku sudah lelah menjadi sapi perah dan orang yang selalu salah dan kalah dari mereka, selama ini aku diam karena menghormati ayah, tapi apa pernah dia memberikanku gak untuk sekedar membela diri dan mempertahankan apa yang kupunya??, tidak ibu, dia tidak pernah mengerti, dia hanya memikirkan anak-anak kebanggaan nya dan mengorbankan aku dengan Rere". Teriak Aska penuh kesakitan dan kekecewaan.
"Aku diam karena ibu selalu membelaku, tapi pernah kah kalian pikirkan bagaimana perasaan Rere yang harus berjuang seorang diri tanpa dukungan ibu atau ayah, sekarang aku tahu, jika apa yang dilakukan Rere adalah bentuk bagaimana sakit hatinya dia pada kita selama ini!".
Bu Lastri menunduk menjatuhkan air mata nya, dia jelas mengingat bagaimana semua yang terjadi pada putrinya karena dirinya, bahkan dia memilih menyayangi Marsya yang ternyata anak selingkuhan suaminya.
Sedangkan Pak Rauf membuang mukanya, Kata-kata Aska bagai tamparan yang tak kasat mata yang menghujam jantungnya, kini dia menyadari jika anaknya membencinya karena ulahnya sendiri.
Dia terlalu membedakan mereka padahal mereka adalah darah dagingnya sendiri terutama Rere yang bahkan tidak pernah sekalipun dia sayangi bahkan soal biaya sekolah.
"Aku berharap, aku dan istriku nanti tidak seperti ibu dan ayh yang selalu membedakan anak-anak, aku tidak mau anakku mengalami hal yang kurasakan dan juga Rere rasakan, punya orangtua tapi seperti yatim piatu".
"Pergilah ayah, anak-anak ayah yang selama ini ku bantu sudah dewasa dan bisa berdiri sendiri".
Aska sudah tak ingin lagi mengalah, ayahnya bahkan sangat keterlaluan memanfaatkan dirinya agar adiknya itu tidak perlu hidup susah diluar sedangkan penopang terbesar di rumah ini adalah dirinya dan Rere, itupun ayahnya yang mengatur.
Pak Rauf menatap anaknya dengan memelas, dia tahu dirinya sangat salah dalam hal ini, dan gara-gara dirinya anak-anak nya saling membenci dan sekarang menyesal pun sudah terlambat.
"Maafkan ayah nak, ayah terlalu sakit hati waktu itu sampai buta akan segalanya, bahkan ayah jahat padamu". Pak Rauf hanya bisa menunduk menyesal
" Tidak perlu, saya sudah lelah sekedar untuk dilihat dengan mata ayah, selamanya saya tidak akan pernah membanggakan dan menjadi apa yang ayah mau, ayah hanya melihat Rafa, Adam dan juga Marsya, jadi mohon maaf, aku Aska tak ingin jadi anak ayah lagi".
Tatapan Aska itu menusuk hati terdalam pak Rauf, kekecewaan dan juga kebencian kepadanya seolah tak bisa menghapus jejak nya yang menyakiti anaknya dengan kebaikan yang dia lakukan selama ini.
"Maafkan ayah nak, ayah mohon maafkan ayah". Pak Rauf tiba-tiba terduduk meminta pengampunan.
Sedangkan Aska hanya menatap ayahnya dengan dingin, dia tidak peduli dengan semuanya sekarang yang penting ayahnya dan mereka semua keluar dari rumah ini.