Suami Kedua Pilihan Mertua (Setelah Ditalak)

Embun datang ke rumah Mama Hana karena Mama Hana ingin menjenguk Mama Nayla sebagai besan dari pihak Adam dan ingin menitipkan Papa Hendra pada Embun.

Embun yang kini sudah berhijab turun dari dalam mobil dengan menggendong Baby Rendra ditemani baby sitter dengan supir yang mengantar menghampiri Mama Hana di teras.

Mama Hana langsung menggendong cucunya, wanita setengah baya itu menciumi wajah lucu Baby Rendra. “Cucu Oma, tambah berat ini.“

Usia Baby Rendra sudah menginjak hampir 3 bulan, sedang lucu-lucunya karena pipi anak laki-laki itu sangat tembem.

“Papa dimana?“

“Di belakang, lagi ngasih makan ikan di kolam.“

“Ya udah, biar Embun temenin Papa. Mama pergi aja, Tante Nayla mungkin butuh Mama untuk menguatkan nya.“

“Dasar si brengseekk Melati! Kalau udah ketangkep, bakal Mama uyel-uyel pakai balsem kepunyaan nya!!!“

“Tadi Embun sebelum kesini, ijin dulu sama Abang. Katanya Bu Melati udah ketemu dan bakal dibawa ke kantor polisi.“

“Aduh! Kamu gak bilang Mama dari tadi! Ini gendong dulu Rendra! Mama mau telepon suami mu dulu!“ Embun pun mengambil Baby Rendra dari gendongan Mama Hana.

Mama Hana berjalan masuk ke dalam rumah, untuk mencari ponselnya.

Embun masih berdiri di teras, saat ia menoleh ke arah gerbang rumah ia seperti melihat seseorang yang ia kenal.

“Kok kayak kenal? Siapa ya?“

Seorang pria dengan rambut gondrong, memakai topi menutupi wajah nya dan wajah berewokan.

“M-mas Gio!“

Pria itu seperti terkejut Embun menyebut nama Gio, lantas pergi dengan tergesa-gesa.

“Ada apa, Buk?“ tanya baby sitter.

Embun mengucek matanya, orang itu sudah tidak ada lagi. “Nggak apa-apa, saya cuma merasa melihat seseorang yang saya kenal. Ayo masuk, gendong Rendra ya Mbak. Saya mau mengurus Papa saya dulu...“

“Baik, Buk.“ Baby Rendra pun berpindah tangan kembali.

Embun mengusir pikiran jeleknya, yang ia tahu Gio masih di Paris. Mantan suaminya itu masih bersama Elsa dan mungkin sudah mempunyai anak dan hidup bahagia.

•

Raja di telepon Mama Hana, sang mertua meminta agar Melati jangan dulu di serahkan ke kantor polisi.

Jadi disini lah Melati berada, di tahan di salah satu rumah milik Raja.

“Mana wanita binnal dan iblis itu?!!“ Mama Hana langsung bicara kasar masuk ke dalam rumah.

Raja membawa Mama Hana menemui Melati, wanita jahat itu duduk terikat di kursi karena terus memberontak ingin kabur.

Plak

Plak

Plak

Plak

Mama Hana langsung melayangkan beberapa tamparan keraas, pipi Melati sontak memerah.

“Lepasin aku Hana!“ teriak Melati dengan mata melotot hampir keluar.

“Dalam mimpi mu! Kau harus dapat hukuman yang setimpal di penjara! Tapi sebelum itu kau harus mendapatkan hukuman dariku!“

Mama Hana mengambil balsem yang paling panas yang ia beli tadi, lalu ia berbalik ke arah Raja. “Keluar dulu Nak, Mama mau kasih pelajaran sama dia!“

“Mama mau ngapain?“ Raja hanya penasaran.

“Lumurin balsem ini ke daerah kewanitaan nya! Biar dia kepanasan!“ Mama Hana memperlihatkan balsem di tangannya.

Raja tau balsem itu adalah merek paling panas, dia hanya meringis membayangkan Melati tersiksaa, “Oke, Raja tunggu diluar bersama pengawal.“

Para pengawal pun keluar, di dalam ruangan tinggal Mama Hana. Ia tersenyum menyeringai ke arah Melati. “Kau selalu gatal kan pengen digaruuk laki-laki! Sekarang pun kau mengincar Ayah nya Anggun! Calon mantuku!“

“Hahahahah! Bimo itu ayah Elsa juga!“

Mama Hana belum mengetahui fakta tersebut, ia terkejut namun ia langsung menjambaaak rambut Melati. “Dasar lakor nggak tau diri! Rasakan ini!“

Mama Hana melepas jambakaan nya, dia menarik celana Melati agar terlepas ke bawah. Melati terus bergerak-gerak melawan, namun Mama Hana berhasil membuka celana wanita itu. Dengan penuh amarah, Mama Hana mencolek semua balsem di wadah berukuran sedang itu dengan jarinya, lalu melumuri bagian kewanitaan Melati di bawah sana.

“Arghhhhhjtttt! Panas! Panas! Hana sialaaan! Panas!“

Mama Hana tersenyum puas, “Ini masih mending! Tadinya aku mau bawa cabe yang udah diulek! Bisa mati kamu!“

Melati bergerak-gerak liar, namun tali di kursi menahannya. Sekujur tubuhnya dipenuhi peluh, wajahnya bahkan sudah memerah sempurna.

“Aku laporin kamu ke polisi!“ jerit Melati.

“Cih! Aku gak takut!“ Mama Hana pun berbalik pergi dengan dagu terangkat, ia melirik tangannya yang menguyel-uyel milik Melati. “Tanganku jadi terkontaminasi kotoran! Menjijikkaan! Aku harus segera membersihkan nya!“

Raja menunggu Mama Hana di luar pintu, “Udah?"

“Celana nya belum Mama pakein lagi, suruh anak buah kamu aja.“

“Mama mau kemana sekarang?“

“Mau ke rumah sakit, kamu pulang aja ke rumah Mama kalau Melati udah dikirim ke kantor polisi. Mama mau bersihin tangan Mama dulu!“

“Iya, Mah.“

Setelah Mama Hana pergi, Raja membawa Melati yang masih kepanasan ke kantor polisi.

•

Di rumah sakit, Melody masih menemani Hanif. Namun saat seorang wanita masuk, Melody segera menjauh dari Hanif.

“Gimana keadaan Mama?“ tanya wanita yang tak lain istri dari Hanif bernama Zahira, wanita itu mendekat ke arah suaminya yang duduk di samping brankar.

“Sudah melewati masa kritis, cuma belum siuman.“ Jawab Hanif pada istrinya.

Keduanya menikah karena perjodohan dua keluarga, kakek Hanif adalah seseorang yang otoriter. Ayah dari Mama Nayla itu adalah pemilik rumah sakit. Meski tak ada cinta, kedua nya pun akhirnya menikah dan sudah berjalan hampir 2 tahun. Namun sayangnya cinta di hati keduanya tak pernah hadir. Apalagi Zahira sudah mengaku pada Hanif, sebelum ia di jodohkan wanita itu sudah mempunyai kekasih dan kekasihnya itu masih menunggunya.

Hanif dan Zahira pun terlibat perjanjian kontrak jika pernikahan mereka akan berakhir dalam 2 tahun jika keduanya masih belum bisa saling mencintai.

“Saya keluar dulu, Bang.“ Melody berpamitan.

Tanpa sadar mata Hanif terus tertuju pada kepergian Melody, bibir pria itu bahkan tersenyum tipis.

“Abang suka dia?“ tanya Zahira dengan nada tenang tanpa adanya kecemburuan.

Hanif tersadar, buru-buru dia memalingkan wajahnya dari sosok Melody yang sudah tak terlihat. “Enggak.“

Namun Zahira tersenyum lembut, ia tahu suaminya itu sedang berbohong.

.

.

.

Cerita Melody, Hanif dan Zahira suka gak?